Clock [Part 5]

Baca: Clock 1, Clock 2, Clock 3, Clock 4, Clock 5, Clock 6, Clock 7a, Clock 7b, Clock 8, Clock 9a, Clock 9b, Clock 10/END

Author: CerilynBam aka CB

Genre: Romance, Friendship, Family

Rated: PG-15

Main Cast:

– Park Jiyeon T-ARA

– Lee Joon MBLAQ

– Park Sanghyun aka Thunder MBLAQ

Disclaimer: The story is CB’s (mine), do not own this my beloved friends :3

Twitter: @CerilynBam

————————————————

Jam istirahat
“Jiyeon-aa, kau mau ke kantin?” Jieun bangkit dari tempat duduknya.

“Ani, aku sedang menunggu seseorang..”

“Hmmm, oke. Aku akan ke kantin bersama Wooyoung, namjachingu ku. Kalau kau memutuskan untuk ke kantin, duduklah bersama kami!” Jieun melambaikan tangan kemudian berjalan menghampiri Wooyoung, yang tidak lain merupakan teman sekelasku.

“Ya! Kau belum menjawab pertanyaanku!”

Aku menoleh ke asal suara itu. Namja ini benar-benar..

“Kenapa kau bisa satu sekolah.. Ani, satu kelas denganku? Apa kau membuntutiku hah?” tanyanya ulang. Thunder menatapku dengan tatapan evilnya, begitupun aku, tak kalah memamerkan evil eyes ku.

“Ya! Ini hanya kebetulan saja! Joon oppa yang merekomendasikan aku di sekolah ini!”

“Ya! Bisakah kau tidak teriak-teriak dihadapanku?! Asal kau tau, suramu itu cempreng sekali!”

MWO? Kurang ajar sekali dia. Jujur, aku sangat malas meladeni omongannya. Tapi lihat saja sikapnya itu! Menyebalkan! “Kau—”

“Jiyeon-aa!”

Aku menoleh ke sumber suara. “Joon oppa?”

Kulihat Thunder mendecakkan lidahnya lalu meninggalkan kelas ketika Lee Joon menghampiriku.

“Jadi, bagaimana keadaan kelas barumu? Teman-temanmu baik semua kan?”

“Ani, tidak semuanya.” Aku teringat tingkah Thunder. Dia satu-satunya teman sekelasku yang tidak baik padaku. Grrr~

“Mwo? Waeyo?”

“Aish oppa, sudahlah aku tidak ingin membahasnya. Hmm oppa, kau tidak mau mengajakku berkeliling sekolah?”

“Oh iya, mian aku lupa hehe. Kajja!”

Lee Joon menggandeng tanganku keluar kelas. Walaupun sejak kecil kami suka bergandengan tangan, tapi jujur, sebenarnya aku malu melakukan ini mengingat aku sudah SMA sekarang. Apalagi saat kami berjalan, orang-orang yang kami lewati memperhatikan kami.

“Lihat itu! Siapa yeoja yang digandeng Joon? Apa.. dia yeojachingunya?” bisik seorang yeoja ke teman yang berdiri disampingnya. Meskipun yeoja itu bisik-bisik, aku masih bisa mendengar omongannya.

“Aigoo~ beruntung sekali sih yeoja itu! Aish aku patah hati nih..”

“Aku juga.. Tapi harus kuakui, mereka serasi sekali. Lihat saja! Joon itu tampan dan yeoja itu cantik. Benar-benar bikin iri!”

Pipiku langsung merah mendengarnya. Aku kan bukan yeojachingunya Lee Joon! Tapi apa benar aku terlihat serasi dengannya? Aigoo~ kenapa aku sesenang ini?

“Ya! Kau ini populer ya Joon oppa?”

Lee Joon tersenyum. “Mungkin. Ah, Jiyeon-aa, bagaimana kalau kita ke lapangan basket dulu?”

“Lapangan basket?”

“Ne. Aku mau bermain basket dulu dengan timku. Dan kau harus menontonku. Bagaimana?”

“Tungu dulu. Apa maksud dari ‘timku’? Apa.. oppa kapten basket?”

Joon mengangguk.

“Wow keren!”

“Jangan bilang keren sebelum kau melihatku main basket! Setelah kau melihatku, aku jamin jantungmu pasti akan copot.” Joon tertawa.

“Ya! Percaya diri sekali oppa!”

“Mau kubuktikan? Ayo kita ke lapangan basket sekarang! Kajja!”

Lee Joon menarik tanganku dan sekarang aku sudah berdiri di pinggir lapangan basket. Kulihat para yeoja yang juga berdiri di pinggir lapangan mengelu-elukan nama Lee Joon saat Joon mengganti baju seragamnya ke kaos biasa.

“KYAAA!” jerit yeoja itu. “Kau lihat tidak badan abs nya Joon oppa tadi saat dia ganti baju?!”

“Ne! Aku melihatnya! Sampai-sampai rasanya ada darah yang mengalir dari hidungku (baca: mimisan)!” jawab teman yeoja yang tadi menjerit.

Harus kuakui, memang Lee Joon mempunyai badan yang bagus dan proposional. Mengingat badan Joon six pack alias abs. Aku sendiri kagum melihatnya.

“Cih.. Berisik sekali sih yeoja-yeoja centil itu.. Kalau saja aku bukan anggota OSIS yang kebetulan dapat tugas memfoto tim basket hari ini. Pasti aku sudah ada di perpustakaan sekarang..” kata yeoja yang berdiri disampingku.

Ah, ada juga yeoja yang tidak suka melihat badan abs Lee Joon. Tapi.. Rasanya aku mengenal suara yeoja ini. Kuputuskan untuk menoleh ke arahnya. “Victoria-ssi?”

“Jiyeon-ssi?” Victoria kaget melihatku. “Ternyata kamu juga murid Seoul High School? Tapi kenapa aku tidak pernah melihatmu? Apa karena aku selalu menyibukkan diri di perpustakaan ya??”

“Ani, aku rasa tidak. Aku murid baru disini.”

“Oh, kelas berapa kamu? Aku kelas 11-1. Senang melihatmu disini Jiyeon-ssi!”

“Kelas 11-3. Aku juga senang melihatmu.” Aku tersenyum.

“Nah, mereka sudah mulai bermain.” Victoria menunjuk para namja yang nampak berlari di tengah lapangan. “Oh iya! Aku harus memfoto mereka!” Victoria mengangkat kamera dan memfoto setiap gerik tim basket itu.

“LEE JOON! FIGHTING!” teriak para yeoja yang menurut Victoria centil.

“LEE JOON OPPA! FIGHTING!” teriakku. Ya mau bagaimana lagi, aku kan teman Lee Joon sebagai teman baiknya aku harus menyemangatinya.

Jiyeon’s POV End

.

.

Thunder’s POV

Aku menghadang namja yang sedang memegang bola basket kemudian merebutnya. Tapi sial! Kini aku dihadang oleh namja-namja lain.

“Oper kesini!” seru Lee Joon yang kebetulan tidak ada yang menghadangnya.

“Oke!” Aku melempar bola itu ke arahnya.

“Dapat!”

“LEE JOON! FIGHTING!” teriak para yeoja yang berdiri di pinggir lapangan basket.

“Ada apa sih dengan mereka? Kenapa mereka selalu saja berisik? Mengganggu konsentrasiku saja!” gumamku sambil melirik kearah yeoja-yeoja itu.

“LEE JOON OPPA! FIGHTING!”

Lho? Itu kan Park Jiyeon? Buat apa dia disini? Semakin mengganggu konsentrasiku saja!

“Thunder!” teriak Lee Joon. Dengan cepat dia mengoper bola basket kearahku.

“LEE JOON OPPA! FIGHTING!” Jiyeon masih berteriak dan menyemangati Lee Joon.

Hahahahaha! Aku dapat ide! Sebentar lagi kamu akan mendapat balasan atas perbuatan yang telah kamu perbuat (baca: menjatuhkan es krim ke jas baru Thunder)!! Aku mengeluarkan evil smirk ku.

Thunder’s POV End

.

.

Jiyeon’s POV End

“LEE JOON OPPA! FIGHTING!” Aku terus menyemangati Lee Joon.

Aigoo~ ternyata Lee Joon benar. Permainan Lee Joon sangat keren! Aku terkagum-kagum melihatnya.

“Thunder!” teriak Lee Joon di tengah lapangan. Dia mengoper bola ke Thunder, sehingga sekarang Thunderlah yang mendribble bola.

Eh? Thunder?? Dia juga salah satu tim basket rupanya! Aish selalu saja ada Thunder! Sudah Jiyeon.. Tenangkan dirimu.. Kamu kesini untuk melihat dan menyemangati permainan Lee Joon…

“LEE JOON OPPA! FIGHTING!” Aku kembali menyemangati Joon.

Aku melihat Thunder mendribble bola basket itu dengan keren. Uh, malas sekali untuk mengakui dia juga tak kalah keren dari Lee Joon.

“Thunder! Oper ke aku!” teriak seorang namja.

“Ya!” Thunder menyunggingkan senyumnya dan melempar bola basket itu.

Hah? Bukannya tadi Thunder bilang iya? Tapi kenapa bola itu tidak dilempar ke arah namja itu? Dan kenapa bola itu sekarang mengarah ke arah lain?

“Jiyeon! Awas!!” teriak Victoria ketika melihat bola itu mengarah ke arahku.

BUK!

Terlambat. Bola basket itu mengenai kepalaku. Walaupun hantamannya tidak keras, tapi sukses membuatku jatuh dan terbaring di tanah.

Jiyeon’s POV End

.

.

Lee Joon’s POV

Aku melihat Jiyeon terjatuh ke tanah. Jantungku berdebar-debar, takut terjadi sesuatu dengan Jiyeon. Aku menatap tajam ke arah Thunder. Kulihat dia sedang menahan tawanya.

“Ya! Apa yang kau lakukan Thunder?! Kamu sengaja hah?!” Aku mencengkeram kaosnya dengan kasar.

Thunder hanya diam, dia masih berusaha menahan tawanya.

“YA! Aku mengajakmu berbicara sekarang! Jawab!”

“Mian.” ujarnya singkat.

Mian?? Hanya kata maaf yang ia jelaskan padaku?! Aish! Sia-sia aku mengajak bicara namja dingin ini!

“Kau tidak menghampiri Jiyeon? Sepertinya dia membutuhkanmu.”

Aku melepaskan tanganku dari kaosnya. Sekali lagi, aku menatap tajam Thunder kemudian berlari kearah pinggir lapangan. Kulihat Jiyeon sudah terduduk berkat bantuan Victoria.

“Jiyeon-aa, gwenchanayo??”

“Ne, oppa. Bola basketnya tidak keras mengenaiku kok. Akunya saja yang kehilangan keseimbangan saat itu.” Jiyeon tersenyum. “Oppa lanjutkan saja main basketnya!”

“Bagaimana bisa aku melanjutkannya kalau melihatmu seperti ini? Ayo sekarang kita ke UKS!” Aku membantunya berdiri.

“Aniyo oppa. Lanjutkan saja main basketnya…”

“Tidak! Sekarang juga kau harus ke UKS!” Aku menarik tangan Jiyeon dan membawanya menuju ruang UKS. Aku benar-benar khawatir dengan keadaan Jiyeon.
Lee Joon’s POV End

***

Ruang UKS

.

Jiyeon’s POV

Aku memandang langit-langit ruangan UKS, sesekali aku memegang handsaplas yang terpasang di dahiku. Gara-gara Thunder melempar bola basket sialan itu, aku jadi mendapatkan luka lecet di dahiku. Awas kau nanti!

“Jiyeon-aa, bagaimana keadaanmu?” tanya Lee Joon yang duduk disamping ranjang UKS, tempat aku terbaring sekarang. Padahal aku hanya mendapat luka ringan seperti ini, dia sudah sangat mengkhawatirkanku. Bagaimana kalau aku sampai gegar otak?

“Aku baik-baik saja oppa.. Sudahlah, kembali saja ke lapangan basket. Ini masih jam istirahatkan?”

“Andwae!”

Aku menatap wajahnya. Terlihat dari wajah Joon dia masih mengkhawatirkan keadaanku. Baru pertama kali ini aku mendapatkan perhatian lebih dari seseorang.. Appa, umma, dan Minho oppa saja tidak pernah menunjukkannya. Mereka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing, membuatku sangat kesepian tinggal di Amerika.

“Apa luka didahimu masih terasa sakit?”

Aku tersenyum kecut. “Ne, sedikit.”

“Biar ku sembuhkan..”

“Mwo? Sembuhkan? Bagaimana caranya oppa?”

“Sudah, jangan banyak tanya..” Lee Joon tersenyum sambil mendekatkan badannya ke arahku secara perlahan.

DEG DEG DEG DEG DEG DEG DEG.

Aku dapat merasakan detak jantungku berpacu sangat cepat. Apalagi sekarang muka kami sangat dekat satu sama lain. Tinggal 3 senti lagi hidung kami pasti akan bersentuhan. Kurasakan hembusan nafasnya mengenai mukaku. Kuberanikan diri untuk menatap mukanya yang sangat dekat dengan mukaku sekarang. Sekilas Joon menyunggingkan senyumnya.

Aigoo~! Apa yang mau Joon lakukan padaku? Apa.. dia mau menciumku?

Aku menutup mata dan.. CUP!

“Jiyeon-aa!” Tiba-tiba saja aku dengar seseorang membuka pintu ruang UKS. Suaranya familiar sekali, pasti dia Jieun. “Kau tidak apa-apa?! Tadi Victoria-ssi memberitahuku kalau… Omo! Mian aku tidak bermaksud mengganggu kalian!”

“Ani.. Aku tidak merasa terganggu kok.” ucap Joon seraya melepaskan bibirnya dari dahiku.

Aku kembali bersandar ke kasur lemas, ku kira Lee Joon akan mencium bibirku namun kenyataannya tidak. Ada sedikit perasaan kecewa di benakku namun selebihnya, ani, sebagian besarnya perasaan senang.

“Oppa, pergilah ke lapangan. Jieun akan menemaniku disini. Ya kan Jieun?”

“Mwo? N-ne, aku akan menemaninya.”

Joon bangkit dari tempat duduknya. “Baiklah kalau begitu. Jieun-ssi tolong jaga Jiyeon-aa ya!”

“Tentu saja Joon!” jawab Jieun mantap.

Lee Joon membungkukkan badannya dan membisikkan sesuatu di telingaku. “Bagaimana? Sudah tidak sakit kan lukanya?” Kemudian dia terkekeh pelan.

Setelah mendengar ucapannya, rasanya pipiku seperti terbakar sesuatu.

“Aku pergi dulu Jiyeon-aa! Jaga dirimu baik-baik! Kalau Thunder berani mengganggumu lagi, bilang saja padaku!”

“N-ne..”

Aku melihat Joon sudah berjalan meninggalkan UKS. Jieun langsung menghampiriku.

“Jiyeon-aa! Apa Lee Joon namjachingu mu?? Hebat sekali kau bisa mendapatkan namjachingu seperti itu!”

Aku menatapnya bingung. “Beruntung?”

“Iya! Lee Joon itu selain jago olahraga, dia juga pintar dalam pelajaran..” Pintar dalam memasak juga, aku menambahi pernyataan Jieun dalam hati. “…Sudah begitu, dia juga tampan dan kaya. Benar-benar perfect! Maka dari itu dia populer di sekolah ini. Banyak sekali lho yeoja yang suka padanya..” Jieun tertawa. “Coba aku tidak punya namjachingu, pasti aku sudah termasuk ke dalam daftar yeoja yang suka padanya!”

Aku mengangguk pelan mengingat peristiwa saat aku berjalan di koridor dan di lapangan basket.

“Jiyeon-aa, kau belum menjawab pertanyaanku!”

“Oh iya, mian aku lupa. Aku bukan yeojachingunya. Hanya teman sejak kecilnya.”

Jieun menatapku tak percaya. “Mwo? Hanya teman? Tapi aku kira kalian pacaran.. Habisnya Joon memperlakukanmu seperti itu sih.. Sepertinya Joon menyukaimu Jiyeon!”

Aku mengedikkan bahu. “Molla.”

“Jieun.. Bisa tolong lihat keadaan diluar UKS? Apa Joon oppa ada disekitar sini?”

Jieun berjalan ke arah jendela dan mengintip keadaan sekitar. “Sepertinya tidak ada. Waeyo?”

“Aku ingin ke kelas.” kataku kemudian bangkit dari kasur dan memakai sepatuku. “Ayo kita ke kelas, kajja!”

“Tapi apa keadaanmu sudah membaik? Memangnya ada apa sih?”

“Aku baik-baik saja.” Aku memicingkan kedua mataku seraya mengerutkan dahi. “Ada sesuatu yang harus aku lakukan..”

Ya, inilah saatnya.

—————–TBC——————

Bertobatlah anda, jangan jadi silent reader ya, kasih comment kalo bisa kekekekeke

Follow @CerilynBam

Satu tanggapan

Tinggalkan Balasan ke CB Batalkan balasan