True Friendship from Jeju (PART I)

Hei chinggu! Back again nih. Akhirnya bisa post ff aku yang ke-2 (sebenarnya sih bikinnya yang pertama sebelum I’ll Do It for Them, cuman laptop kena  virus jadi baru sekarang deh terbitnya. Oh iya mianhae banget kalo ff-nya ga seru soalnya kan baru part I, jadi blom dpt klimaksnya. Here’s the story ^^

Genre: Friendship

Author: elf4kimchi a.k.a Elno a.k.a Kim Tae Neo/Kim Soo Kwang (plisss banget komennya jangan manggil aku eonnie yah! Aku ini laki-laki ya Tuhan!!!! Panggil oppa atau hyung -_-!)

Main Cast:

  • Im Yoon A as Yoona (My lovely ;D)
  • Kim Tae Yeon as Taeyeon
  • YoonA’s Omoni
  • Taeyeon’s Omoni
  • Cho Kyuhyun as Kyuhyun (My hyung #plakk)
  • Park Jung Soo as Leeteuk
  • Others (mianhae ga bisa sebut satu-satu)

Places: Jeju Island, Seoul, Cheojiyeon waterfall, Mount Legok, and other imaginary places

Note: Tulisan warna BIRU artinya flashback

Culture: Kebudayaan, hari-hari besar, dan makanan disini asli loh dan bukan fiksi/imajinasi

WARNING!

FF INI HANYA FIKSI DAN. INI CUMAN KHAYALAN PENULIS (KECUALI BEBERAPA HAL TADI). SO, JANGAN DIKAIT-KAITKAN DENGAN KEHIDUPAN YANG NYATA! DAN DIHARAPKAN DENGAN SANGAT UNTUK TIDAK PLAGIAT FF INI, TOLONG MENGHARGAI AUTHOR! KOMENTAR BASHING TIDAK DITERIMA! OH YA,, AND DON’T BE A SIDER! GOMAWO AND HAPPY READING!

True Friendship from Jeju (Part I)


 

JE IREUMEUN YOONA IMNIDA ^^

Jeju Island, March 2002…

Mendung menghiasi langit-langit Kota Jeju, beradu dengan cahaya fajar indah yang memantulkan cahaya keemasan ke langit. Menambah keindahan musim gugur yang baru dimulai itu. “Yoona, ayo bangun! Ibu tidak mau kau terlambat ke sekolah.” Sahut Ibu membangunkan Yoona. “Ne, Omoni! Hoahhmm” jawab Yoona dengan suara lemah

“Cepat, cepat!”

“Ne, ne. Tunggu, Omoni! Yoona rapikan dulu tempat tidur ini.”

“Ayo cepat mandi.”

Yoona melangkah dengan canggungnya menuju kamar mandi. Bayang-bayang akan kejadian di Seoul masih terbayang dalam pikirannya:

“SUDAH KUBILANG, JANGAN CAMPUR URUSANKU!”

“TIDAK! CUKUP! CUKUP SUDAH KAU MENGELAK! AKU JELAS-JELAS MELIHAT DIA DAN KAU DI RANJANG! SIAPA DIA, JUNG? SIAPA?!”

Yoona tersadar kembali. Kembali dari bayang-bayang menakutkan dan meresahkan itu ke dalam dunia yang nyata lagi.

Di meja makan, Ibu sudah menghidangkan roti selai dan susu untuk Yoona. Yoona pun mengambil sepotong roti dan mulai melahapnya. “Nak, Ibu ingin kau tidak mendapatkan reputasi burukmu disekolahmu. Apalagi ini hari pertamamu masuk ke sekolah yang baru.” tukas Ibu Yoona.

“Omoni, apakah Aboji akan menjenguk kita?” balas Yoona. Kata-katanya yang polos  seakan menjadi pisau tajam yang selau siap untuk mengiris hati ibunya.

“Ibu sudah bilang berkali-kali kepadamu, Yoona. Jangan sebut-sebut tentang Aboji lagi! Namja keparat itu sudah membohongi kita! Hati Ibu sakit bila mendengar nama ayahmu!”

“Ne, Omoni. Cwesonghamnida (maaf)!”

“Sudah. Cepat. Jangan sampai kamu terlambat lagi ke sekolah.”

Yoona pun pamit untuk pergi ke sekolah. Pemandangan akan jalan-jalan yang ditapakinya membuat dia takjub. Yoona setiap hari, jika berangkat ke sekolah, selalu melihat gedung-gedung yang menjulang tinggi di sekitarnya. Sekarang malah pantai, karang, pepohonan, debur ombak, dan megahnya gunung Halla yang menghiasi matanya. “Aku merasa seperti di dunia lain. Disini berbeda sekali dengan di Seoul.” batinnya.

Sesampainya di sekolah baru Yoona. Ia melihat tulisan “Danggok Junior High School” dengan Hangeul besar yang terpampang pada dua tiang penyangga karatan di depan pintu gerbang. Para haksaeng (murid) berjalan memasuki gerbang tersebut. Mata Yoona pun bertemu dengan dua mata agak sipit milik seorang yeoja. Yeoja itu menatap tajam ke arah Yoona kemudian berjalan masuk ke dalam gerbang. Yoona yang merasa risih pun cepat-cepat melangkah masuk juga.

Dikelas…

“Annyeonghaseo, haksaeng! Hari ini kita kedatangan murid baru. Mari kita persilahkan jijib-bbai (=perempuan *dialek Jeju*) ini memperkenalkan dirinya. Yoona ssi, Silakan!”

“Annyeong, chinggu. Je ireumeun Im Yoon A imnida. Panggil saja aku Yoona. Bangapseumnida!”

“Ne, kamsahamnida, Yoona ssi! A.. duduklah di sebelah Taeyeon. Kebetulan dia selalu duduk sendiri.”

Yoona pun kaget ketika dilihatnya yeoja yang bernama Taeyeon itu adalah yeoja yang tadi melihatnya dengan tatapan tajam. Dengan canggung Yoona melangkah dan duduk di sebelahnya.

“Halo, Yoona imnida”

“Tidak usah berlagak manis di depanku!”

Yoona kembali terkejut dengan jawaban Taeyeon. Dia tidak mengira Taeyeon akan menjadi risih dengan kedatangan Yoona di tempat duduknya.

“Baik, haksaeng. Mari kita mulai pelajaran ini.” sahut sonsaengnim mereka penuh semangat

Kriing kriing kriingg. Bunyi bel tanda istirahat pun berbunyi. Yoona berjalan keluar kelas setelah diberi ijin oleh sonsaengnim-nya. Belum sempat dia melangkah keluar, Dua orang namja berjalan mendekatinya. “Hei, annyeong! Kyuhyun imnida. Panggil saja Kyu!” kata namja berambut ikal.

“Leeteuk imnida. Panggil saja Teukie heheheehehe…” Sahut namja yang satunya lagi berambut lurus.

“Bangapta! Yoona imnida.” Balas Yoona.

“Mau ke kantin sama-sama?”

“Oh, ayo. Kebetulan aku tak suka sendirian.”

Dalam perjalanan ke kantin Yoona bertanya kepada Teukie dan Kyu, “Eh, Taeyeon itu kenapa jadi judes ke aku ya?”. “Kebiasaan si yeoja itu! Setiap ketemu orang baru selalu begitu. Mungkin ada masalah pribadi yang membuat dia tidak mudah akrab dengan orang baru atau orang asing.” jawab Kyu. Sesampainya di kantin Yoona berpapasan kembali dengan Taeyeon yang masih menatap Yoona dengan tajam. Berusaha menghilangkan kerisihannya, Yoona berbalik dan membeli jajanan di situ. “Tolong, minta satu… eh…uhmm.” kata Yoona dengan bingung. “Haksaeng baru?” tanya penjualan jajanan. “Ne.” jawab Yoona.

“Memang susah untuk menyesuaikan diri dengan hal-hal yang baru. Kenapa tidak coba doenjang (pasta kedelai)? Enak loh!”

“A kureyo! Kalau begitu beli satu ya?”

“Ini silakan. 1 Won. Odi chulsin imnikka (asalnya darimana)?”

“Kamsahamnida. Ini uangnya. Dari Seoul.”

“Wooaa? Kenapa harus sekolah disini? Bukannya di Seoul lebih maju?”

“Eh..uhmm..” Yoona tidak dapat menemukan alasan yang tepat kenapa dia harus ke Jeju untuk melanjutkan studinya dan berusaha melupakan hal yang membuat dia kesini: perceraian orang tuanya. Dalam kebimbangan dan keputusasaan dalam berpikir, Teukie pun datang bersama Kyu. Berdua, mereka menggenggam doenjang juga. “Yoona, ayo kita kembali ke kelas. Sekalian kita ngobrol. Lebih enak kalo ngomongnya di kelas. Aku ingin tahu Seoul itu seperti apa.”

“Iya, Ayo-ayo! Ceritakan tentang Seoul dong!” tutur Kyu bersemangat.

“Ne! Ayo… Kamsahamnida, Ajuma!” ucap Yoona ke 2 teman barunya dan juga ke Ibu penjual doenjang. Ibu itu mengangguk dan tersenyum. Bersama, mereka kembali melangkah ke dalam kelas.

“… dan hari yang paling aku suka di Seoul adalah hari Kelahiran Seokkatansinil Buddha. Di hari itu ada banyak parade di jalan utama. Parade tersebut juga sebagai wujud merayakan kelahiran Buddha.” Tutur Yoona panjang-lebar dengan semangat kepada kedua teman barunya itu. “Wah, hebat ya! Apa kamu tahu Kimchi? Katanya itu makanan terkenal di sana ya?” tanya Kyu tiba-tiba. “Ya… Kimchi sangat populer di sana. Terbuat dari acar sayur terutama sawi putih, yang dicampur dengan rempah-rempah sehingga rasanya pedas. Hei ceritakan tentang kota dan pulau ini dong!” tutur Yoona. “Disini ada satu tempat terkenal. Namanya air terjun Cheojiyeon. Pemandangan di sana indah sekali. Apalagi kalau sore hari. Makanan yang terkenal di sini adalah jeonbokjuk. Itu sejenis bubur. Enak loh!” jelas Teukie. “Wah, jadi mau makan lagi. Hehehe!” Yoona berkomentar.

Kring kring kring. Bunyi bel tanda masuk dibunyikan. Teukie, Kyu, dan Yoona pun kembali ke kursi mereka dan melanjutkan pelajaran hingga selesai.

3 Jam kemudian bel pulang pun dibunyikan. Para haksaeng berhamburan keluar ruangan setelah diijinkan Sonsaengnim mereka. Kecuali Yoona yang sedang mengemasi buku-buku ke tasnya, Taeyeon yang akan mau untuk keluar, dan Teuki-Kyu yang mengahmpiri Yoona dan berkata, “Gomawo, Yoona. Oneul jeul gowo seyo (hari ini sangat menyenangkan) bisa berbagi cerita kebudayaan dari Seoul.” kata Kyu. “Ne! Kami belajar banyak darimu.” sambung Teukie. “Chon maneyo (sama-sama) aku juga belajar loh dari kalian.” Jawab Yoona. “Kita duluan ya! Jal ga (dadaaa)!” kata mereka bersama seraya melambaikan tangan. Yoona membalas dengan senyuman.

Kelas sudah kosong dan Yoona masih mengemasi bukunya agar terlihat rapi. Dia melihat sebuah pena tergeletak di bawah meja. “Lebih baik aku tinggalkan penanya disini. Toh, tidak ada yang masuk ke kelas ini. Aku ini kan ceroboh. Bisa-bisa pena ini hilang lagi” Yoona membatin dalam hati. Setelah berkemas, dia pun melangkah dengan mantap keluar. Tapi sebelum dia melewati ambang pintu. BRUKKK… dia tertabrak dengan seseorang yang dia kenal dan sangat tidak diharapkannya untuk bertemu, Taeyeon. Keduanya terjatuh

“Jalan tuh pake mata dong!”

“Oh… Mianhae, Taeyeon onnie! Aku ga sengaja.”

“Ah, sudahlah! Kan aku sudah bilang jangan berlagak baik di depanku. Aku kesini mencari penaku yang tertinggal. Kau melihatnya?”

“A..aku rasa ada di bawah meja. Tadi aku melihatnya.”

Taeyeon bergegas mencari penanya dan kemudian melangkah keluar, meninggalkan Yoona yang masih duduk di lantai.

“Apa ini?” Yoona berkata dalam hati setelah ditemukannya kalung dengan mata rantai mutiara putih kemerahmudaan. “Ini pasti punya Taeyeon.” Yoona pun keluar dari kelas dan “Taeyeon Onnie, Taeyeon Onnie!” teriak Yoona namun Taeyeon tidak mendengar. “Cegiral (sialan)!!!! Aku harus mengembalikan benda ini. Tapi besok saja ah!” Yoona membatin lagi seraya memasukan kalung mutiara itu ke dalam saku roknya.

DO YOU WANNA BE MY FRIEND?

“Aku pulang, Omoni!” Teriak Yoona halus. “Wah, Yoona ssi sudah pulang rupanya! Ayo cepat makan! Ibu sudah siapkan makanan spesial untukmu. Bagaimana sekolah pertamamu?” Tutur Ibu sembari menyeterika pakian-pakian yang menumpuk. “Menyenangkan, Omoni! Aku punya 2 teman baru. Namja. Nama mereka Kyuhyun sama Leeteuk. Mereka baik loh, Omoni! Mereka ingin tahu tentang Seoul.” jawab Yoona. “Hmmm… baguslah kalau begitu.” sahut Ibu.

Yoona bergegas ke kamarnya. Segera dia berganti baju. Kemudian ia mengeluarkan kalung mutiara Taeyeon dari saku roknya. “Wah, setelah diperhatikan, kalungnya indah juga! Darimana ya Taeyeon mendapatkan ini?” Yoona berbicara sendiri seakan ada penonton pertunjukan drama yang mendengarnya. Buru-buru, dia masukan kalung itu ke dalam laci meja belajarnya dan menyisihkan sebagian uang jajannya dalam celengan keramik berbentuk manusia yang tubuhnya bulat. “Cuman ini yang bisa aku bawa dari Seoul, sudah berapa banyak ya uangnya? Aku penasaran. Tapi ah… tunggu saja sampai penuh betul. Siapa tahu uangnya banyak.” kata Yoona sambil mengguncangkan celengan itu. Kemudian dia berjalan setengah berlari ke ruang makan untuk makan siang.

“Nah, ini dia… TARAAA!”

“Apa ini?”

“Ini jeonbokjuk.”

“Oh.. jadi ini yang namanya jeonbokjuk. Tadi di sekolah, Teuki bilang makanan yang terkenal di Jeju adalah jeonbokjuk. Aku baru tahu rupanya seperti ini.”

“Kalau begitu ayo cepat makan.”

“Ne, Omoni. Siksa haseyo (selamat makan)!”

“Bagaimana? Lezat?”

“Enak.. enak..!”

“Omoni tidak kerja?”

“Ah, ibu sedang mengambil cuti khusus hari ini. Alasannya yah mau menyiapkan makanan ini untuk kamu. Jeonbokjuk susah loh dibuatnya!”

“Emangnya bisa ya Omoni, sebagai sekretaris baru PT Geoyul Corporated, bisa mengambil cuti begitu saja?”

“Ibu setelah diijinkan juga heran. Soalnya bosnya baik sekali. Jadi diijinkan deh!”

Setelah makan Yoona pun meminta ijin dari ibunya agar dia hari ini tidak usah tidur siang. Dia ingin menikmati pemandangan pulau Jeju. Ibunya setuju-setuju saja namun beliau menasihati agar Yoona tidak terlalu jauh sampai ke gunung Halla. Daerah itu, konon, berbahaya.

Dengan riang, Yoona masuk ke kamarnya, mengambil kalung mutiara dari dalam laci, menyimpannya dalam saku short-nya dan berlari keluar rumah. Tepat di luar pintu rumah, Yoona memulai langkahnya, dengan tidak lagi berlari, menyusuri daerah yang baru ditempatinya itu. Rumah Yoona terletak tidak terlalu jauh dari pantai, sehingga dia bisa menikmati pemandangan ombak yang menari-nari tiada henti. Langkah demi langkah dia tapaki melalui jalan setapak kecil dari batu di depan rumahnya. Belum sempat dia menarik napas lega, dia bertemu dengan namja berambut ikal yang dikenalinya.

“Kyu oppa!” teriak Yoona melambaikan tangan

“Yoona nunim, lagi jalan-jalan ya?”

“Ne! Mau menikmati keindahan pulau Jeju ini. Kyu sendiri ya”

“Iya… malas juga di rumah. Makanya aku keluar. Cari udara segar.”

“Kyu tahu ini?” Yoona merogoh saku short-nya dan mengeluarkan isinya. Mutiara itu berkilau terpantul cahaya matahari.

“Ini… uhmm… sepertinya pernah kulihat sebelumnya. Oh ya! Ini punya Taeyeon”

“Itulah! Aku berencana mengembalikannya. Kyu tahu dimana rumah Taeyeon? Bisa antarkan aku kesana?”

“Tahu di belakang rumahnya Teukie hyung. Ayo kesana!”

Dalam perjalanan mereka berbincang banyak tentang kehidupan mereka. Kyuhyun membahas tentang dirinya dan juga si Teukie. Yoona membahas tentang ibunya dan tentunya hal yang dia (mungkin) tidak akan pernah bahas adalah perceraian kedua orang tuanya.

“Jadi, dimana ayahmu sekarang? Kenapa kau bisa tinggal dengan ibumu di sini sendiri?”

“Uhm… sudahlah kau tak akan mau tahu.”

“Oh mianhae kalo itu mengganggumu!”

“Oh, tidak, kwenchanayo (tidak masalah). Oh iya, orang tuamu kerjanya apa?”

“Ayahku bekerja sebagai direktur airport Jeju dan ibuku ibu rumah tangga. Bukan bermaksud sombong, ya. Hehehe!”

“Wah, Hebatnya!”

“Nah! Itu rumahnya”

Terdengar teriakkan-teriakkan dua yeoja saling beradu dari dalam rumah Taeyeon, “OMONI, AKU SUDAH BILANG KALAU KALUNG ITU BERHARGA! ITU SATU-SATUNYA PEMBERIAN YANG AKU PUNYA DARI ABOJI!” bentak Taeyeon.

“TAEYEON, JANGAN KURANG AJAR SAMA IBU! LUPAKAN SAJA AYAHMU. DIA SUDAH TIADA.”

“TIDAK! AKU TIDAK AKAN PERNAH MELUPAKAN AYAH! OMONI JAHAT!”

BRUAAKKK… Pintu depan rumah Taeyeon terbuka dengan keras. Taeyeon berlari dengan bercucuran air mata. “TAEYEON, KEMBALI!” teriak ibunya sekali lagi. Namun tak ada langkah-langkah ibunya untuk menyusul anaknya itu. Kyuhyun hampir berlari kea rah Taeyeon namun dengan sigap Yoona memegang tangannya,menghalanginya bertemu dengan Taeyeon.

“Sudahlah, jangan susul dia. Dia perlu waktu untuk menyendiri. Kurasa ini bukan saat yang tepat untuk mengembalikan kalung ini. Lagipula aku sudah tahu rumahnya. Gomawo yah Kyu oppa.”

“Chon maneyo!”

Yoona pun meninggalkan Kyuhyun. Dia berbatin tentang masalah apa sampai kalung ini begitu berharga untuk Taeyeon. Dari ceritanya, ayahnya mungkin sangat menyayanginya. Terlepas dari pikiran batinnya, Yoona pun pulang menuju rumahnya. Sedikit syok atas kejadian yang baru saja dilihatnya, dia memutuskan beristirahat.

“Lho, bukannya tadi ngotot ga mau tidur siang. Sekarang malah tidur.”

“Aku ga tahu juga kenapa bisa sampai begini, Omoni.”

“Heee? Kamu ini aneh.”

“Ahhh sudah ah, Omoni. Aku mau tidur.”

“Annyonghi jumuseyo (selamat tidur)!”

Malam pun menyelimuti seisi kota Jeju. Kicau burung pun diganti dengan cicitan kelelawar yang mencari makan. Bintang-bintang bersinar dengan indahnya dari balik mega malam. Saat itu tepat pukul 9 malam. Yoona sedang mengejarkan pe-er matematika yang diberikan oleh Yeo Hyo songsaenim. Sedangkan ibunya sudah tertidur pulas

“Haduh! Pusing aku mengerjakan satu halaman penuh berisi angka-angka ini.”

Terdengar suara tangisan seorang gadis. “Hikss…hikss…hikss!”. Yoona melototkan matanya, tubuhnya merinding. Setankah? Yoona memberanikan dirinya, dia keluar pelan-pelan melewati pintu kamarnya dan sampai di pintu depan rumah. Dia bersiap membuka pintu dan memasang ancang-ancang kalau-kalau ada sesuatu yang akan terjadi padanya. Krieeettt… pintu pun dibukanya. Kepala Yoona menyembul dari balik pintu menatap berkeliling hingga matanya mendapati sosok berbaju terusan hitam dengan dots putih. “Taeyeon?” pikirnya.

Yoona keluar perlahan, Dalam hatinya, terdapat keyakinan kalau dia dapat menenangkan hati Taeyeon yang sedang berduka.

“Taeyeon onnie, ga apa-apa?”

“Bukan urusanmu!” sambil menatap kosong kea rah pantai

“Aku mengerti, Onnie. Memang susah untuk melupakan orang yang sangat kita cintai.”

Debur ombak memecahkan keheningan di sekitar mereka. Dengan keenganan Taeyeon berkata,

“Aku tidak tahu kenapa dia meninggalkanku. Saat itu aku masih kelas 1 SMP, dan kejadian itu terjadi begitu saja. Aboji adalah seorang nelayan yang bisa dibilang nelayan handal di pulau Jeju. Namun hidup kami sangat pas-pasan. Suatu hari dengan keadaan kami yang yang mederita dan kelaparan, Aboji pun memutuskan untuk mencari kerjasama dengan bagian perikanan di pulau ini. Dia berpikir dia akan mendapat keuntungan lebih besar jika bekerja sama dengan perikanan daripada menjualnya ke pedagang pasar ikan. Suatu hari weguk saram (orang asing) dari perikanan datang memohon kesediaan dari Aboji untuk menangkap ikan neureunda sebanyak yang ia bisa, ikan yang langka dan dagingnya sangat enak untuk dimakan. Awalnya Aboji heran juga kenapa harus ada orang dari perikanan yang datang, bukannya nelayan yang harus datang ke perikanan. Namun kata weguk saram dari perikanan itu, ini adalah permintaan penting karena mereka sedang menyelenggrarakn persaingan dengan bagian perikanan yang lain. Aboji sangat setuju dengan tawaran yang upahnya menggiurkan itu, mengingat bahwa keluarganya sedang kelaparan dan hidup pas-pasan. Dia pun pergi untuk mencari neureunda sebanyak mungkin pada siang hari. Sayangnya, hal yang lama kukhawatirkan terjadi. Aboji belum pulang. Aku terus menunggunya di pantai. Aku tak henti-hentinya bertanya pada Omoni kapan Aboji pulang. Ibu hanya memelukku setengah menangis. Malam pun tiba, namun perahu Aboji belum juga terlihat. Pagi harinya mayat Aboji ditemukan… uhhuuk…uhukkk.. hiks..hikss.. mayatnya ditemukan oleh nelayan lain. Aku sangat sedih. Aboji pergi dengan cara yang tidak layak. Aku sangat marah kepada weguk saram dari perikanan itu. Makanya sampai sekarang aku tidak suka jika bertemu orang asing ”

Mendengar cerita itu, Yoona pun, entah sadar atau tidak, langsung memeluk Taeyeon. Taeyeon tidak menghindar, malah membalas pelukannya.

“Aku mengerti, onnie. Aboji-ku bercerai dengan Omoni. Sekarang Omoni dan aku hidup sendiri. Namun, aku berusaha melupakan hal itu. Aku tidak mau termakan oleh kesedihan terus. Kau juga harus begitu, onnie. Kau harus melupakan bagaimana ayahmu meninggal. Yang kau harus tahu bahwa ia pergi dengan tujuan untuk membahagiakanmu dan ibumu. Jadi jangan kau sesali hal-hal yang terjadi. Malahan kau harus bangga dengan ayahmu. Ayahmu akan sedih juga jika melihatmu sedih seperti ini”

Mereka berdua melepaskan pelukan mereka

“Gomawoyo, Yoona! Kau membuatku menjadi lebih baik>”

“Oh, iya, kenapa aku bisa lupa ya? Ini…” Yoona merogoh saku short-nya

“Aku menemukannya tergeletak di lantai kelas. Mungkin jatuh saat kau menabrakku waktu mau mengambil pena.”

“Gomawo, gomawo, Yoona! Ini sangat berharga bagiku. Satu-satunya peninggalan Aboji untukku. Oh, ya… Mianhae jika selama ini aku judes terhadapmu. Kita berteman?” Taeyeon memberikan kelingkingnya.

“Teman!” Yoona merangkul kelingking Taeyeon dengan kelingkingnya.

*TBC*

Wah, Taeyeon dan Yoona sudah menjadi sahabat. Kasihan ya masa lalu si Taeyeon nunna T_T. Mianhae bgt kalo ff ini ga seru soalnya kan baru part I. Hehehe

Satu tanggapan

  1. Hah ? Km cowok ?
    Hebat bgt. Aq kira cuma cewek yg suka nuliss kyk ginian ..
    .tp walopun km cowok, ff’mu keren kok ..
    Lanjut chingu.. Hehehe ..
    Gomawo :))

  2. wah 0ppa bnyk tau s0al k0rea yah ebaaad….!!! teruskan 0ppa ng sbar ngu part slnjudx, jdi jgn lma2 yea … hehehe n_n

  3. Wah,jd penasaran ni ma lanjutanx.
    Akhirx taeyeon mo jg sahabatan ma yoona#ya iya lh,sp sy yg bisa nolak pesonax yoona.
    Yoona neomo yeopo#qo jd nyanyi.
    Lanjut oppa…
    GPL yo.

Comment Please ^^ Don't Be Siders okay ;)