[Oneshoot] TIMES

Annyeong… aq datang lagi nih bawa ff baru… ^^
klo kmrn aq cuma ngepost ficlet doang, skrg aq post oneshot deh dan lain kali mungkin aq bakal post yg series..Hehehe… doain aja… selama respon dr reader baik,aq bakal rajin ngepost kok 😀
Maka dari itu jgn lupa komen ya chingudeul…
Seperti biasa, yg mau ngobrol2 silakan follow @ShiraeMizuka
Aq ini orangnya ramah kok, ga doyan makan orang (abaikan!)

Title                : Times

Author            : Shirae Mizuka

Genre              : Romance,Fantasy

Rating             : PG+15

Length            : Oneshoot

Cast                : Choi Minho (Shinee), Lee Ji Yoo (OCs), Choi Eun Kyo(OCs), Han Soo Hee and other cast.

Kita tidak pernah akan tahu, kapan selisih antara cinta dan benci itu menjadi sangat tipis. Bagaimana nantinya Tuhan menjalankan permainan nasib yang diperankan oleh manusia yang pada akhirnya terjebak sendiri oleh perasaan mereka masing-masing… Bahkan ketika kau bangun dari tidurmu, orang yang paling kau benci bisa saja telah menjadi orang yang paling kaucintai.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Epilog

Seoul Hotel

18 September 2016

-Author POV-

           

            Cahaya matahari kian berani, berbanding lurus dengan setiap inci pergerakan naiknya. Bias-biasnya menelusup masuk menerobos beberapa lapisan fitrage putih polos di kamar sebuah hotel. Rambatannya pada media udara terhantarkan dengan cepat ke seisi kamar dan seketika mengusik tidur seorang gadis dari lelapnya manakala bias-bias itu menerpa wajahnya.

Gadis itu menggeliat dan mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum akhirnya ia kembali ke alam sadarnya. Seketika, saat kesadarannya memulih, gadis itu kontan terhenyak melihat sesosok namja yang masih terlelap dengan damai di seraya memeluk ringan pinggangnya dan parahnya wajah namja itu hanya berjarak sekian senti dari wajahnya sendiri. Ia nyaris kehilangan akal ketika mendapati tubuhnya tidak lagi berbalut apapun kecuali selembar selimut putih yang ia pakai berdua bersama namja itu. Tidak ada bedanya, gadis itu pun yakin, namja di sampingnya itu pun pasti kini dalam keadaan serupa, tanpa busana.

Ya Tuhan… Apa yang telah terjadi?!

Bahkan ketika gadis itu benar-benar sadar siapa namja yang ada di sampingnya itu, ia hanya duduk dengan tergesa, lalu sebuah jeritan keraslah yang berhasil ia luapkan sebagai respon.

“KYAAAAAAAAAAA~~~~”

Jeritan keras gadis itu dengan cepat memenuhi kamar itu dan tak ayal segera mengusik tidur si namja. Namja itu bahkan segera terduduk saking kagetnya dengan teriakan itu.

Sesaat, ternyata butuh waktu bagi si namja untuk memulihkan kesadarannya. Namun begitu ia menangkap ekspresi horror di wajah sang gadis, ia cepat buka suara. “Ji Yoo-ahWaegeurae?” tanya namja itu dengan raut cemas.

“CHOI MINHO, APA YANG SUDAH KAULAKUKAN PADAKU, HAH?!” pekik gadis itu. Matanya menyorot namja bernama Choi Minho itu dengan tajam. “AKU MEMBENCIMU CHOI MINHO. AKU AKAN MEMBENCIMU SAMPAI SALAH SATU DIANTARA KITA MATI!!!”

Choi Minho, namja itu, terdiam sejenak. Apa yang telah ia lakukan pada Ji Yoo?! Pertanyaan itu mengusiknya. Terakhir kali yang ia ingat hanyalah berbotol-botol martini yang ditenggaknya yang perlahan-lahan mulai merenggut akal sehatnya. Dan kehilangan akal sehat sama artinya ia kehilangan pengendalian terhadap hasrat. Hasrat yang terpendam bertahun lamanya untuk memiliki gadis yang ternyata selalu mempertahankan kebencian untuknya. Namun ternyata perasaan sepihak itu tak dapat lagi dibendungnya terlalu lama.

Sungguh amat berbahaya ternyata, berada dalam jarak begitu dekat dengan gadis yang kau impikan jika kau sedang berada dalam keadaan mabuk. Minho bahkan tidak ingat lagi bagaimana detilnya ia bisa menyeret Ji Yoo ke kamar hotel ini hingga kini mereka bangun dalam keadaan tanpa busana.

Minho menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia mengusap pelipisnya dengan frustasi ketika isak tangis gadis bertubuh mungil disampingnya itu luruh perlahan.

Mianhae… Ji Yoo-ah…” gumam Minho. Tangannya terulur ragu-ragu untuk menyentuh pundak Ji Yoo dan keraguan itu ternyata menang hingga pada akhirnya tangannya hanya menggantung begitu saja di udara.

“Mungkin… benar apa yang sudah kulakukan padamu semalam adalah hal yang tidak seharusnya. Ini perbuatan bejat, aku tahu. Tapi aku akan bertanggung jawab, Ji Yoo-ah. Tidak apa jika kau tetap membenciku, aku akan tetap bertanggung jawab. Apapun akan kulakukan untuk menebus kesalahanku…” tutur Minho.

Ji Yoo kontan menatap Minho nanar. “Tidak ada yang perlu kau lakukan untukku. Mungkin satu-satunya hal yang perlu kau lakukan hanyalah pergi sejauh mungkin dariku atau kau mati saja sekalian!”

Gadis itu menyeka air mata seadanya dan terburu-buru menjangkau pakaiannya yang berserakan di lantai. Ia hanya ingin berlalu secepat mungkin dari sana dan menjauh dari makhluk terkutuk yang bernama Choi Minho itu.

Saranghae, Ji Yoo-ah…” Namun namja itu justru bergumam sendiri, sebuah gumaman yang sarat akan keputusasaan.

oo000oo

-Ji Yoo POV-

Aku benar-benar tidak peduli bagaimana penampilanku ketika keluar dari gedung hotel itu. Aku tadi mengenakan pakaian terburu-buru dan sama sekali tidak sempat mempedulikan soal dandanan. Aku kini hanya perlu untuk menjauh sejauh-jauhnya dari namja sialan bernama Choi Minho. Sebelum aku benar-benar mewujudkan niat terpendamku untuk membunuhnya…

“Ji Yoo-ah…” Samar-samar kudengar suara seorang namja memanggil namaku. Aku menoleh kebelakang dan melihat Choi Minho beberapa belas meter di belakangku sedang melangkah cepat-cepat untuk menyusulku. Ia bahkan tidak peduli saat langkah terburu-burunya membuat ia menabrak beberapa orang yang juga tengah melewati trotoar jalan itu. Ck, mau apa lagi sih, dia? Kenapa ia masih menyusulku? Refleks akupun mempercepat langkahku. Aku benar-benar tidak mau lagi berurusan dengannya, dengan lelaki hidung belang yang telah merenggut kesucianku. Aku membencinya, sampai mati pun aku akan tetap membenci Choi Minho!

Sesekali aku melirik ke belakang untuk memastikan jarakku dengan Minho cukup aman atau tidak. Dan sialnya, ternyata ia sudah berjarak beberapa meter saja di belakangku. Bagaimana ini?!

Dengan tergesa-gesa aku menoleh ke sekeliling, kemana kiranya aku bisa melarikan diri dari namja sialan itu. Tapi tidak ada apa-apa. Hanya ada kerumunan orang yang berlalu lalang. Di jalanan aku juga tidak ada melihat satupun taksi yang melintas. Dan jarak Minho sudah  terlalu dekat denganku, jika pilihanku adalah bersembunyi di salah satu toko yang berjejer di pinggir jalan. Ia pasti bisa melihatku.

Satu-satunya pilihanku adalah halte bis di seberang jalan. Kebetulan kulihat ada sebuah bis yang sedang berhenti untuk menaikkan penumpang. Jika aku cepat-cepat, mungkin aku bisa kabur dengan bis itu…

oo000oo

-Minho POV-

Tidak. Tidak Ji Yoo-ah, perhatikan langkahmu!

Oh Tuhan, bagaimana ini?! Aku melihat Ji Yoo melangkah tergesa-gesa melintasi badan jalan. Gadis itu sepertinya sama sekali tidak memperhatikan sebuah truk yang melaju kencang dan mulai mendekat ke arahnya.

Refleks, kaki-kakiku pun berlari lebih cepat menyusul Ji Yoo. Aku harus menyelamatkan gadis itu. Harus!

Gadis itu sepertinya kini sadar akan bahaya yang mulai mendekat padanya. Dan ia hanya mematung menatap truk yang masih belum sama sekali menurunkan kecepatannya. Gadis itu memucat.

Tenanglah Ji Yoo-ah… Aku akan menyelamatkanmu…

Dan semua berlangsung terlalu cepat dan saat sadar aku sudah berada di tengah badan jalan bersama Ji Yoo. Gadis itu masih mematung dan menatap kepala truk dengan nanar. Samar-samar kudengar jeritan ketakutan orang-orang di sekeliling kami. Aku tak peduli, aku hanya harus menyelamatkan Ji Yoo. Maka kudorong tubuhnya dengan keras ke pinggir jalan, membuat ia jauh dari lintasan truk yang semakin mendekat…

BRUKKKK

Truk itu menghantamku keras membuat tubuhku terpental beberapa meter jauhnya dan menghantam aspal jalan dengan keras. Remuk, tulang-tulangku serasa remuk. Dalam pandangan yang mulai mengabur, kulihat orang-orang mulai mengerubungiku. Mereka hanya melihat, menjaga jarak untuk tidak lebih mendekat…

Dimana Ji Yoo? Apakah dia baik-baik saja?

“M-m-minho-ah…” Kulihat gadis yang kucari menyeruak diantara kerumunan orang-orang dan segera terhenyak di sampingku. Ia memucat sementara satu persatu dan perlahan-lahan, tetes air mata mengalir di pipinya. “Minho-ah, mianhaemianhae…” Gadis itu terus bergumam diantara isaknya.

Rasa sakit yang menjalari tubuhku kian bercokol, namun kupaksakan seulas senyum pada gadis itu…

“Ji Yoo-ah… Jika waktu bisa diputar kembali, bolehkah aku meminta dua hal?” ujarku. Gadis itu diam dan masih berlarut-larut dalam isaknya. Dia terus-terusan bergumam ‘mianhae’ sambil sesenggukan dan tidak menanggapi ucapanku. Tapi aku tak sanggup lagi menunggu reaksinya. Aku telah melihatnya. Melihat roh serba putih dan bersayap yang melayang-layang di sekitarku. Sepertinya ia malaikat yang akan segera mengambil nyawaku.

“Jika waktu bisa diputar kembali Ji Yoo-ah… aku hanya menginginkan dua hal. Menghapus kebencianmu dan sedikit keberanian untuk membuatmu mengetahui perasaanku lebih cepat… Setelah itu aku tidak akan menyesali apapun lagi…”

End of Epilog

~~~~~~~~~~~

Jika waktu bisa diputar kembali…     

Daeguk Senior High School – Seoul

11 September 2011

-Author POV-

Dear… Minho oppa … Sebenarnya sudah sejak lama aku menaruh hati padamu, mencintaimu dalam diam, memujamu…”

Dahi Ji Yoo seketika berkerut-kerut tak karuan. Ia bergidik ngeri menatap kertas biru muda di tangannya yang baru dibacanya beberapa penggal kalimat itu. Butuh waktu bagi otak gadis itu untuk bereaksi terhadap apa yang baru saja dibacanya. Maka ketika sirkuit otaknya mencapai tahap loading yang sempurna, jeritannya segera pecah.

YAAA… SOO HEE-AH, APA-APAAN INI?!” Pekik Ji Yoo histeris.

Di samping gadis itu, Soo Hee kontan menutup telinganya dan memejamkan matanya rapat-rapat ketika mendengar suara jeritan menggelegar Ji Yoo barusan.

“Ji Yoo-ah, kau tidak berniat membuatku tuli, kan? Bisa kah kau pelankan sedikit suaramu?” Protes Soo Hee begitu ia telah melepaskan kedua telapak tangannya pada telinganya dan seketika menatap Ji Yoo dengan tatapan sebal. “Lihat, orang-orang mulai melihat kita dengan tatapan aneh…” sambung Soo Hee lagi begitu menyadari mereka telah menjadi pusat perhatian akibat teriakan Ji Yoo yang sangat tak manis barusan.

“Habisnya, apa-apaan surat ini, huh?! Kau sudah gila, Soo Hee-ah?” gerutu Ji Yoo.

Ne. Aku tergila-gila pada Minho oppa.” tangkap Soo Hee cepat, senyumannya dengan cepat merekah lebar menghiasi wajah bulatnya yang berisi.

Neo jeongmal michyeosseo! Kau benar-benar sudah tidak tertolong lagi, Soo Hee-ah.” Ji Yoo menatap gadis disampingnya itu seraya bergidik ngeri. “Kenapa kau bisa suka padanya sih? Dari sekian banyak namja di sekolah ini, kenapa harus dia?” Ji Yoo menunjuk-nunjuk ke arah lapangan basket dan memusatkan pandangan pada salah seorang namja yang tengah men-dribble bola di tengah lapangan. Pada seorang namja yang kini bermandi keringat, dengan nafas terengah-engah dan sesekali melirik keranjang basket yang akan menjadi sasaran bola yang tengah di dribble-nya itu. Pemandangan itu terlihat jelas dari bawah pohon rindang tempat Ji Yoo dan Soo Hee duduk berselonjoran kini.

Ya, Ji Yoo dan Soo Hee kini memang berada di taman belakang sekolahnya. Tak jauh dari taman itu, memang terdapat sebuah lapangan basket dan tak jauh dari sana juga ada lapangan sepak bolanya.

“Memangnya kenapa? Dia tampan dan pintar. Kau tahu, banyak sekali gadis-gadis yang menginginkannya di sekolah ini.” Soo Hee menatap sahabatnya itu dengan mata membola, keheranan.

“Aku benci padanya!” ketus Ji Yoo.

“Ah, hentikan kebencianmu yang tidak beralasan itu Ji Yoo-ah. Aku memperlihatkan surat itu padamu bukan untuk mendengar ocehan kebencianmu padanya. Aku ingin meminta pendapatmu tentang surat itu, karena aku akan menyatakan cintaku pada Minho oppa sebentar lagi…”

Ji Yoo tersentak kaget, ia kontan memelototi Soo Hee dengan tatapan shock luar biasa. “Kau akan menyatakan cinta padanya? Kau akan menyesal Soo Hee-ah…” gerutu gadis itu kesal.

Soo Hee memberengut. “Padahal tadinya aku berharap kau akan mendukungku dan menyemangatiku…” gumam Soo Hee kecewa.

oo000oo

-Ji Yoo POV-

Dalam beberapa menit terakhir, tatapanku mengikuti setiap adegan yang terjadi tepat di depanku kini. Soo Hee sudah tak dapat dicegah. Ia berjalan yakin menuju lapangan basket dan menginterupsi permainan basket Choi Minho dan teman-temannya. Gadis itu bahkan tidak merasa jengah pada berpuluh-puluh pasang mata lainnya yang menjadikannya kini sebagai titik fokus pandangan.

Lihat saja, gadis itu benar-benar baru saja memasukkan dirinya ke mulut buaya. Sepertinya ia berniat sekali untuk mempermalukan dirinya sendiri di depan umum. Jalan pikiran yang sungguh tidak bisa kupahami.

Sekarang, Soo Hee menunduk malu-malu di depan Choi Minho. “Oppa…” suaranya nyaris mencicit. Tangannya terulur menyerahkan surat biru muda itu pada Choi Minho yang terlihat sedikit kebingunan.

Gila! Gadis itu sudah gila! Batinku berkali-kali.

“Apa ini?” tanya Minho keheranan. Ia membolak-balik surat yang diberikan oleh Soo Hee dengan dahi berkerut. Tapi hanya sesaat. Tak lama kemudian, tawanya pun pecah. “Ini… surat cinta?” tanyanya takjub.

Soo Hee mengangguk ragu-ragu. Dan kembali, anggukan ragu-ragu itu disambut tawa geli Choi Minho.

“Kau memintaku menghentikan permainan basketku hanya karena kau ingin memberikan surat ini?!” Minho berdecak. “Kalau begitu menyerah saja lah, nona. Aku bahkan tak berniat sedikitpun pacaran denganmu.”

Wajah Soo Hee kini memerah padam dan ia tundukkan kepalanya dalam-dalam. Bahunya terlihat bergetar. Aku tahu gadis itu kini mulai menahan tangis.

Ini dia! Inilah alasanku pada Choi Minho setengah mati. Ia itu sok dan tidak berperasaan.

Awas saja, kau Choi Minho! Batinku.

Dengan langkah tegap dan lebar, aku beranjak dari tempatku sekarang. Aku mengangkat daguku dan menatap Choi Minho dengan garang.

Yaaa!!! Choi Minho, berani sekali kau menyakiti hati sahabatku!” jeritku ketika jarakku dengan namja itu tinggal beberapa langkah lagi.

Alis namja itu bertaut. Mungkin ia heran dengan keberadaanku yang tiba-tiba. Tapi sungguh aku tidak peduli dan aku hanya terus melangkah semakin mendekat.

“Aku membencimu, Choi Minho!” semburku. Dan dalam gerakan tak terduga kuangkat sebelah kakiku dan kuinjak kakinya sekuat yang aku bisa.

“Arrrrrggghhh” Namja itu kontan menjerit kesakitan. Rasakan itu namja sialan!

“Ayo cepat pergi dari sini, Soo Hee-ah.” Kutarik tangan Soo Hee yang masih berdiri terpaku dengan tampang cengonya. Aku tidak peduli aku sampai harus menyeretnya, yang jelas kami harus cepat menyingkir dari tempat itu.

Namun baru beberapa langkah…

BUKKKKKK

Sebuah benda bunda bundar berwarna hitam dan putih tiba-tiba menghantam kepalaku dengan keras membuat langkahku sontak terhenti. Aku hanya bisa melongo saat melihat benda itu kemudian tergelinding pelan di kakiku. Begitu pula dengan orang-orang yang di sekelilingku, semuanya belum sempat menunjukkan reaksi apapun.

Dari mana benda bundar setan ini datang?!

Satu detik… Dua detik… Tiga detik…

Ya Tuhan… Bumi yang kupijak terasa berputar lebih cepat. Kepalaku berdenyut-denyut dan penglihatanku mulai menggelap.

“Ji Yoo-ah…” Lamat-lamat kudengar suara Soo Hee yang memanggil namaku dengan nada cemas.

Aku tak menyahut. Pandanganku semakin gelap, kesadaranku pun hilang… perlahan-lahan…

Sial sekali nasibku. Dan semua ini gara-gara Choi Minho! Aku benci padanya. Sampai mati pun aku akan membencinya!

oo000oo

Seoul University

12 September 2016

-Ji Yoo POV-

“Kau terlambat setengah jam di hari aku mengadakan tes, Lee Ji Yoo-ssi. Berani sekali kau. Maka tidak ada hukuman yang paling pantas selain tugas design iklan individual yang harus kau kerjakan dalam waktu seminggu. Tentu saja temanya aku yang menentukan. Fotografi. Dan lihat saja, apa yang bisa kulakukan jika kau mengerjakannya secara asal-asalan!”

Rentetan kalimat panjang yang diucapkan oleh Park songsaengnim—dosen paling sangar sedunia itu— terdengar bagai sambaran petir di telingaku. Kebodohan macam apa yang telah aku lakukan pagi ini hingga aku harus mengalami nasib sesial ini? Membuat design iklan dalam waktu seminggu dengan tema yang telah ditentukan. Ya Tuhan, tidak adakah yang lebih buruk dari ini!?

Jadi wajar saja jika sekarang aku hanya bisa terus-terusan berjalan gontai serupa orang yang sudah tidak makan selama seminggu saat menyusuri koridor kampus. Aku lemas dan kehilangan semangat.

“Ji Yoo-ah, kenapa kau lemas begitu? Bersemangatlah!”

Kulihat Choi Eun Kyo—yang saat ini entah masih pantas entah tidak kusebut sebagai sahabat—datang entah dari mana dengan senyum sumringah dan menyejajarkan langkahnya denganku. Euughh, berani sekali dia memasang tampang tak berdosa seperti itu, padahal aku tadi sudah mengiriminya pesan singkat tentang hukuman yang kuperoleh pagi ini. Maka kontras dengan senyumannya itu, aku segera menghentikan langkahku dan malah menatap tajam pada gadis itu.

Yaaa… Ji Yoo-ah… tatapanmu itu seram sekali, asal kau tahu…” Eun Kyo bergidik ngeri setelah kuhadiahi tatapan tajam barusan.

Aku tersenyum sinis, “Itu belum seberapa. Aku bahkan berniat membuatmu jadi daging cincang setelah ini.” gerutuku. “Ini gara-gara kau Eun Kyo, jika saja pagi ini kau tidak merengek-rengek minta jemput dan aku harus menunggumu selesai berdandan sekian lama maka mungkin aku tidak akan mengalami nasib sial seperti ini.”

Mianhae… Itu karena Seung Hyun oppa tidak bisa menjemputku pagi ini dan kau tahu kan, aku tidak terbiasa naik bis?! Tentu saja menumpang di mobilmu adalah pilihan yang paling tepat…” ujar Eun Kyo yang berusaha untuk tampak sepolos mungkin di depanku.

Keterlaluan! Tentu saja aku kali ini aku tidak akan terbujuk dengan mudah oleh tampang polosnya itu.

“Ah, aku tidak peduli, Eun Kyo-ah. Pokoknya kau harus membantuku mengerjakan hukumanku. Ini benar-benar gila, aku harus membuat design iklan dalam waktu seminggu dan sendirian. Ini terlalu sulit! Apalagi konsepnya fotografi. Aku tidak tahu menahu soal fotografi…” keluhku.

“Aku mahasiswi sastra, Ji Yoo-ah, kau lupa? Jika kau saja yang seorang mahasiswi advertising mengatakan ini sulit, maka bagiku ini tentu saja mustahil! Tentu aku tidak akan bisa membantumu apa-apa.”

Dahiku berkerut. Lagi-lagi kutatap Eun Kyo dengan tatapan ingin membunuh. Jangan bilang kalau gadis ini berniat lepas tangan begitu saja. Jika hal itu benar terjadi, ia benar-benar akan kucincang tanpa ampun.

“Enghh… ta- ta-tapi, mungkin aku bisa mencarikan jalan keluar untukmu…” gagap Eun Kyo. Baguslah ia cepat sadar dengan maksud dari tatapan mengerikan yang barusan kuberikan. “Soal fotografi itu, aku akan meminta bantuan pada sepupuku. Kau tahu kan, dia kuliah jurusan fotografi dan kau tidak perlu meragukan kemampuannya.”

Sepupunya dia bilang?! Maka segera kuhela nafas kuat-kuat. Memangnya ada berapa banyak sepupu Eun Kyo yang kuliah jurusan fotografi. Hanya satu dan namanya Choi Minho. Namja yang sudah membuatku menghabiskan nyaris separuh usiaku untuk membencinya.

Mungkin seharusnya aku dulu tidak perlu memulai persahabatan dengan Eun Kyo. Mengherankan sekali jika menyadari sahabat terdekatku selama kuliah adalah sepupu dari orang yang paling kubenci. Seorang namja yang dulu telah membuat seorang sahabatku terluka dengan penolakannya yang tidak berperikemanusiaan.

oo000oo

Di sebuah lounge di Kota Seoul

13 September 2016

-Minho POV-

            Di sebuah lounge di sudut Kota Seoul yang nyaman, aku dan seorang gadis bertubuh mungil sedang duduk berhadap-hadapan, hanya berdua. Gadis itu adalah Lee Ji Yoo, hoobae-ku saat di SMA dulu. Sepupuku, Eun Kyo memintaku untuk membantunya mengerjakan hukumannya. Aku tahu dari dulu ia membenciku, tapi… ini kesempatan langka bagiku. Untuk mendekat padanya… Untuk membuatnya sedikit menyadari keberadaanku…

“Jika hukumanku itu sebagiannya bukan karena kesalahan Eun Kyo, aku pasti tidak sudi menerima bantuanmu, Choi Minho!” celetuk gadis itu ketus. Ia mengetuk-ngetuk meja lounge dengan gelisah. Sepertinya ia benar-benar benci berduaan denganku.

Aku terdiam. Kebenciannya sepertinya tidak pernah berkurang rupanya, malah sepertinya semakin menjadi… Dia bahkan tidak memanggilku oppa meski aku sunbae-nya…

Ji Yoo-ah… Apa yang membuatmu membenciku?! Andai kau mengetahui satu hal, perasaanku, apa kau akan tetap membenciku begini?

Kau bahkan tidak memberi kesempatan sedikit padaku untuk mendekat padamu…

“Sebaiknya kita cepat-cepat menyelesaikan ini semua… Aku tidak ingin berlama-lama denganmu!” tukasnya. Kali ini dengan nada yang jauh lebih kasar.

“Tidak masalah, asalkan setelah ini berakhir, kau harus mentraktirku minum.” kataku mencoba sedikit mencairkan suasana. Tapi apa yang kudapati? Gadis itu hanya melengos.

“Huh, terserah!” umpatnya.

Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan untuk menghapus kebencianmu padaku Ji Yoo-ah?

oo000oo

Klub Malam

17 September 2016

-Ji Yoo POV-

Pengerjaan konsep iklan, pembuatan story board bahkan development design untuk tugas hukumanku berjalan sangat lancar hingga semuanya dapat kuselesaikan hanya dalam waktu lima hari.

Choi Minho, namja yang kubenci setengah mati itu ternyata sangat cerdas menuangkan ide-ideku dalam konsep fotografi yang brilian. Baiklah, ini pujian yang hanya akan tetap kusimpan dalam hati. Cih, mana mungkin aku memujinya secara langsung?!

Bisa-bisa makin besar kepala dia!

Tapi ada masalah. Setelah tugasku berakhir, ia kini terus-terusan mendesakku untuk mentraktirnya minum. Sebenarnya aku ingin menolak, tapi ia tidak ada henti-hentinya membuntutiku dan menuntutku soal traktiran itu.

Menyebalkan! Tapi meski menyebalkan, tapi tetap saja aku harus menurutinya… Aku tidak punya pilihan. Ketimbang aku harus terus dibuntutinya…

Maka disinilah kami sekarang di sebuah club malam. Minho sudah meneguk berbotol-botol martini. Dan sepertinya ia mulai mabuk. Sementara aku? Aku hanya meneguk satu botol, dan itu sudah cukup berefek padaku. Aku tidak biasa minum-minum begini…

“Hei, Minho-ah, jangan terlalu mabuk! Aku tidak sudi membantumu pulang jika kau dalam mabuk… ”

“Tidak apa-apa Ji Yoo-ah… karena lebih mudah bagiku untuk menyatakan perasaanku padamu jika aku mabuk…”

“Eh?!” seruku kaget. Lalu  entah setan apa yang sedang merasuki kepalanya, ia mendekat padaku. Menarikku untuk juga semakin mendekat padanya. Sekuat tenaga aku menolak, tapi itu justru itu membuatnya semakin beringas…

Kyaaaa… Bagaimana ini?!

oo000oo

 

Daeguk Senior High School – Seoul

11 September 2011

Ji Yoo POV-

 

Kepalaku terasa begitu berat, begitu pula yang kurasakan terhadap kelopak mataku yang rasanya begitu sulit untuk di buka.

Awalnya pandanganku kabur, namun untunglah perlahan-lahan semuanya semakin jelas. Kudapati ternyata diriku terbaring di atas sebuah ranjang kecil di ruangan berukuran 4×6 meter yang di dominasi oleh warna-warna putih. Aaaahhh, aku mengenali ruangan ini sebagai ruangan kesehatan di sekolahku.

Tunggu… Sekolah?! Hei, kenapa aku bisa ada di sekolah ini? Bukankah aku kini adalah seorang mahasiswi advertising di Seoul University?! Dan terakhir kali, setelah kejadian di hotel itu, Choi Minho kecelakaan demi menyelamatkan nyawaku. Demi aku…

Ada apa ini sebenarnya?!

Dengan terburu-buru aku bangkit dari tidurku. Aku mematut-matut diriku dan mendapati tubuhku masih berbalut seragam sekolah Daeguk High School. Dan diantara kepanikan dan kebingungan aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Seketika, pandanganku menangkap sesuatu yang lebih mengejutkan, seorang namja yang tengah tertidur dalam posisi duduk di sofa ruang kesehatan. Namja itu… Choi Minho! Ya Tuhan, dia baik-baik saja kan?! Kecelakaan itu tidak merenggut nyawanya, kan?!

Tak kupedulikan rasa pening yang masih mengganggu kepalaku. Buru-buru aku bangkit dan menghampiri namja itu.

Yaaa, Choi Minho!” Aku memanggil namja itu sambil menggoncang-goncang tubuhnya. Tak lama, ia segera membuka matanya.

“Ji Yoo-ah, kau sudah siuman?!” tanyanya. “Kau baik-baik saja?”

Eh, aku?! Kenapa dia malah menanyakan aku? Seharusnya aku yang bertanya soal keadaannya. Tapi baiklah, kujawab saja, “Ne… aku baik-baik saja.”

Shock, kaget, melongo dan entah apa lagi ekspresi yang kutunjukkan ketika kemudian namja itu bangkit dari sofa, berdiri dihadapanku dan tersenyum dengan lebar, tak lupa tangannya terulur untuk mengusap lembut kepalaku.

“Syukurlah, padahal tadi aku sudah begitu mencemaskanmu…” gumamnya dengan nada penuh kelegaan.

Heh, dia benar-benar Choi Minho kan?! Si namja yang suka bersikap dingin dan seenaknya itu?! Kenapa sekarang kepribadiannya jadi lain sekali?

“Ji Yoo-ah… Kau sudah sadar?”

Mendengar namaku dipanggil, aku dan Minho segera mencari sumber suara. Kulihat Soo Hee datang dan segera menghampiri kami. Sesaat ia terlihat canggung berdekatan dengan Minho.

Aigooo… Ji Yoo-ah, untunglah kau sudah sadar… Tadi aku panik sekali saat melihatmu pingsan. Ah, anak-anak dari ekskul sepakbola itu, seenak jidatnya saja menendang bolanya kemana-mana hingga mengenai kepalamu. Beruntung sekali Minho oppa dengan cepat menggendongmu ke ruangan kesehatan dan dia terus menjagamu disini sampai kau siuman.”

Soo Hee ini kenapa cerewet sekali. Apa sakit hatinya gara-gara cintanya ditolak Choi Minho sudah sembuh begitu saja?! Cepat sekali…

Eh, tapi apa yang dia bicarakan tadi?! Aku kena bola? Pingsan? Choi Minho menggendongku? Choi Minho menungguiku hingga siuman?! Aaaaarghh… apa aku tidak salah dengar? Jadi… kuliah advertising, kejadian di hotel itu dan kecelakaan itu cuma mimpi?!

Dengan cepat aku menoleh pada Choi Minho dan mengejutkan sekali mendapati wajahnya yang memerah. Namja itu terlihat malu-malu. Apa sih maksudnya ini?! Aigooo

“Engghhh… aku… aku harus kembali ke kelas…” kata namja itu gelagapan. Ia bahkan tidak memperlihatkan wajahnya kepadaku ketika ia mulai beranjak pergi. Ada apa sih dengannya? Aneh sekali…

“Ia suka padamu!” celetuk Soo Hee. “Heh, pantas dia menolak cintaku.”

“Eh?!” seruku kaget, tapi Soo Hee hanya menyambutnya dengan anggukan yakin.

“Tak pernah kulihat kecemasan yang begitu berlebihan dari wajahnya kecuali ketika ia melihatmu pingsan tadi… Pasti ia benar-benar mencintaimu.”

“Jika waktu bisa diputar kembali Ji Yoo-ah… aku hanya menginginkan dua hal. Menghapus kebencianmu dan sedikit keberanian untuk membuatmu mengetahui perasaanku lebih cepat… Setelah itu aku tidak akan menyesali apapun lagi…”

Kalimat itu kembali terngiang di telingaku dan hal itu membuatku tercenung lama…

Entah semua ini mimpi ataukah ini memang karena Tuhan yang benar-benar memutar waktu kembali, tapi aku hanya tahu satu hal yang pasti. Ada sesuatu yang harus kuperbaiki sesegera mungkin. Dengan cepat aku bereaksi dan buru-buru melangkah keluar dari ruang kesehatan.

“Ji Yoo-ah, kau mau kemana?”

Aku terus melangkah, “Menyusul Choi Minho, aku harus berterima kasih padanya!” ujarku mantap.

Aku akan menghapus kebencianku padamu Choi Minho, karena aku juga tidak ingin ada penyesalan bagiku kelak… batinku.

…FIN…

Bagaimana? Bagaimana? Puaskah dengan endingnya?
Hahaha… ga tau kenapa aq lg suka banget bikin ff dengan ending ngegantung… #curcol

buat yg baca gomawo ya, jgn lupa komen lo… 😀

Satu tanggapan

  1. Wow, ff mu keren banget cingu XD
    sy suka suka suka banget, bikin nin lagi dong yg Minhonya… Heheh

    sy suka sama sifat cast cewe nya disitu *lupanamanya* =,= XD hehe tp kalo dipikir2 Han Soo Hee itu kayaknya bekerja sama ama Minho buat bikin yeoja nya itu jd baikkan sama Minho. Iaaa gak? *sok’ tau banget* O,O hehe tp keren lahh cingu. Di tunggu ff lanjutannya, ato buat aja sekuel nya cingu .. Oke oke ku tunggu kedatangan ff mu selanjutnya X)

Tinggalkan Balasan ke Ahoel.. Batalkan balasan