He’s Our Girl part 7

Author : Kyu-Fiida Jr.

Main Cast : Cho Kyuhyun, Kim Kibum, Lee Donghae, Eunhyuk, Kara, Cho Ahra

Support Cast: Heechul, Yesung, Leeteuk, Siwon, Sungmin, Shindong, Ryeowook

Rating : All Ages

Genre : Comedy, Romance, Gajelas

Warning : Part 8-nya masih lamaaaaaa…..

 

 

Serial He’s Our Girl part 7

Missing Kara

*Sekedar peringatan: part ini mulai agak serius, jadi jangan terlalu berharap  joke ya…

Kara POV

Mataku sakit karena terllalu banyak menangis tadi malam. Sepanjang perjalanan ke Incheon, entah mengapa, pemandangan terlihat abu-abu. Turun dari kereta, aku menyempatkan diri membeli seikat bunga untuk kubawa ke makam Hyun Jo Oppa.

Aku berjalan gontai menuju makamnya. Hyun Jo Oppa sudah menempati tempat ini sejak setahun yang lalu. Aku duduk dekat sekali dengan nisannya.

Hyun Jo Oppa, mianhae…

Aku benar-benar baru tahu. Umma tak pernah memberitahuku masalah ini. Oppa, jangan marah padaku, aku sudah tak bekerja lagi disana. Aku akan berusaha tidak lagi punya urusan dengan mereka.

Mianhae… karena aku tidak bisa berbuat apapun untukmu.. aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang..

Bogoshipo…

*

Kyuhyun POV

Sepanjang interview Konser KRY yang akan diadakan setengah bulan lagi, aku sama sekali tak bisa konsentrasi. Gadis bodoh itu membuat kepalaku penuh. Menyebalkan sekali. Setelah latihan vocal, aku segera kembali ke asrama.

Jam Sembilan malam. Aku berlari ke lantai 11 dan menuju kamarnya. Pintu menjeblak. Aku selalu berharap gadis itu tengah menggulung tubuhnya dalam selimut didalam sana.

Tentu saja itu tidak terjadi. Kamarnya kosong. Masih sama dengan yang kulihat tadi pagi. Aku kembali ke ruang tengah, mengambil minum, menyambar PSP, dan main game. Sudahlah, mungkin gadis itu takkan kembali kesini lagi untuk selamanya. Aku menengok jam dinding, sudah jam Duabelas malam, si Ikan kembung itu juga belum kembali. Hyung-hyungku sudah tengkurap di kasurnya, namun aku masih keras kepala menunggu Donghae Hyung. Aku harus tahu apa yang terjadi dengan Kara kemarin. Dengan begitu, mungkin aku bisa tahu kemana dia kira-kira pergi.

Menjelang setengah satu malam, ikan Kembung itu kembali bersama si Monyet Hutan. Keduanya sibuk latihan dance akhir-akhir ini. Manajer SM Entertainment akan merilis Album  ‘The Great D’ –group Main Dancer baru kolaborasi Shinee dan Super Junior yang digawangi manusia-manusia tak bertulang belakang seperti Eunhyuk, Donghae Hyung serta Taemin dan Key dari Shinee-. Album tanpa lirik –hanya musik- itu menghabiskan jadwal mereka bulan ini.

Ia kelihatan lelah dan malas sekali bertemu denganku. Namun aku tak bisa menunggu lagi. aku harus bertanya padanya sekarang.

“Hyung..” panggilku.

“Ya.. aku tahu.. sebentar ambil air minum dulu” katanya sambil melengos menuju kulkas. Ia kembali dengan sebotol air mineral dan duduk disebelahku.

“Kau tahu Hyun Jo?” dia memulai dengan bertanya padaku. Aku mengangguk. Kara beberapa kali menyebut nama Oppa-nya itu padaku. Donghae Hyung menaruh air mineralnya. Mukanya keruh.

“Kibum yang menabraknya hingga meninggal dua tahun lalu…Aku dan Hyukkie berada satu mobil dengannya saat itu, Kibum yang menyetir..” Katanya dengan suara berat.

“Apa dia baru tahu Kibum Hyung yang menabraknya?”

“Ya.. dia baru tahu kemarin sore, aku yang menyuruh Kibum memberitahunya”

Donghae Hyung menghela nafas lagi. Matanya merah.

“Sebenarnya kita berhutang banyak pada keluarga Kara, kalau saja ibunya memperkarakan kasus ini ke Pengadilan, mungkin album ketiga kita akan tertunda dan kita akan kehilangan member lagi..”

Aku masih bingung.

“Ibu Kara tidak memberitahu siapapun siapa yang menabrak putranya, bahkan pada Kara…” lanjutnya lagi.

“Kenapa kau menyuruh Kibum Hyungmemberitahu Kara?”

Donghae Hyung mendengus sambil menatapku.

“Dia berhak tahu…Sampai kapan kita akan merahasiakannya? Lagipula, aku juga tidak mau membuat Kara membenci ibunya sampai dia dewasa nanti..ibunya tidak salah.. yang salah adalah kita yang menyuruhnya merahasiakan kasus ini”

“Apakah karena itu kalian menerimanya tinggal disini?”

Donghae Hyung mengacak rambutku.

“Mungkin iya, Sehari sebelum Kara datang kesini, Ibunya menelfonku dan mengatakan padaku saat mobil temannya hilang adalah  kesempatan yang bagus untuk mengatakan sendiri pada Kara tentang masalah ini..”

Aku semakin bingung.

“Jadi, kalian semua tahu masalah ini? Kenapa tidak memberitahuku?”

Donghae Hyung meneguk air minumnya lagi.

“Tidak juga.. hanya aku, Hyukkie, Kibum, Heechul dan leeteuk Hyung yang tahu..Bukankah sebuah rahasia akan semakin tidak terjaga kalau semakin banyak penjaganya?” jawabnya retoris.

“Jadi masalah mobil itu…” lanjutku.

“Kebetulan saja mobil temannya hilang…” jawab Donghae Hyung singkat .

“Lalu, mengapa dia tiba-tiba baik padaku kemarin malam?” aku terus bawel. Donghae Hyung menatapku tak berselera.

“Aku tidak tahu… Mungkin dia ingin berbuat baik padamu sebelum dia pergi..Lagipula kau sama sekali tak ada hubungannya dengan kasus ini kan?..”

Ia melirikku sambil menguap “Baiklah, Apa semua sudah jelas Kyuhyunnie?.. aku ngantuk sekali… besok pagi aku akan ke Incheon ke rumah Kara… aku ke kamar dulu..”.

“Tunggu… ke Incheon rumah Kara?.. Apa aku boleh ikut?” tanyaku antusias. Ikan kembung itu tertawa.

“Ne..bangunlah lebih awal, besok aku dan Hyukkie kesana pagi-pagi…aku harus segera menjemputnya kembali, aku bisa gila kalau tak melihatnya lebih lama lagi..” katanya enteng.

“Tunggu Hyung…” tanganku memegangi tangannya.

“Ige Mwoya?… Kau tak tahu mataku berat sekali hah?” dia agak kesal.

“Jadi.. karena itu kau dekat sekali dengan Kara?”

Dia tertawa lagi.

“Kau mau aku jawab apa?” tanyanya balik. Aku menatapnya penuh harap.

“Baiklah.. awalnya mungkin karena aku memang merasa bersalah padanya.. tapi sekarang tidak.. sepertinya aku mulai menyukainya..” jawabnya datar.

Aku melotot kaget. Ikan Kembung ini benar-benar menyukainya?

“Kalau begitu.. selamat tidur Hyung..” jawabku sambil buru-buru berbalik meninggalkannya. Aku tidak mau dia menyadari perubahan ekspresiku.

Mendadak tangannya meraih tanganku.

“Apakah kau juga menyukainya Kyu?” matanya menatap mataku. Mulutku grogi. Ikan kembung Sialan!

“Aniyo… aku hanya…” kalimatku terpotong.

“Aku pegang kata-katamu Kyuhyun-ah… Kalau begitu Selamat tidur…”

*

Kara POV

Kemarin siang aku sampai di rumah. Aku dan Umma diam saja –sama sekali belum membahas masalah Hyun Jo Oppa-. Aku bingung harus mengawalinya darimana. Ah, kenapa ini begitu sulit?

“Hyun Mi –ah..” seseorang memanggilku dari belakang. Aku masih memegang sapu di halaman rumah. Alarm tanda bahaya! Bukankah itu suara Lee Chan Seouk?.

Astaga, kenapa pagi-pagi dia sudah muncul disini?

Pemuda itu menghampiriku. Menarik hoodie yang menutupi kepalaku.

“Kau Hyun Mi kan? Kenapa diam saja?..”

Aku mendongak menatapnya malas. Sial, Ini benar-benar Lee Chan Seouk.

“Ne… Mianhae.. aku tidak terbiasa dipanggil begitu..” kilahku. Dia tersenyum dan mengacak rambutku.

“Kemana saja kau?..”tanyanya lagi. Aish.. aku benar-benar tak ingin bicara dengannya..

“Aku di Seoul” jawabku sesingkat mungkin. Aku membalikkan punggung dan buru-buru menyapu halaman lagi. Dia masih mengekor. Oh Tuhan, aku benar-benar ingin membuang orang ini ke tempat sampah.

“Ada apa dengan rambutmu?” dia masih bertanya. Aku membelakangi wajahnya. Aku benar-benar tak berminat menatapnya.

“Aku pangkas. Mianhae.. tapi aku sibuk.. bisakah kau tinggalkan aku sekarang?” tanyaku berlagak sopan. Dia menarik tanganku.

“Hyun Mi-ah.. Mianhae.. aku ingin minta maaf masalah mobil itu..” katanya kemudian. Aku mendengus.

“Ige Mwoya?.. Bukankah aku sudah mengembalikan uangnya ke rekeningmu hah?” akhirnya emosiku naik juga.

“Sebenarnya..sebenarnya…tapi kau jangan marah..” katanya gugup. Aku menatapnya semakin kesal.

“AKU SUDAH MARAH SEKARANG!.. jadi katakan saja apa yang ingin kau katakan sekalian aku punya alasan untuk membunuhmu!” teriakku. Sapu halamanku mengacung ke kepalanya.

“Mobil itu.. mobil itu sebenarnya tidak hilang..”

“MWO?!.. TIDAK HILANG?!.. HYAAAAA…. KAU BENAR-BENAR MEMBUATKU GILA CHAN SEOUK!” kali ini sapu halamanku bertubi-tubi memangsa kepalanya. Dia berlari sambil meminta ampun.

“Kau mau minta maaf Chan Seouk? Kau tahu apa yang harus kulakukan gara-gara mobil bodohmu itu hah?!.. Aku membudakkan diriku sendiri selama dua bulan!!” teriakku seperti orang kesetanan. Dia masih menutupi kepalanya sambil berjongkok. Aku bahkan tidak peduli kalau kepalanya copot karena hantaman sapuku.

“Sebenarnya aku ingin mengatakannya padamu…..tapi Umma-mu melarangku..”

Aku berhenti memukulnya. Mataku memelototinya.

“Kenapa Umma melarangmu? Kau jangan cari alasan.. walaupun kau bilang begitu aku tetap akan membunuhmu!” sanggahku.

“Sungguh. Umma-mu melarangku memberitahumu.. katanya kau harus tinggal disana..aku tidak bohong..” katanya gugup.

“Lalu uangnya kau kemanakan?” tanyaku masih emosi.

“Aku memberikannya pada Umma-mu.. sungguh.. aku tidak bohong..”

Sebenarnya aku sedikit lega. Kalau uang itu ada di Umma sekarang, aku tak perlu repot-repot mengganti uang Siwon Oppa. Tinggal kembalikan, beres!

Aku menurunkan sapuku. Berjalan cepat menuju dapur. Umma sedang mencuci sayuran di wastafel.

“Umma… Apakah Chan Seouk memberimu uang ganti mobil?”

Umma menoleh. Melihatku sebentar.

“Ne.. Waeyo?” tanyanya balik. Nadanya datar-datar saja.

“Umma!… Mengapa Umma tak bilang padaku?!” aku benar-benar emosi sekarang.

“Kau mengganti nomor ponselmu.. dan tidak pernah menghubungiku..Lalu..bagaimana aku harus mengatakannya padamu?” jawabnya kalem. Tangannya masih sibuk memilah-milah sayur yang ditata diatas piring.

“Umma!.. aku bisa….gi..”

Teeeet..teeeet…

Teriakanku terpotong suara bel. Aish.. bel itu mengganggu saja.

“Bicaranya nanti saja… cepat bukakan pintu.. mungkin pengantar susu…” ucapnya lagi. aku membanting sapuku ke lantai .

Aku menarik gorden jendela sedikit dan mengintip siapa yang datang.

Tiga pemuda memakai masker dan topi berdiri didepan pintu rumah.

MWO? Kenapa mereka bisa disini?

Aku segera kembali kedapur menemui Umma.

“Umma… kalau ada yang mencariku bilang saja aku sudah mati!..” kataku setengah teriak sambil menggayuti lengan Umma. Umma menatapku aneh.

“Memangnya ada yang mau mencarimu?”

Hyak… Ummaku ini ternyata sangat menyebalkan…

“Pokoknya Umma harus bilang aku tidak ada!” kataku lagi.

Suara bel rumah masih terus berdering. Umma mencopot celemeknya dan berjalan ke ruang tamu. Aku mengintip dari lubang ventilasi kamarku yang menembus ruang tamu.

Tiga pemuda bodoh itu mencopot maskernya.

“Annyeong Ahjumma… apa kabar?” Monyet Hutan menyapa duluan. Umma memeluk mereka satu persatu.

“Aku baik-baik saja.. hm.. aku belum pernah melihatmu kan?” tangan Umma menunjuk wajah Kyuhyun. Pemuda bodoh itu terlihat kikuk.

“Aniyo.. Umma..”

Mwo? Umma katanya?

Eunhyuk Oppa menjitak kepalanya.

“Maksudku Aniyo ..Ahjumma.. Cho Kyuhyun imnida…” katanya sambil membungkuk. Umma mengelus rambutnya.

“Ya.. aku tahu kau,.. aku sering melihatmu menyanyi..ternyata kau lebih tampan dari yang kulihat di televisi..” kata Umma tenang. Kyuhyun tersenyum bangga.

Umma menyilahkan mereka duduk.

“Apa ada yang bisa kubantu?” Umma bertanya. Donghae Oppa menatap Umma agak takut, lalu menatap Hyukkie Oppa dan Kyuhyun bergantian.

“Apakah Kara kesini?” lanjutnya. Umma memandangi mereka satu persatu.

“Hyun Mi? Apa dia tidak di asrama kalian?” Umma bertanya balik.

Tunggu, jadi Umma tahu aku tinggal disana?

Aish…ini benar-benar kejahatan terkonspirasi. Umma-ku sendiri mengorbankan anaknya untuk jadi pembantu.

“Aniyo… dia pergi sejak kemarin.. kami sudah mencarinya di Seoul seharian dan dia tidak ada.. apa dia tidak menghubungi ahjumma?” Eunhyuk Oppa ganti bertanya. Umma tersenyum kecil.

“Gwaenchana.. dia memang suka kabur sejak kecil..Nanti dia akan kemabli sendiri kalau sudah tidak punya uang, kalian tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya, Apa kalian sedang ada masalah dengannya?”

Hyak… Ummaku benar-benar mengerikan. Bagaimana mungkin dia bilang begitu tentang anaknya sendiri?

“Tapi.. apa dia benar-benar tidak apa-apa? Dia tidak kesini?” Kyuhyun mulai ikut bersuara. Aku melirik ekspresinya dan ingin tertawa karenanya. Lihatlah Cho Kyuhyun, aku tahu kau merindukanku…

“Aniyo.. dia sudah lama tidak menghubungiku.. apa kalian tidak punya nomor ponselnya?” Umma menatap mereka. Mereka saling melirik lagi.

“Dia meninggalkan ponselnya ahjumma..Mianhae Ahjumma.. kami tidak bisa merawatnya dengan baik..” Donghae Oppa meminta maaf sambil menunduk. Eunhyuk Oppa dan Kyuhyun ikut menundukkan kepala.

“Kami sudah mengatakan padanya tentang Hyun Jo… lalu dia marah dan meninggalkan asrama..” Donghae Oppa meneruskan.

“Kalau begitu.. bukankah itu artinya dia sudah tak perlu tinggal disana?.. Kalau dia kembali nanti aku akan bilang agar dia tak kembali ke asrama kalian dan merepotkan kalian lagi..” kata Umma tenang.

Donghae dan Kyuhyun mendongak dan bertatapan bersamaan.

“Aniyo.. Ahjumma… kami senang dia tinggal di asrama kami” Donghae Oppa segera berkelit.

”Dan dia sama sekali tak merepotkan..” Kyuhyun menambahi.

Mwo? Apa aku tak salah dengar dia bilang begitu?

Eunhyuk Oppa menatap mereka keheranan. Kelihatan sekali dia sedang menahan tawa.

“Baiklah.. terserah kalian saja, nanti kalau dia kembali aku akan menyuruhnya menghubungi kalian, apa ada nomor ponsel yang bisa dihubungi?” Umma bertanya lagi. Ekspresinya tenang sekali.

Kyuhyun dan Donghae Oppa segera menuliskan nomor ponsel mereka di secarik kertas. Sekali lagi, monyet hutan itu melihat mereka keheranan.

“Cukup satu saja…” katanya. Donghae Oppa segera menyodorkan nomornya. Kyuhyun ikut menjejalkan kertasnya keatas meja.

“Ini nomor ponselku Ahjumma, hubungi aku kalau ada kabar tentang Kara..maksudku.. Hyun Mi..” kata Donghae Oppa sambil menyodorkan kertasnya ke tangan Umma. Kyuhyun ikut menyodorkan kertasnya. Mereka saling melirik. Eunhyuk Oppa akhirnya tertawa juga melihat mereka berdua. Aku juga tak habis pikir apa yang sedang mereka lakukan.

“Apakah dia tidak punya teman yang mungkin saja dia kunjungi?” Kyuhyun tiba-tiba bertanya lagi. Umma berlagak memikirkan sesuatu.

“Aniyo… yah kalian tahu, dia agak sulit mempunyai teman.. ada temannya Lee Chan Seouk, tinggal disekitar sini, tapi sepertinya dia juga tak mungkin kesana.. sudahlah.. kalian tenang saja.. dia akan baik-baik saja.. dia pernah hilang di Bandara dua hari dan kembali dengan baik-baik saja..” terang Umma kalem.

Yhaik! Umma benar-benar menurunkan pasaranku. Mereka bertiga tampak sangat syok dengan fakta yang baru mereka dengar.

Mereka bangkit berdiri. Membungkukkan badan dan berbasa-basi sebentar sebelum akhirnya meninggalkan rumah. Umma mengantar mereka keluar.

Aku keluar kamar menunggu Umma kembali. Umma kembali sambil merapikan ikatan rambutnya. Ia menatapku dan melengos begitu saja ke dapur.

“Umma…” seruku. Dia hanya berdehem tak menjawab.

“Jadi.. selama ini Umma sudah tahu aku ada di asrama mereka?” tanyaku sambil berdiri di belakangnya.

“Ne…” jawab Umma singkat. Tangannya kembali sibuk menata sayuran yang akan dia rebus.

“Mengapa Umma tidak mengatakannya padaku?” tanyaku lagi. Kali ini mataku sudah panas sekali.

“Sudahlah Hyun Mi.. apapun yang kukatakan atau yang akan kau lakukan, Hyun Jo tidak akan hidup lagi.. untuk apa memperpanjang masalah ini lagi?” Umma berhenti menata sayurannya dan mengajakku duduk di ruang makan. Matanya juga memerah.

“Mereka pemuda yang baik.. aku ingin mereka sendiri yang memberitahumu tentang Hyun Jo.. kalaupun aku memberitahumu sejak awal, kau pasti akan melakukan kebodohan lagi.. kau harus ingat.. Perusahaan mereka bisa melakukan apa saja demi karir mereka..itu tidak akan baik untuk kita..” Umma melanjutkan.

Aku mulai menangis.

“Mereka yang membunuh Hyun Jo Oppa Umma… bagaimana bisa… aku.. memaafkan mereka?”

Umma mengelus rambutku.

“Mereka tidak sengaja.. Mereka sudah meminta maaf… sudahlah Hyun Mi..”

Tangannya membekapkan kepalaku ke dadanya. Aku sudah terisak sekarang.

“Mengapa …Umma membiarkan mereka begitu saja?” tanyaku lagi. Umma tersenyum sambil menatapku.

“Mereka pemuda yang baik.. mereka sudah berusaha memperbaiki kesalahan mereka.. lalu untuk apa  kita harus memperpanjangnya lagi? Memenjarakan mereka takkan membuat kakakmu hidup lagi Hyun Mi…” kata Umma lagi. Aku memeluk pinggangnya.

“Kita harus segera mengembalikan Uang ganti mobilnya pada mereka Umma..aku tidak mau punya urusan lagi dengan mereka…” ucapku kemudian.

Umma melonggarkan pelukannya dan menatapku agak takut.

“Umma… jangan bilang uang itu sudah habis… Umma….aku akan benar-benar marah kalau Umma menghabiskan uangnya…” kataku mulai cemas.

“Hyun Mi-ah.. mianhae….”

*

Kyuhyun POV

Baiklah, gadis itu tak kembali ke rumah ibunya. Lalu, dia pergi kemana?.

Sepanjang perjalanan kembali ke Seoul otakku terus-terusan memikirkannya.

“Hyun Mi… aku lebih suka dia dipanggil begitu.. terdengar lebih manis” Ikan kembung mulai bicara lagi. Hyukkie hyung menanggapinya dengan tersenyum.

“Bukankah itu semakin merepotkan? Aish.. gadis itu punya tiga nama sekarang..” aku ikut menimpali. Hyukkie Hyung –yang menyetir mobil- menatapku dan Donghae Hyung bergantian.

“Tapi bukankah itu terdengar lebih bagus? Baiklah… mulai sekarang aku akan memanggilnya Hyun Mi..Bagaimana menurutmu Hyukkie?” Ikan kembung itu masih semangat melanjutkan. Matanya melirik Eunhyuk Hyung –yang duduk disebelahnya- penuh harap. Aku menatapnya sebal.

“Kurasa aku lebih suka memanggilnya Kara.. aku sudah terlanjur biasa memanggilnya begitu..” jawab Eunhyuk Hyung. Jawaban yang bagus Hyung, Ikan Kembung itu memang kebanyakan acara.

“Kenapa kalian membicarakan seseorang yang belum tentu kalian temui lagi?” ucapku cepat. Mereka menoleh ke belakang. Menatapku bergantian.

“Aku yang akan menemukannya..” kata donghae Hyung singkat. Dia benar-benar membuatku bernafsu menendangnya.

“Aish.. terserah kau sajalah Hyung..” kataku akhirnya.

Eunhyuk Hyung tertawa melihatku dari kaca mobilnya.

“Sepertinya kau akan patah hati Kyuhyun-ah..Hahahaha”

*

Kara POV

Aku tidak tahu lagi apa yang akan kulakukan sekarang. Umma telah menghabiskan uang ganti mobilnya untuk membayar hutang, membayar listrik, sewa rumah, dan berbagai macam hal yang disebutnya: keperluan gawat.

Aish… aku benar-benar bisa gila…

“Kau bisa membantuku Chan seouk?” Pada akhirnya aku tak punya pilihan lain selain merepotkan Lee Chan Seouk yang penuh kesialan itu. Aku harus sesegera mungkin mendapatkan pekerjaan dan mengganti uang mobil itu. Aku tak mungkin meminta uang sebanyak itu dari Appa. Umma sudah terlalu sering meminta padanya.

Chan Seouk menatapku sambil memainkan ponselnya. Chan Seouk adalah satu-satunya teman dekatku, dan aku adalah satu-satunya teman dekatnya. Kami berdua punya masalah dengan ‘pergaulan dengan teman sebaya’. Kata teman-temanku sekelas, aku sama sekali tidak asyik dijadikan teman. Selain kasar, aku juga terlalu cuek dengan apa yang terjadi disekitarku. Aish.. aku sendiri sudah terlalu sibuk mengurus tiga adikku yang membuatku emosi jiwa setiap hari. Mana sempat aku memikirkan urusan mereka?. Sama sekali tidak penting.

Chan seouk tidak punya teman karena memang dia itu sangat memalukan dan terlalu polos. Okelah, dia memang pintar Matematika, tapi selain itu dia tidak tahu apa-apa. Dia sama sekali tidak seru diajak mengobrol, dan mengalami masalah ‘serius’ dengan penampilannya. Dia seperti pemuda yang hidup di zaman Prasejarah.

“Kurasa.. sebaiknya kau bekerja jadi pelayan di restoran Umma-ku saja bagaimana?” katanya yang segera membuat nafasku macet.

Umma-ku bekerja menjadi koki disana. Restoran milik Umma Chan Seouk adalah restoran laris yang cukup terkenal di daerah sini karena harganya yang murah. Saking murahnya, pengunjungnya juga membeludak. Bekerja disana sama artinya menjadi kuli bangunan. Tidak ada jam istirahat dan gajinya juga takkan cukup untuk bersenang-senang, hanya cukup untuk biaya makan dan listrik sebulan.

“Apa tidak ada cara lain?” tanyaku sambil menahan mulutku sendiri agar tidak memakinya. Dia menoleh dan menatapku lagi.

“Tapi itu takkan cukup untuk mengganti uang mobil.. Bagaimana kalau kau juga menjadi pengantar Pizza dan pengantar Koran sepertiku?” ucapnya santai. Kepalaku mogok bekerja. Oh Tuhan… selain jadi kuli bangunan, ternyata aku juga masih harus jadi kuli antar…

“Ne…” jawabku lemas.

“Kalau begitu, mulai besok aku akan mengantarmu ke kantorku.. dan juga mengajakmu ke restoran Umma-ku…”

Aku terpaksa tersenyum dan menggangguk.

*

Kyuhyun POV

Sudah seminggu dan gadis bodoh itu sama sekali tak menunjukkan sinyal akan kembali kesini. Aku sudah senewen memikirkannya. Banyak ketololan yang kulakukan beberapa hari ini. Sehari yang lalu, aku membeli boneka Barbie edisi jumbo –tingginya setengah meter- hanya karena wajah boneka itu mirip dengan Kara. Aku juga mencetak foto kami di mobil berkali-kali dan menyelipkannya dimana-mana. Tiap kali ada interview, aku selalu menyelipkan salam untuk Cho Minho. Sebagai akibatnya, Choi Minho Shinee kemarin menelfonku karena mengira aku sedang mencarinya.

Sepulang latihan vocal dengan Yesung dan Ryeowook Hyung, seperti biasa aku langsung kembali ke asrama dan membuka pintu kamar Kara.

Walaupun itu sama sekali sia-sia, aku masih saja setia melakukannya.

Aku agak kaget karena melihat selimut diatas kasurnya bergerak-gerak. Sepertinya ada seseorang didalam sana.

“Kara-shii… apa itu kau?” kataku setengah berteriak. Selimut itu berhenti bergerak begitu mendengarkan teriakanku.

Aku segera menghampirinya dan memeluk selimut itu seerat yang kubisa.

“Kyuhyun-ah… lepaskan.. kau mau membuatku kehabisan nafas hah?”

Aku segera bangkit berdiri.

“Donghae Hyung!…. Apa yang kau lakukan disini?” teriakku kaget. Ikan kembung itu benar-benar membuatku ingin menghantam kepalanya.

“Aku tidur.. kau tidak lihat?” tanyanya balik.

Aku mendengus sambil keluar dari kamar. Kenapa ikan kembung itu tidur disitu? Membuat orang jantungan saja.

Aku kembali ke kamarku dan membanting tubuhku ke kasur. Kulihat Sungmin Hyung -yang sekamar denganku- sudah tidur lelap. Memang ini sudah malam, sudah pukul duabelas lebih. Aku bangkit berdiri dan mengambil laptopku yang beberapa hari ini jarang kubuka. Jadwalku penuh dan mood-ku sedang jelek.

Mendadak aku ingat sesuatu. Bukankah gadis itu meninggalkan alamat e-mail untukku?

*

Kara POV

Malam yang dingin. Aku sedang tiduran di kamarku. Hyun Wo –adikku yang masih kelas Satu SMA- tengah belajar disebelahku. Karena keterbatasan ruang di rumah ini, kamarku dan kamar Hyun Wo dijadikan satu, walaupun kasurnya beda. Sementara si kembar Hyun Jin dan Hyun Jae yang masih SMP menempati kamar disebelah kamar Umma.

“Noona… bisakah kau berhenti memutar lagu itu? kepalaku pusing mendengarnya.. kau sudah memutarnya berkali-kali.. apa telingamu tidak sakit?” Hyun Wo merebut ponselnya yang tengah kupakai dan mematikan lagu Kyuhyun yang sedang kuputar.

“Aniyo… apa kau tak bisa membiarkanku senang sedikit?” protesku. Tanganku menyambar ponselnya lagi.

“Kalau begitu, pergilah dari dekatku… aku tak bisa konsentrasi karena mendengar lagu bodohmu itu Noona..” balasnya dengan lagak menyebalkan.

Hyun Wo memiliki kepribadian yang agak merisaukan. Dia suka sekali belajar. Dia memang pintar dan daya tangkapnya juga tinggi, tapi hobi-nya itu kadang membuatku senewen. Dia sekamar denganku, dan takkan mengijinkanku membuat keributan sekecil apapun kalau dia sedang belajar.

Aku berdiri dan pindah tiduran di sofa ruang tamu. Disebelahku tidak ada siapa-siapa sekarang.

“Hyun Mi-ah…” teriak Umma dari kamarnya.

Kali ini apa lagi?

“Bisakah kau matikan musikmu sebentar?…atau dengarkan pakai earphone! Televisi-nya tidak terdengar dari sini..” katanya.

Rumahku ini memang tidak layak ditinggali. Jarak antar ruangan sangat sedikit dan perabotannya terlalu penuh. Masalah utamanya adalah: luas rumahku yang menyesakkan dada alias sempit sekali. Bahkan suara kentutpun akan terdengar ke seisi rumah.

Aku  emosi sekarang. Kalau saja Earphone-nya ada, aku juga takkan repot-repot menyetelnya seperti ini. Hyun Wo ceroboh itu tak punya earphone Umma!.

“Aniyo Umma…” teriakku balik. Umma menghampiriku dan merebut ponsel Hyun Wo.

“Apa kau tak sakit kepala menyetel lagu ini belasan kali?”

“Aniyo.. aku suka lagunya” balasku enteng. Umma menatapku murka.

“Kalau kau menyukai penyanyi-nya.. mengapa tak kau temui saja dia?.. Bukannya dia juga menyuruhmu menemuinya? Kau ini benar-benar membingungkan…” katanya agak kesal. Umma kembali ke kamarnya dan mematikan televisi. Aku diam membeku ditempatku duduk sambil memikirkan ucapan Umma.

Apakah sebaiknya aku kembali kesana?

*

Kyuhyun POV

Aku akan baik-baik saja walaupun aku sendirian.

Setiap kali aku berfikir tentangmu, secarik senyuman menghiasi wajahku.

Aku menghapus tulisanku lagi –sebenarnya itu bukan hasil karyaku, itu lagu yang kunyanyikan dalam sebuah Ost drama di televisi, hehe-. Bukankah ini terlalu lebay? Kepalanya bisa meledak kalau membacanya.

Cho Minho… kalau kau tidak kembali kesini dalam waktu 10 hari.. aku akan melaporkanmu ke polisi karena menggelapkan uang Super Junior..

Aish.. dia takkan kembali kalau kuancam begini. Apa yang seharusnya kutulis biar dia kembali dan aku tidak malu bertemu dengannya?

Hyun Mi-ah.. Aku akan memberimu uang saku dua kali lipat dari yang diberikan Siwon oppa padamu asal kau mau kembali.. Lihatlah.. baju kotorku menumpuk dimana-mana..

Baiklah, itu terlalu berlebihan. Aku memintanya kembali bukan untuk jadi pembantu. Dan si bodoh itu juga takkan mau kembali kalau tahu aku menginginkannya jadi pembantu. Apa yang harus kutulis?

Aku harus menulisnya dari hati. Sesuatu yang sangat ingin kusampaikan padanya. Tapi apa? Tiba-tiba terpikirkan olehku kata-kata menjijikkan yang sudah lama tidak aku ucapkan. Aish.. apa aku benar-benar akan menulisnya?

Aku segera mengetik kalimat itu dan meng-klik ikon ‘send’. Aku menghela nafas sekaligus merasa malu sendiri. Aku melirik kotak keluar, dan membaca ulang kalimat tolol itu.

Kara-shi, Bogoshipo.

Harga diriku terasa terkapar di tanah karena menulis dan mengirimnya untuk perempuan pendek bertegangan tinggi itu.

Dengar Cho Minho, kalau kau masih keras kepala tak mau kembali setelah membaca e-mail ini, aku takkan segan membuatmu menderita…..

*

Kara POV

Sudah dua minggu aku keluar dari asrama. Sebenarnya aku cukup tertekan dengan pekerjaan baruku yang bisa saja membuatku kehilangan tulang belakang. Tiap pagi buta, aku mengantar koran, agak siang aku mengantar pesanan pizza, dan sorenya aku bekerja di restoran hingga malam. Badanku mungkin sudah mengecil beberapa senti gara-gara pekerjaan hebat ini. Belum lagi pikiranku yang mulai aneh. Entah kenapa, aku jadi sering memikirkan Oppa-oppaku di asrama. Terutama anak setan itu. Wajah kadaluarsanya seakan menempel di bola mataku. Aku melihatnya gentayangan dimana-mana. Aish.. itu mungkin efek samping gara-gara mereka terpilih menjadi kover kotak bungkus Pizza yang kuantar.

Aku sedang membersihkan meja restoran malam itu. Setengah jam lagi restoran tutup. Aku melirik Umma yang sudah siap pulang ke rumah.

“Hyun Mi-ah… bukannya itu kau?” Umma menodongkan telunjuknya ke televisi yang dinyalakan di restoran. Mukanya agak panik.

Aku melirik layar televisI.

Kyuhyun tolol –yang berdiri di samping Yesung dan Ryeowook Oppa- tengah mengumumkan sesuatu sambil menunjuk slide background panggung yang berisi tulisan ‘KRY 1st Concert’ besar dan …FOTOKU!.

Jika kalian menemukan pemuda ini di jalan. Kalian bisa menghubungi nomor yang tertera di slide. Pemuda ini sudah membawa lari uang salah satu member kami. Namanya Cho Minho.. atau kadang dia berpura-pura menyamar menjadi wanita dengan nama Kara atau Park Hyun Mi. Badannya pendek dan wajahnya seperti anak SMP. Kemungkinan besar dia masih di Korea hingga saat ini. Dia membawa kerugian yang sangat besar bagi group kami, tapi tentu saja kami menginginkannya hidup-hidup….

HYA! CHO KYUHYUN!!…..

*

End of part 7

Koment yhak…

Biar author semangat nulis part 8, cz udah ngadat parah…

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Satu tanggapan

  1. kyuhyun……astaga baru ngirim email dng kata2 kangen,sekarang malah ngumumin kara hilang dng bawa uang,kayak penjahat aja tuh kara hehehehehe…………

  2. wkwkkkkkkk,,,
    ngakak aq bc bag.”Jika kalian menemukan pemuda ini di jalan. Kalian bisa menghubungi nomor yang tertera di slide. Pemuda ini sudah membawa lari uang salah satu member kami. Namanya Cho Minho.. atau kadang dia berpura-pura menyamar menjadi wanita dengan nama Kara atau Park Hyun Mi. Badannya pendek dan wajahnya seperti anak SMP. Kemungkinan besar dia masih di Korea hingga saat ini. Dia membawa kerugian yang sangat besar bagi group kami, tapi tentu saja kami menginginkannya hidup-hidup….”
    gelo si kyu mah,,,,,aigo,,,,,

Comment Please ^^ Don't Be Siders okay ;)