HOW TO KEEP LOVING YOU part 4 FIN

 

Disclaime: harap maklum, typo bertebaran dimana mana (gag sempet aku edit) *bow*

ps: yang garis miring berarti flashback

AUTHOR: CHIAKI HANDA

 

YOOHEE POV

Pagi ini aku terbangun dengan badan yang sangat pegal, karena dua hari belakangan ini aku terus terusan bergadang,  ini semua karena aku harus mengejar mata kuliah yang tertinggal selama satu minggu penuh, dan bisa kalian bayang kan seberapa banyak tugas yang menumpuk? Aku saja sudah hampir gila memikirkan semua ini. Tapi yah apa boleh buat, dari pada nilaiku anjlok, lebih baik seperti ini.

Dan pagi ini seperti biasa aku harus menyiapkan sarapan untuk kami berdua, untukku dan tentu saja untuk kyuhyun suamiku. Sudah seminggu kami tinggal bersama, dan komunikasi diantara kami tetap tidak berjalan dengan lancar. Aku tak tau apa penyebabnya dan bagaimana seharusnya caraku untuk mulai mencairkan suasana ini, aku tau keadaan ini tak bisa dibiarkan terus menerus ,harus ada diantara kami  yang mau mengalah, tapi siapa? Aku? Haruskah? Jika memang harus lalu bagaimana caranya? Aku tau ia tak akan penah mau melakukannya. Jika aku boleh bertanya, aku akan mengatakan,Oppa apakah rasa itu memang tak pernah ada untukku?. Ahhhhhhh  sudahlah kenapa jadi melow seperti  ini, padahal aku sudah tau jawabannya dengan sangat jelas, jawabannya adalah, TIDAK sama sekali.

Aku kembali fokus terhadap telur yang sedang ku goreng,berusaha melupakan semua pikiran yang terus berputar diotakku, entah itu tentang tugas tugasku ataupun kyuhyun. Ini baru pukul 06:00 pagi dan aku  sudah harus selesai setengah jam lagi, jika tidak aku akan benar benar ketinggalan bis, dan aku terpaksa harus menunggu bis selanjutnya yang akan tiba sekitar lima belas menit berikutnya, dan itu sangat membuang waktuku. Aku kembali  membalik balik telur  agar matangnya merata, setelah kurasa cukup kuangkat dan kupindahkan pada piring yang sudah kusediakan sebelumnya.

“ huh~ akhirnya selesai, tinggal meletakkan semuanya diatas meja” kuseka keringat yang mengalir kepelipisku dengan punggung tanganku yang sedikit berminyak sambil berjalan kearah meja makan dan meletakkan sarapan disana. Kulirik lagi kamar kyuhyun yang masih tertutup rapat sama seperti saat pertama aku keluar kamar sekitar satu jam yang lalu , sepertinya dia masih tidur karena tadi malam ia pulang sangat larut. Meskipun aku mengambil cuti selama seminggu atas perintah appa agar aku dapat mengurusnya- suamiku , tapi belum tentu dia juga bisa, karena status yang disandangnya, yaitu sebagai seorang idola.  Dan mengingat hubungan kami yang terbilang sangat aneh, bagaimana bisa aku  mengurusnya, sedangkan jika bertatap muka saja tak akan ada satupun dari kami yang membuka suara, kami seperti orang asing yang tidak saling mengenal, dan itu membuatku sangat tak nyaman.

s@r@ngh@3

            aku sudah selesai mandi tinggal berangkat, kubuka pintu kamarku pelan, untuk memperkecil suara yang ditimbulkan. Kulihat lagi pintu kamar kyuhyun, masih juga tertutup sama seperti pertama kali aku melihatnya tadi sebelum aku mandi. Kulangkahkan kakiku menuju meja makan mengambil kotak bekal berwarna merah yang sengaja kusediakan untuk diriku sendiri, karena mungkin aku tak akan sempat jika aku sarapan disini. Kualihkan pandanganku belakang saat tiba tiba kudengar suara lemari es yang tak jauh berada didekatku terbuka. Entah setan apa yang merasukiku tapi aku tiba tiba saja menghentikan kegiatanku memasukkan kotak bekal itu kedalam tas. Entah sejak kapan ia berada dibelakangku dan aku sama sekali tak menyadarinya, Kyuhyun dia disana, dibelakangku, dengan segala pesonanya yang tak pernah mau berhenti menghantuiku, ia meneguk setengah botol habis air mineral yang dipegangnya tampa mau mengalihkan sedikit saja pandangannya kearahku yang hanya berjarak kurang dari satu meter. Cepat cepat kusadarkan diriku lalu mengalihkan pandanganku darinya, ia tak berkata apa apa dan malah kembali memasuki kamarnya. Huh kekecewaanku bertambah  lagi.

s@r@ngh@3

“agassi bisa tunjukkan tiket anda?” seorang kondektur menghampiriku dengan wajah ramah yang kubalas dengan senyuman. Setelah memastikan aku mempunyai tiket ia berlalu dariku untuk menanyakan hal yang sama pada penumpang yang lainnya yang hanya berjumlah tak lebih dari sepuluh orang, karena ini termasuk pagi sekali, jadi aku hanya bertemu dengan orang orang yang berniat pergi ke kantor lebih awal atau sama sepertiku terburu buru karena tugas.  Disampingku duduk seorang gadis gendut, kurasa umur kami tak jauh berbeda atau mungkin juga sama, kenapa aku katakan seperti itu? Kurasa meskipun gendut tapi ia imut dan manis, lekuk wajahnya yang tidak terlalu bundar menyita perhatianku beberapa saat.

“ada yang bisa kubantu?“ tanyanya kepadaku yang masih memperhatikannya detail, ternyata ia menyadari gerak geriku

“eh? Anyio” gelengku cepat dan salah tingkah

“sepertinya aku harus turun” lanjutku, karena bus yang kutumpangi sudah sampai dihalte. Ia mengangguk sambil tersenyum padaku, aku  hanya mengangguk membalasnya dan berlari cepat turun dari bus.

Hari ini aku benar benar aneh, kenapa aku sering sekali memperhatikan orang lain, mempermalukan diri sendiri saja.

Aku turun dari bus dan melanjutkan berjalan menuju universitasku yang tak terlalu jauh dari halte tempat aku turun. Setelah sampai gerbang tak terlalu banyak orang berlalu lalang di parkiran juga tak terlalu banyak mobil. Aku memutuskan untuk langsung menuju perpustakaan agar tak terlalu membuang banyak waktu, sepertinya buku yang kucari juga akan sulit aku temukan oleh karena itu aku harus benar benar jeli melihat semua rak.

“sial !! kenapa tidak ada? Padahal aku sudah memeriksa hampir seluruh rak, apa masih belum dikembalikan ya?” aku terus memilah milah setumpuk buku buku yang berada disekelilingku tapi tak ada satupun tanda tanda buku yang kucari cari. Kulirik lagi jam tanganku, sudah jam sembilan tepat berarti sudah dua jam  aku disini, tinggal lima belas menit lagi aku masuk.

“sudahlah ! mungkin nanti saja setelah jam kuliah berakhir aku akan kembali”

s@r@ngh@3

waaaaaaaaaaaaa aku benar benar ingin menangis sekarang, CAPEK  kata itulah yang bisa melambangkan bagaimana aku sekarang, gara gara mencari buku sialan itu aku sampai lupa makan siang dan sekarang sudah hampir malam dan aku masih berdiri seperti orang gila di halte menunggu bus entah yang keberapa. Karena dari tadi setiap bus terisi penuh penumpang.Apakah hari ini benar benar hari kesialanku? Oh tuhan !!! “jika aku mendapatkan kesialan lagi aku akan benar benar mengamuk disini” kataku sedikit kesal, bukan sedikit malah, tapi memang benar benar kesal.

Setelah kuyakin sudah tak ada harapan lagi, kuputuskan untuk pergi ke toilet umum sebentar untuk membersihkan wajahku dan mungkin aku akan kembali lagi atau malah berakhir dengan berjalan kaki.

“apa ada orang di dalam?” entah untuk yang keberapa kalinya kuketuk pintu toilet ini, tapi tak ada jawaban sedikitpun dari dalam,  yang kudengar sekarang hanyalah suara orang terbatuk batuk, bukan terbatu batuk biasa lebih tepatnya kesakitan.

“apa anda tidak apa apa?” tanyaku memastikan, sambil terus mengetuk ngetuk pintu itu, tapi masih tetap saja tak ada jawaban. Aku mulai panik dan lebih parahnya lagi tak ada seorangpun disini selain aku dan orang asing yang ada didalam.

“ottoekaji?”   jika kubiarkan apakah dia akan mati? Lalu setetah mati hantunya akan mendatangiku dan mencoba untuk membunuhku karena tak menyelamatkannya? Aku tak mau mati muda seperti ini. Dikejar kejar hantu ? oh tidak. Beberapa kali kucoba untuk membuka pintu itu sambil terus berteriak padanya untuk tetap bertahan karena aku sedang berusaha membuka pintu sialan ini. Kurasa ia menguncinya dari dalam. Oh iya! Harus didobrak! Kubenturkan badanku beberapa kali kepintu, tapi itu membuatku meringis kesakitan karena benturan pintu yang tak juga terbuka. Kuputar putar kenop pintu sekuat tenaga sambil kutendang entah untuk yang keberapa kalinya.

Brakkkk,pintu akhirnya terbuka.

s@r@ngh@3

“hhhhhhkkkkkk”

“gwencana? Omma eottokaji? Agassi dimana obatnya? Tidak ada disini!” aku terus menggeledah tas wanita didepanku dengan panik, sepertinya ia sangat kesakitan, tapi apa yang bisa kulakukan? Tadi setelah berusaha sekuat tenaga akhirnya aku bisa mendobrak pintu ini walaupun agak sedikit lama, dan cob tebak apa yang kudapatkan? Aku menemukan gadis gemuk di bus tadi pagi, sedang terkapar lemas karena kesulitan bernapas.

“baiklah tidak ada pilihan lain selain membawamu kerumah sakit” putusku lalu berusaha mengangkat tubuh besar dihadapanku, aku tak yakin aku akan berhasil atau tidak.

“ ha dul set ihkkkkk” belum berhasil terangkat sedikitpun, ma lah berpindahpun tidak.

“uhkkkkkk, uhkkkkkkkkkk” ia masih mengerang kesakitan, sepertinya akan segera pingsan

“ agassi jangan pingsan dulu” kupukul pipinya mempertahankan kesadarannya.

“ ya sudah ! cara ini pasti berhasil, hwaiting!” kupegang kedua tangannya lalu berusaha menariknya keluar, sekarang aku seperti menyeret babi dari kandangnya. Tapi belum jauh perjalanan yang kutempuh aku sudah merasa lelah, keringatku rasanya sudah membanjiri tubuhku. Kuputuskan untuk mencari cara lain, kenapa otakku tidak jalan sama sekali? Bodoh!.

“oh” kugeledah lagi tas yeoja itu

“ketemu!” teriakku lalu menekan tuts tuts ponsel itu mencari nama yang bisa dihubungi.

AND OF YOOHEE POV

s@r@ngh@3

AUTHOR POV

“ jeongsohamnida, tapi aku harus segera pulang, ini sudah sangat malam” yoohee menundukkan sedikit badannya pada namja disampingnya, namja itulah  yang membantunya membawa yeoja tadi dengan susah payah.

“biar kuantar” katanya cepat, yang langsung ditolak dengan gelengan kuat oleh yoohee

“tidak apa apa, ini juga sudah sangat malam”

“ah anyi, terima kasih atas tawaranmu tapi aku akan pulang sendiri, lebih baik kau jaga saja temanmu” tolaknya halus, ia benar benar tak ingi diantar pulang oleh namja ini karena bisa saja statusnya  terbongkar siapa yang tau.

“oh arasseo, sekali lagi terima kasih kau sudah mau menolong minjung, jika kau tak ada aku tak tau bagaimana nasibnya “ namja itu menunduk lalu tersenyum manis kearah yoohee, sepertinya ia sangat tertarik dengan yeoja didepannya ini dan ingin sekali mengantarnya pulang. Tapi sayangnya yeoja ini sama sekali tidak mau. Ia tau ini baru pertama kalinya mereka bertemu, tapi entah mengapa saat melihat yeoja ini dengan berbagai macam expresi yang dikeluarkannya hatinya langsung saja berkata bahwa yeoja inilah takdirnya, tak perduli jika yeoja ini telah memiliki kekasih ia akan merebutnya sekuat tenaga.

“ne” yoohee berjalan meninggalkan namja itu yang masih terdiam menatap kepergiannya. Meskipun sudah menghilang dari balik lif tapi namja itu tak mau melepaskan pandangannya dari sana. ‘wanita pertama yang bisa mendapatkan hatinya dengan sangat mudah’ ia bergumam

“aish !! aku lupa menanyakan namanya, sial” sadar akan kebodohannya namja itu memukul kepalanya berkali kali. Ia berjanji jika bertemu lagi dengannya ia tak akan menyianyiakan kesempatan seperti yang ia lakukan beberapa saat lalu.

“ah minjung” katanya lalu pergi kekamar teman baiknya itu.

Sementara yoohee mempercepat jalannya, malah sekarang lebih tepat jika dibilang berlari,. Ini sudah lewat tengah malam dan ia masih berkeliaran, sedikit demi sedikit keringat jatuh dari pelipisnya. Ia sengaja tak memakai bus atau taksi karena jarak RS dari apartementnya hanya membutuhkan waktu kurang dari sepuluh menit berjalan kaki. Dikepalannya masih terngiang kejadian tadi, betapa sial dirinya. Lalu jika sampai apartement apa yang akan ia katakan pada kyuhyun nantinya jika ia pulang? Apa ia harus berbohong atau harus jujur? Tapi kenapa ia harus mementingkan itu, toh mungkin kyuhyun sama sekali tak perduli padanya, mengingat semua itu yoohee kemballi memperlambat jalannya sampai benar benar lambat. Ia mulai menitikkan air matanya, rasanya hari ini sangat melelahkan baginya, ia sama sekali belum makan. Diusapnya air mata yang terus saja mengalir tanpa henti dengan kesegukan yang ditimbulkannya. Udara dingin terus saja menghantam tubuhnya tanpa ampun. Orang orang yang berlalu lalang semua terlihat mementingkan diri sendiri, ia berjalan menunduk tak peduli apapun yang akan ia tabrak nantinya.

s@r@ngh@3

            “aish kemana gadis bodoh itu? Kenapa selarut ini belum juga pulang? Atau mungkin dia kabur karena tidak suka tinggal denganku? Lalu kawin lari dengan pacar barunya? Tidak, tidak, tidak !” ralatnya cepat, kyuhyun kembali berputar uring uringan ia sama sekali tak bisa tenang dari tadi karena yoohee sama sekali belum pulang padahal sudah selarut ini. Entah berapa banyak pikiran yang terlintas dipikirannya dari yang sepele sampai luar biasa aneh. Tak tahan dengan keadaan itu, dikeluarkannya ponsel yang berada disaku celananya lalu mencari nama yoohee di phone booknya, tapi itu sia sia saja karena nama yoohee sama sekali tidak ada disana

“bodoh! Kenapa aku sampai tidak menyimpan nomornya?”

PRANGGG ponsel yang tadi ditangan kyuhyun kini sudah berserakan di lantai, sama sekali tak berbentuk.  Setelah berpikir lama Ia akhirnya menyambar jaketnya cepat lalu segera keluar, ia bosan jika harus menunggu seperti ini lebih baik ia mencarinya sendiri, tak perduli dengan egonya, saat ini dia benar benar sangat khawatir.

“hhhhhh” sudah 2 jam kyuhyun berputar mencari yoohee tapi tetap saja tak ketemu, ia bahkan sudah mencari ke universitasnya tapi hasilnya nihil, disana sama sekali tak ada orang, hanya ada satpam yang menjaga gerbang. Dihalte halte bus juga sudah ia telusuri tapi tetap tak ada. Akirnya ia putuskan untuk pulang saja berharap jika ia sampai diapartment yoohee sudah berada disana, semoga saja. Kyuhyun akhirnya melajukan mobilnya pelan, siapa tau saja yoohee ada diantara orang orang yang berlalu lalang.

END OF AUTHOR POV

KYUHYUN POV

“apa dia tersesat?” lagi lagi pemikiran bodoh itu yang terlintas dikepalaku. Tapi tunggu dulu, bisa jadi dia tersesat dijalan, dia kan bodoh!. Aish apa yang harus kulakukan sekarang, aku kan tidak mempunyai nomor ponselnnya. Apa aku harus kembali lagi? Bagaimana jika tidak ketemu lagi? Kuputuskan untuk mencarinya lagi, karena ia belum juga pulang dari satu jam sejak aku memutuskan untuk meunggunya di apartment. Kupercepat langkahku berlari menuju lift setelah terbuka aku langsung masuk lalu menekan angka satu.

Aku terus berlari menelusuri jalan yang mungkin akan dilalui yoohee, huh lelah sekali tapi sosoknya tidak juga muncul dihadapanku. Baru saja aku akan memutar badanku hendak pulang tapi sebelum itu kulakukan sosok yang sangat kukenal tiba tiba membutakan mataku. Akhirnya ia muncul juga, kuhembuskan napasku lega lalu berlari menghampirinya. Ia berjalan memunduk lalu berhenti tepat dibawah lampu jalan yang kini menyinari tubuhnya.

“ yak kemana saja kau?” untuk pertama kalinya aku berbicara selancar ini padanya setelah hampir seminggu tak pernah terjadi apa apa diantara kami

“yak kau tidak tau ini sudah jam berapa? IM YOOHEE jawab pertanyaanku” teriakku mulai emosi karena dari tadi ia hanya menunduk tak mau menatapku sedikitpun, padahal aku sangat khawatir padanya

“angkat kepalamu dan jelaskan kepadaku sekarang juga!” perintaku padanya tapi tak juga ia lakukan, sampai kesabaranku benar benar habis kuangkat wajahnya cepat

“hiks, hiks” betapa terkejutnya aku dengan penglihataku sekarang, matanya sembab, mukanya pucat, dan sekarang ia malah menagis kesegukan tanpa mau membuka matanya. Tanganku masih diwajahnya

“berhenti berteriak didepanku!” teriaknya sambil terus kesegukan

“aku lelah, aku ingin pulang hiks, kenapa kau malah memarahiku hiks, kanapa kau tak pernah mau berbicara padaku hiks, apa aku seburuk itu dimatamu hisk, “

“kau bodoh, tengil, jahat hiks “ia menghentikan makiannya karena tangisnya yang semakin menjadi jadi, membuat tubuhnya berguncang kuat.

aku mematung tak tau harus berbuat apa. bahkan satu patah katapun tak dapat keluar dari mulutku, padahal aku sangat ingin meminta maaf.

“bodoh!” hanya kata itu yang mampu kukeluarkan untuknya, lalu dengan cepat kutarik dia kedalam pelukanku  membiarkannya menangis sepuasnya mengeluarkan semua kegundahannya

“dasar yeoja bodoh” ia tak membalas semua perkataanku dan malah balas memelukku erat, sudah lama sekali sejak aku memeluknya terakhir kali, aroma tubuhnya yang entah sejak kapan menjadi aroma favoritku dapat kuhirup dengan bebas sekarang, dadaku sesak, apakah aku terlalu menginginkannya sekarang? Dapat kudengar suara degup jantung yang berdegup kencang, tapi entah siapa pemiliknya, apa itu suara degup jantungnya atau malah suara jantungku sendiri? kuusap rambutnya lembut, tangisnya sedikit mereda, tapi tiba tiba saja ia ambruk tak bisa menopang berat tubuhnya, dan otomatis aku juga ikut terduduk.

“waegure?” tanyaku padanya, awalnya kukira dia pingsan tapi ternyata tidak, syukurlah

“aku lelah” suaranya lemas,

“bodoh” kudorong kepalanya pelan dengan jari telunjukku,  membuat kepalanya sedikit bergerak kebelakang

“cepat naik !” perintahku padanya lalu kubalik badanku memunggunginya sambil menepuk punggungku.

“tapi ini tidak gratis’ lanjutku

“mwo?ttap….”

“cepat! Sebelum aku berubah pikiran” kutepuk punggungku beberapa kali, mengisyaratkannya untuk segera naik.

Aku mengkah pelan berjalan menuju apartment dengan yoohee dalam gendonganku, kuurungi niatku untuk terus bertanya padanya, membiarkan dia tenang. Ia tampak benar benar lelah, sebenarnya kemana dia seharian ini?. Selama perjalanan pulang kami tak mengeluarkan kata sedikitpun hanya diam membisu, sampai aku tak tahan dengan situasi seperti ini. Sebenarnya aku sangat nyaman dengan wanita bodoh ini bersamaku, aku berharap jalanan ini bertambah panjang agar suasana ini terus berlanjut.

“apa bayarannya?”

“mm?”

“kau bilang ini tidak gratis kan?” dari nada bicaranya dapat kupastikan dia sedang cemberut jengkel.

“aku belum memikirkannya, tapi kurasa akan sangat mahal” kataku menekankan kata mahal dengan senyum evil.

“aish”

“kau kemana saja seharian ini?” lanjutku

“banyak”

“kemana saja?” sebenarnya aku gengsi untuk bertanya terlalu banyak padanya, karena dulu ia sering sekali terlalu percaya diri

“apa kau pikun ?aku bilang kan banyak !” aish kenapa ia menjadi tambah menyebalkan sekarang, menyesal aku bertanya padanya. Kuputuskan untuk diam tak membalas perkataannya, tunggu sebentar lagi entah apa yang akan ia katakan.

“yak! Kenapa kau tidak membalasku? Aku bilang kau pikun!!” aku berusaha untuk tetap diam, padahal aku ingin sekali mencekiknya sekarang juga.

“yak, kenapa kau tidak memakiku? Aku bilang kau pikun!! Pikun!” ia mulai tak bisa diam dalam gendonganku, membuat keseimbangku mulai terganggu.

“tak bisakah kau diam! Atau aku akan menurunkanmu disini” ancamku yang membuatnya langsung diam.

“aku tak memakimu karena….”

“karena apa?” tanyanya semangat, kenapa ia ingin sekali aku maki? dasar yeoja aneh, mana ada orang yang mau dimaki, aku yakin hanya dia orangnya.

“kerena semua kejelekan sudah ada padamu, hahahahhah” tawaku renyah, tapi ia malah ikut tertawa melebihi suara tertawaku. Aku jadi curiga sebelum aku bertemu dengannya lagi ia sudah pernah masuk rumah sakit jiwa atau tidak.

Karena tak ada pembicaraan, kami lagi lagi diam, sesekali yoohee memperbaiki letak tangannya di leherku membuatku semakin merasa nyaman berada didekatnya.

“baboya??” tak ada jawaban darinya, yang kurasakan hanya ia yang memperbaiki letak kepalanya dipunggungku, dan aku sadar sekarang ia sudah tidur, cepat sekali?

S@r@ngh@3

Hari hariku dengan yoohee terasa lebih menyenangkan dari hari hari sebelumnya. Kecanggungan kami sedikit demi sedikit telah menghilang sejak malam itu, malam dimana dia menangis kesegukan ditengah jalan. Sekarang ia sungguh menjengkelkan, tidak seperti biasanya yang hanya diam  seperti tak mempunyai gairah hidup. Kadang kala aku akan berdebat dengannya jika kami tak sependapat, kadang kala tak ada yang mau mengalah, tapi yang lebih sering mengalah adalah dia. Aku sering memperhatikannya jika sedang melamun, ia tampak begitu….?aish aku juga sulit mendeskripsikannya. Dan satu lagi aku paling tak tahan jika melihat rambutnya basah, entak kenapa ia terlihat begitu menyilaukan? Kurasa begitu. Seperti pagi ini lagi lagi ia keramas membuat rambut panjangnnya mengayun ayun indah . kutelan ludahku pelan, sambil berpura pura sibuk dengan makanan didepanku.

“yak kenapa kau hanya mengaduknya saja? Apa tidak enak?”

“sepertinya aku harus menemui wookie dibawah, aku sudah kenyang” aku meninggalkan  yoohee yang masih terheran melihat tingkahku, ia mengangkat bahunya lalu melanjutkan makannya. Aku berjalan menuju dorm bawah sambil merancau tak jelas. Aish kenapa aku tak bisa menahan diri.

Aku meminta wookie untuk memasakkan  ramen untukku, kebetulan juga para member sedang berkumpul disana, hanya heechul hyung dan siwon hyung saja yang absen karena ada shooting film. Aku menghabiskan ramen  itu sambil menonton tv. Tak ada tayangan menarik, donghae beberapa kali mengganti ganti salurannya tapi siaran yang diinginkan belum juga ketemu. Akhirnya eunhyuk hyung memutuskan untuk memonton DVD.

“kyuhyun~na? barang banrangmu sudah kau pack belum?” ryeowook memandangku gelisah, aku memang tak terlalu suka mengepack barang lebih awal toh kami akan disana hanya dua minggu saja kan, tidak sampai berbulan bulan.

“belum ! memangnya kenapa?”

“bukankah kita akan berangkat  nanti sore?” lanjutnya lagi

“aku tau, lalu apa?” aku masih tak melihatnnya, karena terpokus dengan ramen didepanku

“ kau sudah memberi tau yoohee?”

“belum, kurasa aku akan memberitahunya setelah aku makan !”

“oh baguslah” sore ini kami super junior M akan berangkat ke china untuk  filming dan shootinh cf, tapi aku belum memberitahu yoohee tentang ini, sebenarnya aku  juga baru tau tadi malam dan paginya aku berencana untuk memberitahunya, tapi gara gara kejadian rambutnya aku jadi lupa semua yang ingin kukatakan padanya.

“hyung aku keatas dulu!” aku bangkit dari dudukku dan berjalan menuju pintu setelah menaruh mangkok bekas ramen didapur.

“kyuhyun~na bilang pada yoohee untuk membuatkanku omelet siperti kemarin aku suka” donghae  hyung setengah berteriak padaku sebelum aku benar benar keluar dari pintu.

“jika aku mengingatnya!” kudengar suara gerutuannya padaku, tapi tak kuhiraukan. Dasar memampaatkan saja dia.

Kumasukkan  nomor kombinasi setelah bunyi pip pintu itu terbuka

“baboya kau dimana?” tak ada jawaban, kemana dia? Kubuka pintu kamarnya tapi tetap tidak ada.

“yak aku akan ke china sore ini!” mana dia? Apa dia sudah berangkat kuliah? Ini kan masih sangat pagi. Kulihat jam tanganku,hah? Pukul sebelas lebih, kubuka korden ternyata mendung., pasti dia sudah berangkat. Apa dia bawa payung? Tapi aku yakin hari ini tak akan hujan apa aku harus menunggunya sampai pulang. Tunggu dulu hari apa sekarang? Aku berjalan menuju kalender yang terpasang ditembok. Hari rabu, berarti hanya satu mata pelajaran dan hari ini dia pulang cepat. Akan kutunggu, putusku. Aku memasukkan barang barangku kedalam  koper, tak perlu bawa yang berat berat memang aku kesana untuk apa? hanya untuk kerja kan. Kumasukkan satu demi satu pakaian pakaianku sambil sesekali melihat jam tangan, selesai mengepack aku  merasa lelah sekali lalu tertidur disofa berharap yoohee akan segera pulang.

YOOHEE POV

“ yoohee~a kau mau kuantar? Ini mendung lo!”  dong wo lagi lagi menawarkanku pulang bersama, padahal sudah sering kali aku menolaknya secara halus, tapi ia tetap saja bersi keras untuk mengantarkanku pulang, malah yang lebih parah lagi ia menawarkanku jemputan gratis yang tentunya langsung kutolak. Aku memang dekat dengan dongwo dan minjung sejak kejadian  beberapa minggu yang lalu, saat dimana minjung terjebak ditoilet umum. Aku tak menyangka kami ternyata satu kampus, awalnya aku berniat untuk membeli makanan dikantin, tapi semua kursi sudah terisi penuh oleh para mahasiswa dan mahasiswi yang sedang istirahat untuk makan siang. Baru saja aku hendak pergi tiba tiba saja seseorang menepuk pundakku yang ternyata adalah minjung. Ia mengajakku bergabung ditempatnya, semula aku menolak karena malu, tapi ia terus saja memaksa sampai aku berkata iya. Kami duduk bertiga dengan teman laki lakinya, aku juga sebelumnya pernah bertemu dengannya dirumahsakit. Ia sangat berterima kasih padaku. Mereka sangat menyenangkan dan juga baik. Jadi aku mau saja berteman dengan mereka, tapi aku masih takut jujur mengenai statusku, bukan karena aku tidak mempercayai mereka, tapi entah kenapa aku meresa belum saatnya. Dan juga mengenai dongwo, minjung bilang ia suka padaku, aku bilang padanya bahwa itu tidak mungkin. Tapi aku tau itu semua benar, aku takut jika aku mengakuinya aku akan merasa canggung didekatnya. Jadi kuputuskan untuk berpura pura tidak tau saja.

“anyi” tolakku seperti biasa

“huh aku sudah tau jawabanmu!” ia pura pura cemberut

“kalau kau sudah tau kenapa kau bersi keras untuk mengantarku pulang?” candaku

“itu karena kau seorang yeoja, dan sebentar lagi akan turun hujan!” ia mengacak  rambutku, membuatku mengerucutkan bibir

“aku bawa payung kok, jadi kau tak perlu khawatir tuan kim!” cibirku, sepertinya minjung sudah pulang, karena sejak tadi aku tak melihatnya .

“bagaimana  jika aku mengantarmu sampai halte? Ote?” tawarnya lagi

“tidak perlu, aku bisa sendiri, lagi pula aku punya dua kaki, jadi kau tidak usah   repot karena aku bukan nenek tua yang tak tau dimana letak  halte bus” dasar keras kepala. Tapi aku tau kyuhyun lebih keras kepala darinya.

“bagaimana kalau semangkuk es cream? Kau mau” tawarnya. Aku menimbang nimbang apa aku harus menyetujuinya? Tapi ini sudah terlalu siang dan sebentar lagi akan sore, apa kyu sudah makan?.

“ayo kau mau tidak? Bagaimana jika dua mangkuk ice cream? Oh tidak tidak, tiga mangkok saja bagaimana?” hah tiga mangkuk? Itu kesempatan yang sangat langka yang bisa kudapatkan. Tapi kyu? Tidak tidak hanya lima belas menit untuk tiga mangkuk ice cream kurasa cukup. Aku mengangguk berbinar.

“tapi hanya sampai halte saja tidak lebih!”

“beres princess”

“jangan panggil aku dengan panggilan menjijikan itu!”

“Waaaaaaaaaa” tiba tiba saja tubuhku oleng karena aku menginjak tali sepatuku sendiri, dasar sial sepertinya aku akan terjatuh.

KYUHYUN POV

“yoohee belum pulang juga?” aku tak menjawab siwon hyung karena aku tau mereka sudah tau dengan jelas jawabannya adalah iya. Aku dari tadi hanya mondar mandir tak karuan. Bangun tidur tadi aku tak menemukan yoohee dimanapun, kuputuskan untuk mandi dulu tapi setelah mandi pun ia tak juga pulang, apa ia ada kelas tambahan?. Sudah berkali kali aku mencoba menghubunginya tapi tak juga ia angkat. Padahal beberapa jam lagi pesawatku akan berangkat.

“belum diangkat ya?” aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan yang silontarkan sungmin hyung.

“hei kalian cepat, naik kemobil jangan hanya berdiri disana” donghae hyung melambai kearah kami yang berdiri di pinggir jalan. Aku berjalan meninggalkan siwon dan sungmin hyung menuju van, mereka masuk setelahku. Tapi aku tak terlalu memperhatikan mereka karena masih sibuk mendial ulang nomor yoohee.

“hyung bisakah kita putar balik?” aku menatap sunghwan hyung datar, mengerti dengan maksudku ia melirik jam tangannya sebentar.

“baiklah kita masih punya waktu sekitar sejam, kurasa cukup”  ia menganghuk lalu mengintruksikan pada supir kami untuk putar balik kearah universitas yoohee. Member lain tak berkata apa apa, mereka sibuk dengan pikiran mereka masing  masing. Aku terus saja berusaha menghubungi yoohee tapi tetap tak berhasil. Kami sampai tepat didepan gerbang, kuputuskan untuk memakai hody dan  masker, sunghwan hyung menyuruhku agar tidak berlama lama, aku  hanya mengangguk lalu membiarkan mereka menunggu. aku melangkah masuk sambil menunduk agar wajahku tak terlalu terlihaat, baru saja akan kucari sosoknya tiba tiba.

“brengsek” hardikku pelan  dan berlalu dengan cepat kembali menuju van, berani sekali dia melakukan itu dibelakangku. aku membanting pintu van keras semua memperhatikanku dengan heran.

“jalan !” perintahku datar sambil melempar masker yang kukenakan dengan asal tapi donghae hyung dengan sigap menangkapnya.

“waegure? Kau sudah memberi tahu yoohee?” aku hanya diam tak menjawab pertanyaannya sementara van kami sudah mulai berjalan, kukeluarkan psp dari kantung hodyku.

“kyu bukankah itu yoohee, sepertinya dia berusaha mengejar kita!” sungmin hyung berbalik kearah belakang sambil terus menyuruhku untuk mengikutinya tapi tak kuhiraukan sama sekali. Semua member mengikuti tingkah sungmin, mereka berbondong bondong kearah belakang untuk melihat apa yang dikatakan sungmin.

“dia terjatuh!” wookie berteriak. Aku sempat terkejut tapi tetap tak kuhiraukan .

“hentikan mobilnya!” sungmin hyung tiba tiba berteriak dan van berhenti.

“kau tak mau  menemuainya? Sebenarnya ada apa?” tanya sungmin hyung lagi, aku hanya menggeleng sambil tetap terfokus pada layar pspku.

“jalan !” lagi lagi sungmin mengintruksikan dan mobilpun berjalan. Semua sudah kembali ketempat duduk masing masing , tapi aku tau mata mereka masih tetap melirik ke arah belakang. Lima menit selanjutnya gerimis turun lalu disusul dengan hujan deras.

“bi…?” para member melihatku bingung, tapi tak tau harus berkata apa dengan semua tingkahku, kurasa mereka sangat penasaran dengan apa yang terjadi. Baru saja donghae hyung akan bertanya padaku tapi dengan cepat aku memasang Ipodku lalu volumenya kutinggikan, ia tampak kecewa mengangkat bahunya.

Dipesawat aku hanya diam  dan beberapa kali mencoba untuk tidur, tapi hasilnya nihil, rasannya mataku benar benara menolak untukku istirahatkan, jadilah aku hanya berpura pura sambil terus mendengar alunan musik yang terus mengalun ditelingaku.

S@r@ngh@3

YOOHEE POV

Aku terus saja menangis, rasanya air mataku tak ingin berhenti mengalir. Mataku perih disertai lututku yang sudah mati rasa karena terjatuh tadi. Van yang dinaiki kyuhyun sudah tak terlihat lagi sejak tadi. Air hujan terus mengguyur tubuhku tanpa ampun, tapi sedikitpun aku tak berusaha untuk mengelak. Kenapa aku harus menangis seperti ini? Padahal aku tau kyuhyun tak mungkin cemburu padaku, tapi kenapa rasanya sesakit ini melihatnya pergi begitu saja. Kenapa dia bisa ada disini? Berbagai pertanyaan menghujam ku. Kuhapus air mata yang  sudah bercampur dengan derasnya air hujan  karena kurasakan ponsekku bergetar. Tanpa pikir panjang aku langsung mengangkatnya.

“yoohee~a kau sudah sampai rumah?” suara dongwo terdengar khawatir, kuatur suaraku terlebih dahulu sebelum menjawabnya.

“tidak, aku masih dijalan, memangnya ada apa?” tanyaku pura pura menyelidiki.

“kau tidak sedang kehujanan kan? Aku mendengar suara hujan”

“tentu saja tidak, aku kan sudah bilang padamu aku membawa payung!” jutekku, aku menutup mulutku karena rasanya air mataku akan keluar lagi.

“oh arasseo, ingat jangan sampai kau kehujanan,”

“kau bisa mentraktirku ice cream kapan  kapan, mian ya karena aku ternyata ada keperluan mendadak”

‘gwencaha”

“annyeong dongwo~ya” tanpa berusaha menunggu jawabannya aku mematikan ponselku, karena tiba tiba saja tangisku kembali meledak, aku berusaha untuk menutup mulutku lagi dan yang terjadi bahuku malah berguncang semakin kencang. Kulihat layar ponselku, disana tertera nomor kyuhyun, ku klik dan dapat kulihat panggilan darinya yang tak satupun kujawab. Ia berusaha menghubungiku hampir puluhan kali dan aku sama sekali tak menjawabnya. Kupukul kepalaku sampil mengutuk diriku sendiri, betapa bodohnya aku , kenapa ponselku harus ku silent! Bodohnya aku. Aku berlari kencang menuju apartment, tak ada yang menghalangi jalanku, karena orang orang sudah berlindung karena hujan.

Kubuka pintu apartmentku dengan terburu buru sambil berlari ke kamar kyuhyun, tapi ia tak ada. Aku memutuskan untuk mencarinya didorm, aku yakin dia ada disana. Dengan sekuat tenaga aku berusaha berlari, air mataku sudah kering tapi sakit dilututku semakin menusuk.

“kyuhyun~na!” kubuka pintu kamarnya, tapi tak kutemukan juga. Malah dorm sangat sepi, kemana orang orang?

“oppa mana kyu?” aku  langsung menyerbu yesung oppa yang baru saja masuk. Ia tampak kebingungan melihat keadaanku sekarang yang acak acakan.

“bukankah dia pergi ke china selama dua minggu, memangnya dia tidak memberi tahumu?” dengan tampang masih bingung yesung oppa tetap menjawab pertanyaanku. Aku menggeleng pelan.

“bukankah tadi dia bilang akan menyusulmu?” aku tak menjawab.

“oh gomawo oppa” aku tersenyum padanya sebisaku lalu kembali ke apartment.

ke china?  Dua minggu? Apa aku akan sanggup bertahan tanpanya selama itu?.

S@r@ngh@3

“oppa apakah kyu ada disana?”

“………….”

“ayolah oppa, aku mohon sekali saja, aku hanya ingin menjelaskan pada kyu, setelah itu aku tak akan berusaha untuk menghubunginya lagi” entah yang keberapa kalinya aku mencoba menghubunginya hari ini dan hari hari sebelumnya, tapi tak satupun ia terima maka dari pada itu aku berinisiatif untuk menghubungi sungmin oppa, membujuknya agar mau menyerahkan ponselnya pada kyu. Sebelum menghubunginya aku sudah sangat yakin ia akan memberikannya pada kyu, tapi mendengar perkataannya padaku, membuat harapanku tiba tiba saja hilang tak berbekas.

“………”

“oh ne gwencana oppa, annyeong” kututup kembali ponsel yang membuat kupingku sakit sejak tadi karena terlalu lama menempel disana. Sudah seminggu setelah hari itu, ia tak pernah mau mengangkat telpon dariku sekalipun. Ini terlalu kekanakan kurasa, tapi aku juga merasa bersalah karena membiarkannya menungguku terlalu lama. Seminggu tanpanya aku sungguh menderita. Bangun dipagi hari terasa sangat sakit bagiku karena tak ada dia disekitarku.

“kau kenapa, siapa yang kau maksud dengan kyu?” seseorang tiba tiba saja menepuk pundakku dari belakang membuatku dengan  refleks mengahadap kearahnya.

“aanyi!” jawabku gugup.

“kau terlihat aneh belakangan ini! Jika kau punya masalah kau bisa menceritakannya padaku, bukankah kita teman?” aku mengangguk pelan, ia sudah duduk disampingku sekarang, aku sedang berada dibelakng kampus duduk disebuah bangku, sebenarnya aku masih ingin berlama lama disini, dan tak kusangka ternyata minjung masih disini.

“kau jangan khawatir, aku baik baik saja” cengirku padanya, aku yakin aku  terlihat aneh sekarang dan minjung menyadari itu, tapi ia tak berkata apa apa.

“baiklah! Kau mau menemaniku?”

“kamana?” tanyaku bingung, ia hanya tersenyum padaku lalu menarik tanganku mengikutainya.

S@r@ngh@3

KYUHYUN POV

“akhirnya selesai juga untuk hari ini!” eunhyuk hyung  berteriak lega sambil mengangkat kedua tangannya senang.

“masih ada 5 hari lagi sebelum balik kekorea, dan tinggal tiga hari sebelum semuanya benar benar selesai, setelah itu jalan jalan!” donghae hyung menambahkan, mereka memandang satu sama lain lalu saling memberi senyum yang entahlah, hanya mereka yang tau.

“aku akan membeli oleh oleh untuk yesung hyung!” seru wookie tak kalah semangat. Aku menghela napas panjang lalu bangkit dari sofa tempatku duduk, kupause game yang sedang kumainkan lalu melangkah menuju dapur, mengambil segelas air dan meneguknya habis. Semua member sedang bersantai karena pemotretan  tadi selesai lebih cepat.

“kyuhyun~na?” sungmin hyung menyodorkan ponselnya padaku.

“matikan saja!” kutinggalkan dia lalu pergi kekamar, sepertinya aku  harus tidur, sebelum aku terlalu jauh darinya sempat kudenganr ia meminta maaf  lalu mematikan ponselnya.

Sibodoh itu terus saja berusaha enghubungiku, hampir sepuluh hari aku tak pernah berhubungan dengannya. Aku tau aku sangat cemburu melihatnya dengan namja itu, apalagi dalam posisi seeperti kemarin, sangat menjiikan. Kututup pintu kamarku pelan lalu meraih ponsel yang dari kemarin kunonaktifkan. Kumainkan ponsel itu sebentar lalu mengaktifkannya. Lagi lagi pesan darinya. Kubuka pesan itu,dan  isinya lagi lagi memintaku untuk mendengarkan penjelasannya. Kenapa dia begitu bersi keras ingin menjelaskannya padaku, melihat pesannya saja membuat emosiku kembali meeninggi. Aku hanya membuka ponselku sebentar lalu kembali menonaktifkannya. Kutarik selimut yang berada dibawah kakiku, lalu menutup seluruh tubuhku dan terlelap tidur.

Aku bangunn tengah malam karena haus. Sungmin hyung tak berada didampingku, kurasa ia tidur dikamar wookie lagi. Setelah dari dapur aku kembali kekamar, kulihat ponselku berdering. Aku yakin sebelum tidur tadi aku mematikannya, tapi kenapa sekarang malah sudah menyala? Apa aku yang tidak sadar telah menyalakannya? Tanpa melihat si penelpon aku langsung menjawabnya asal, aku tau itu pasti yoohee, apa lagi yang ia inginkan, kenapa ia menelpon semalam ini, kenapa belum tidur? Aish kenapa aku harus perduli.

“kyu? Kau kah itu, a a aku” katanya gugup

“cepat katakan sebelum aku berubah pikiran untuk memutuskan  telpon darimu” kataku dingin

“jebal, aku dan dongwo tak ada hubungan apa apa, itu semua salah paham”

“kenapa aku harus tau? Dan kau tak perlu repot repot menjelaskan semua padaku, karena semua sudah jelas”

“itu tak seperti yang kau lihat” ia sedikit berteriak,tapi masih dengan suara takut. Nada suaranya makin membuatku jengkel. Dia pikir aku akan mempercayainya semuadah yang ia pikirkan.

“jadi kau kira aku abun, dan salah lihat?” tanyaku mulai emosi. Ia terdiam mencoba untuk mengumpulkan suaranya.

“aku hanya terpeleset dan dia menolongku!” ia kini mulai emosi sama sepertiku.

“dan kalian berciuman” aku  berusaha melanjutkan perkataanya

“kami tidak berciuman!” teriaknya, aku mendengus kesal.

“oh ya, hampir berciuman, jika aku tak datang!” aku meneriakinya tak kalah besar. Emosiku sudah tak bisa kutahan lagi sekarang. Dia benar benar membuatku stres dengan perkataannya. Gampang sekali dia mengatakan bahwa semua ini hanya salah  paham, jadi dia berpikir aku ini bodoh dan mudah ditipu?.

“aku bilang kami tidak berciuman! Ia hanya menolongku, aku tak tau harus berkata apa lagi padamu, kumohon percayaah padaku” katanya prustasi.

“kalian tidak berciuman, tapi dia berusaha menciummu dan kau tidak sedikitpun berusaha untuk menolaknya!” kuremas remas tanganku kuat, menahan diriku untuk tidak membuang semua yang ada disekitarku. Aku tak tau apakah para member terbangun dengan suara teriakanku tadi.

“terserah kau mau percaya atau tidak tuan cho, aku sudah tak perduli lagi, aku sudah menjelaskan yag sebenarnya padamu, dan kurasa usahaku benar benar sia sia, aku tak akan menganggumu lagi, selamat malam!” katanya dingin lalu mematika ponselnya. Tanganku mengepal kuat dan tanpa sadar ponselku sudah berserakan dilantai dan tak berbentuk. Kuacak rambutku prustasi, merutuki diriku sendiri dan didetik berikutnya kamrku sudah berubah menjadi kapal pecah.

S@r@ngh@3

Pelajaran tambahan lagi, dan terpaksa aku harus diam disini sampai sore, dari tadi pagi cuaca sangat mendung dan sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Aku memeriksa tasku berharap menemukan sebuah payung didalamnya, tapi sayang disana tak kutemukan benda yang kucari. Huh aku berharap hujan tak turun dengan deras, karena untuk hari ini yeon ajussi tak bisa menjemputku karena harus mengantar omma ke rumah sakit. Aku terus memandang langit dari tempatku duduk, aku sengaja duduk dipaling belakang dan dekat jendela agar mudah untukku memandang langit dan tak ketahuan bila pelajarannya mulai membosankan. Kukeluarkan bolpoin yang berada  ditasku lalu memainkannya sebentar. Beberapa menit kemuadian para siswa sudah ramai berebut masuk kelas karena songsaengnim sudah datang. Kuhembuskan napasku berat memperbaiki posisi dudukku yang semula diatas meja turun kekursi.

Selama seongsaengnim menjelaskan  aku tak begitu memperhatikannya, aku terus tenggelam dalam pikiranku, sambil berguman bi, bi.

Kelas selesai tepat pukul lima, dan itu membuat bokongku sedikit pegal karena terlalu lama duduk. Harapanku tidak terkabul sama sekali, hujan turun dengan sangat deras dan tidak ada tanda tanda akan reda. Aku berdiri di depan koridor kelas sambil sesekali menyentuh air hujan yang jatuh dari atap. Disini sudah tak terlalu banyak orang, hanya teman teman sekelasku yang menunggu  jemputan. Satu demi satu mereka mulai berkurang dan hanya menyisakanku seorang. Kukeluarkan ponsel yang bersarang di kantung celanaku mencari nomor ahra nuna dan lang sung menghubunginya. Lama aku menunggu tapi ia tak juga mengangkatnya. Aku yakin jika sedang hujan begini pasti dia sedang tidur atau malah asyik menonton drama.

“oppa..!” baru saja aku akan menerobos hujan itu, langkahku terhenti oleh  suara yang sangat pamiliar bagiku akhir akhir ini. Ia melambaikan tangannya dari arah bersebrangan dengan semangat. Kulihat ia membuka payung yang dari tadi digenggamnya dan langsung berlari menerobos hujan kearahku.

“kenapa kau masih disini?” tanyaku saat dia benar benar sudah berada disampingku. Ia hanya membalasku dengan cengiran khasnya.

“menunggumu tentunya. Kau tidak bawa payung kan? Dan kurasa jemputanmu juga tidak datang” ia tersenyum dan hanya menyisakan satu garis lurus pada matanya.

“lalu?” kuangkat alisku sebelah.

“biar kuantar?”

“kau? Mengantarku?” aku menunjuknya dan diriku sendiri, tidak percayan dengan apa yang dia katakan. Mengantarku? Sebenarnya yang yeoja aku atau dia sih. Baru saja aku akan menolaknyadia sudah menarik tanganku , mengajakku berlari dibawah hujan dengan satu payung kecil ditangannya.

“yak! No michoseo?” ku tahan tangannya yang otomatis membuatnya berhenti. Tanpa pikir panjang kuambil payung yang berada digenggamannya lalu menggandeng bahunya agar lebih mendekat padaku.

“kau ingin membiarkan kita berdua basah kuyup karena ulahmu? Biar aku yang bawa!” kami berjalan menuju halte bus. Aku sedikit kerepotan dengan payung ini, sangat sulit untuk menjaga  agar kami tak terkena air hujan. Beberapa kali kutarik sibodoh ini lebih mendekat lagi yang membuatnya makin tersenyum lebar.

“dimana kau menungguku?”

“diperpus, kanapa aku lama sekali? Aku sampai tertidur disana gara gara menunggumu, jika tak ada petugas perpus yang membangunkanku mungkin aku akan menginap disana kemalaman” aish lugu sekali dia.

“lalu sopirmu?” kenapa aku jadi seperti mengintrogasinya? Sejak kapan aku jadi ingin tahu masalahnya?.

“hahahah aku menyuruhnya pulang duluan”

“yak! Jangan memeluku sembarangan!” aku berusaha melepas tangannya dari pinggangku tapi itu malah membuatku basah, sedangkan dia tak perduli dengan hujan. akhirnya aku menyerah dan tetap membiarkannya seperti itu.

Kami sampai dihalte bus. Dan seragam kami sama sama setengah basah. Saat bus berhenti aku naik dan dia ternyata mengikutiku. Aku bertanya padanya kenapa dian naik, bukankah jalur rumahnya berbeda denganku?.

“aku ada perlu” jawabnya, aku menahan diriku untuk tidak bertanya padanya ada keperluan apa. Kami duduk dibangku paling belakang, tak terlalu banyak orang didalam bus. Hanya sepasang kakek dan nenek dan seorang pekerja kantoran yang sepertinya sedang tidak terburu buru, karena sekarang pria itu sedang asyik menelpon dengan..entahlah kurasa anaknya. Aku yakin orang orang lebih baik meringkuk dikasur dengan selimut melilit tubuh. Jarak kami duduk hanya beberapa senti meter. Diluar masih hujan dan badanku sedikit menggigil, aku melirik sibodoh yang duduk disampingku, ia menggosok gosok kedua tangannya menciptakan sedikit kehangatan. Matanya beberapa kali melihat keluar jendela, entah apa yang ia cari disana. Kuperhatikan dia, seragamnya lebih basah dari seragamku, tetes demi tetes air jatuh dari rambutnya yang basah. Aku berusaha menyadarkan diriku sambil beberapa kali menggeleng tak jelas.

“oppa ada apa?”

“anyi” kataku datar, ia hanya mengangguk lalu kembali mengosok tangannya. Entah kenapa rasanya aku ingin menggenggam  tangan  itu. Tak bisa bertahan dengan keadaan itu, kukeluarkan Ipodku dan menyumpal telingaku dengan headset.

Sudah sampai, aku langsung turun dan dengan cepat berteduh dihalte. Dia juga ikut turun, aku bertanya kenapa dia turun, aku mau mengantarmu katanya. Terserah kau saja balasku. Jarak rumahku dari halte tidak cukup dekan bisa dikatakan agak jauh. Dan sekarang ditambah cuaca yang tidak mendukung jadilah kami berjalan dengan agak lambat agar tak terlalu basah meskipun sebenarnya seragam kami sudah basah.sepanjang perjalanan ia tak banyak bicara hanya tersenyum senyum sendiri entah itu karena apa.

sekitar lima belas menit kemudian aku sampai, rumahku terlihat sepi, mungkin ahra nuna sedang tidur. Sibodoh ini hendak masuk bersamaku tapi langsung kuhentikan dengan menahan tangannya. Aku bilang tak perlu mengantarku sampai dalam, disini juga sudah cukup, ia mengangguk kecewa, bukankah dia ada keperluan lain, kenapa menunjukkan wajah kecewa seperti itu? Dasar aneh!.

Aku meninggalkannya masuk kedalam rumah, benar saja disana tak ada siapa siapa, hanya ahra nuna yang tertidur dengan tv masih menyala. Kebiasaan buruk! Karena basah aku langsung menuju kamar dan mandi. Aku baru saja hendak tidur tapi tiba tiba saja ahra nuna memanggilku untuk turun.

“waegurae?”

“kenapa kau membiarkan temanmu diluar hah?” dia menatapku tajam sambil menunjuk kearah jendela. Apa yang dia katakan? Membiarkan teman? Aku berjalan mendekati jendela dan benar saja, ternyata sibodoh itu masih diluar duduk didepan gerbang dengan payung yang digenggamnya. Apa yang sedang dipikirkannya. Ahra nuna menyuruhku untuk menemuinya dan aku dengan terpaksa menyambar jaketku dan keluar dengan payung besar.

“yak kenapa kau masih disini?” dia terkaget melihat kedatanganku dan langsung berdiri dari duduknya.

“aku, aku sedang menunggu jemputan” jawabnya tergagap.

“bukankah kau ada kepentingan? Kenapa malah menunggu jemputan?”

“sebenarnya aku bohong, dan kabur dari supirku hehehe” ia menggaruk kepalanya sambil tertawa kecil. Hahah lucu sekali. Dia kabur dan sekarang minta dijemput dasar gadis bodoh. Aku tak bertanya lagi padanya, karena aku sudah tahu jawaban kenapa dia kabur dari supirnya. Itu jelas sekali karena ia ingin mengantarku pulang.

Aku memutuskan untuk menunggu supirnya karena aku sedikit tidak tega jika meninggalkannya sendiri sedangkan hujan tak kunjung reda. Syukurlah payung yang kubawa cukup besar dan dapat menampung kami berdua jadi tak perlu khawatir akan basah. Kami berdua menunggu didepan  rumahku dan tiu sangat membosankan karena supirnya tak juga datang.

“berapa lama lagi?” dia menggeleng, aish kulirik kejendela rumahku tampak ahra nuna yang sedang mencibir kearahku, awas saja nanti!.

“apa masih lama?” tanyaku lagi ketiku kurasa ini benar benar sudah sangat lama.

“oppa, jika kau lelah, kau masuk saja, aku bisa menunggu sendiri” ia menunjuk kedalam rumah. Kutelan ludahku, benar juga dia, aku kan bisa masuk, kenapa harus menunggu bersamanya. Tapi bagimana dengannya? Aku bukan lelaki sekejam itu! Eits tunggu dulu, bukankah biasanya aku tak perduli? Kenapa kali ini rasanya berbeda.

“tidak bisa!” jawabku refleks. Ada apa denganku?

“ne?”

“nanti kau diculik!” bodoh kenapa omonganku mengalantur seperti ini?

“aku kan bukan anak kecil” katanya, wajahya memerah. Dan jantungku tiba tiba saja berdebar kencang.

“ya benar, kau bukan anak kecil, tapi kau lebih bodoh dari anak kecil” balasku datar.

Supirnya sudah datang. Dan hari ini kami akan berpisah. Kenapa rasanya sungguh tak rela? Aku menariknya yang akan menaiki mobil.

“waegurae?” tanyanya bingung

“buka bajumu!”

“maksud oppa?”

“buka saja cepat!” tanpa bertanya lagi ia membuka jasnya yang hanya menyisakan kemeja putih.

“pegang ini!” perintahku lagi, ia mengambil payung yang tadi kupegang masih dengan tampang heran. Aku mulai membuka jaketku dan kupakaikan padanya

“pakai ini, jangan sampai masuk angin!” kataku dengan nada memerintah tapi masih dengan wajah datar.  Ia mendongak tersipu dan terseyum padaku.

“yak wae?”

“anyi” kuambil payung yang dipegangnya. Dia masuk kedalam mobinya begitupun aku, masuk rumah dengan perasaan campur aduk. Belum sampai pintu ponselku berdering. Kubuka dan ternyata isinya sebuah photo yang bru saja diambilnya. Ia memakai jaketku.

akan aku pakai supaya tidak masuk angin, gomawo oppa :D

S@r@ngh@3

YOOHEE POV

Bi…, aku berjalan linglung, tadi aku lupa turun dihalte karena tertidur dan sekarang akhirnya aku harus berjalan sangat jauh, rasanya kakiku hampir lepas dari tempatnya. Yang paling kusesali adalah aku lupa membawa payung, padahal aku sudah menyiapkannya tadi sebelum berangkat disekat tv. Hujan turu sangat deras, tak seperti yang kuperkirakan. Sebenarnya aku ingin cepat sampai apartment tapi aku tak sanggup lagi berlari, ingin berteduhpun sudah sangat terlambat karena aku sudah basah kuyup, aku sebaiknya cepat pulang dan meringkuk dibawah selimut. Diguyur air hujan seperti ini rasanya semua unek unekku meleleh seperti hujan yang jatuh dari langit. Dua hari lagi kyuhyun pulang, aku masih bingung bagaimana menghadapinya. Aku ingin ini cepat berlalu.

‘ayolah im yoohee,  kenapa kau jadi secengeng ini? Sejak kapan kau jadi lemah seperti ini?, semua gara gara namja bodoh  itu!, kenapa juga aku harus repot repot menjelaskan semua ini padanya.’

Kubuka lemari pakaianku dan yang pertama menarik perhatianku adalah sebuah jaket berwarna biru yang bergantung rapi. Kulepaskan jaket itu dari hanger tempatnya menggantung. Kuhembuskan napasku berat, apakah sesulit itu untuk mempercayaiku. Dasar namja babo!. Aku mendongak menahan  air mataku agar tidak jatuh lagi, tapi itu hanya membuang waktuku, karena air mataku malah mengalir kesamping. Kuhapus air mataku kasar dan membuang jaket itu sembarangan. Badanku rasanya meriang, kubuka lemari es, tak ada apa apa yang dapat dimakan, hanya air mineral. Kuteguk air itu beberapa teguk dan berjalan kembali menuju kamar, langkahku terhenti, kulihat pintu  kamar kyuhyun terbuka  sedikit, menggodaku untuk masuk kesana dan menghancurkan isinya.

Baiklah aku siap!, ini salahmu tuan cho ! kenapa membuatku semenderita ini, sekarang rasakan pembalasanku, kamarmu hancur ditanganku.. aku akan  memulainya dari lemari.

Gerakan tanganku terhenti ketika kulihat sebuah plastik besar berwarna coklat, kuurungkan niatku untuk mengobtak abrik lemari ini. Mungkin aku akan membukanya terlebih dahulu, menghilangkan rasa penasaranku. Rasanya emuk, sebenarnya apa disalamnya.

DHEG….

“ikut kami!”

“yak apa apaan kalian, jangan menarik rambutku!” aku terkejut ketika tiba tiba rambutku ditarik dan aku diseret kebelakang sekolah. Apa yang mereka inginkan? Kenapa tak henti hentinya menggangguku.

Mereka mendorongku hingga menghantam tembok agak keras membuat bahuku terasa sedikit nyeri.

“yak wae?” kupegang bahuku

“kau ternyata tidak kapok kapok mendekati kyuhyun oppa, berapa kali kami sudah memperingatkanmu hah?” teriaknya hampir membuat kupingku pecah.

“mungkin 29 kali!” jawabku asal

“berani sekali kau melawanku! Dasar kau gadis jalang!” salah satu dari mereka kembali menjambak rambutku dan aku tidak bisa diam saja, kubalas dia dengan menjambak balik sampai dia terlempar dan terjatuh ditanah. Kurapikan rambut dan seragamku yang berantakan karena ulah mereka.

“injoong~a kenapa kau diam saja cepat bantu aku bangun” perintah yeoja  yang tadi kulempar, dengan segera gadis yang dia panggil injoong dan seorang temannya lagi membantunya berdiri.

“apa kau tidak sadar hah? Kyuhyun oppa itu tidak suka padamu, tapi kau terus saja menempel padanya!”

Ia kembali mendorongku dan sekarang aku benar benar terpojok.

“memang kenapa kalau ak u menampel padanya? Kalian marah hah?”

Plakk sipendek berambut ikal menamparku kuat, aku mengangkat tanganku hendak membalas tapi dengan segera ditahan oleh yang tadi bernama injoong, dia menghimpitku ditembok lalu yang lainnya menahan tanganku agar tidak dapat bergerak.

“jangan dekati kyuhyun oppa kami lagi!” teriakan yang sangat keras hingga membuat pendengaranku agak terganggu.

“berhenti berteriak padaku, jika kalian iri kenapa kalian  tidak mendekatinya seperti yang aku lakukan, bodoh!” kepalaku terbentur ketembok dan beberapa kali dijambak tapi aku tetap berusaha melawan.

“lepaskan dia! Sudah cukup, sepertinya itu sudah cukup” seluruh badanku sakit, rambutku aut autan, aku terduduk ditanah karena kelelahan melawan mereka karena jumlahnya lebih banyak. Sipendek menendangku lagi tak puas sambil berusaha untuk meninjuku tapi digagalkan oleh sirambut kuda.

“yak sadar kyuhyun oppa tidak pernah mencintaimu! Dia hanya memampaatkanmu!hanya kasihan! Karena kau terlalu bodoh” kepalaku lagi lagi jadi korban karena didorong. Aku sudah tak bisa melawan lagi. Mungkin mereka akan habis jika jumlahnya hanya satu orang. Mereka mengatakannku bodoh?.

“aku pacarnya!”

“bukankah yang lebih agresif itu kau, dasar tidak tau malu, dia juga tidak pernah mengatakan cinta padamu! Kau hanya terlalu banyak bermimi tuan putri”

“akan kubuktikan pada kalian bahwa dia mencintaiku”

“baiklah aku tunggu kau disini setelah  pelulusan! Nyatakan cintamu disini dan dengar apa jawaban kyuhyun oppa” aku mendongak

“jika dia menerimamu kami tidak akan mengganggumu lagi, tapi jika kau ditolak, jangan pernah berani mendekati oppa kami lagi” lanjutnya sinis.

“kekanak kanakan sekali kalian, baiklah aku terima”  aku bangun dari dudukku kembali merapikan seragamku yang sangat kusut karena ulah mereka.

­ :-(

“mana kyuhyun oppamu hah? Kenapa belumjuga datang?”

“hahaha ternyata tuan putri malang kita ini sudah ditok duluan, kasihan sekali dia”

“sudahlah sebaiknya kau pulang saja, kami sudah lelah menunggu , dan ingat jangan dekati oppa lagi!” aku diam tak berkata apa apa.  mereka meniggalkanku sambil tertawa senang.  kau kejam cho kyuhyun! sangat kejam. Kenapa kau tidak datang?

:-(

“appa bisakah menunggu sebentar lagi?”tanyaku, kami sedang dibandara sekarang, karena aku akan pindah kejepang.

“baiklah sepuluh menit lagi” jawabnya sabar. Apa dia tidak menerima pesannya? Bukankah sudah aku selipkan pada ijazahnya? Aku yakin telah menaruhnya disana. Aku menunggu gelisah beberapa menit lagi, ayolah

“ayo berangkat, sepertinya temanmu tidak datang” aku bangkit dari dudukku, menyeka air mata yang jatuh. Appa merangkulku erat berusaha untuk menenangkanku. Dengan berat hati aku berjalan menuruti langkah apa sambil menoleh kebelakang entak untuk yang keberapa kalinya, tapi sosoknya tak juga muncul.

S@r@ngh@3

KYUHYUN POV

“yak cho kyuhyun sampai kapan kau akan terus seperti ini, kau yakin tidak mau ikut?” aku menggeleng sambil mengganti cenel tv. Bosan, tak ada yang bisa membuatku tidak bosan. Semuanya membosankan, malah bermain gamepun bisa membuatku bosan sekarang.

“kalian pergi saja, biar aku yang diam dengannya” zhoumi hyung jadi sukarela menemani kebosananku.

“kau bisa ikut jika kau mau hyung, aku bisa dirumah sendiri” kataku datar. Kenapa harus menemaniku, jika ingin pergi pergi saja, tidak perlu memperdulikanku.

“tidak aku diam dirumah saja, lagi pula aku juga sedang malas keluar rumah”

“terserah kau saja” zhoumi hyung mengambil tempat disampingku. Sedangkan yang lain memutuskan untuk cepat cepat pergi berburu barang bagus. Huh membosankan sekali, setiap ke china selalu saja begini, padaha sudah sering, apa mereka tidak bosan. Aku tak memperdulikan zhoumi hyung yang berada disampingku. Aku menyuruhnya untuk pindah ke sofa sebelah karena aku ingin tidur. Dia hanya mengiyakan. Dia meminta izin padaku untuk meminjaminya pspku, aku katakan untuk mengambilanya sendiri dikoperku, aku sengaja menaruhnya disaja karena eunhyuk hyung sering kali mengambilnya sembarangan. Aku memejamkan mataku, tak sulit bagiku untuk terlelap tidur.

L

            “kau sudah bangun?” aku mengucek ucek mataku  manghilangkan kantuk.

“ada apa ?mana yang lain?” kulihat zhoumi hyung sudah terlihat segar, sepertinya baru selesai mandi.

“mereka belum pulang, sepertinya akan pulang malam” ia duduk di sofa sebelahku lalu mengganti chanel tv yang dari sebelum aku tidur. Aku bangkit dari dudukku tapi zhoumi hyung menahan tanganku.

“ada apa lagi?”

“aku menemukan ini dikopermu didalam ijazah SMAmu?sepertinya sangat berharga” sebuah kertas berwarna merah agak muda dan sebuah kalung bermainan kucing. Aku ingat kalung itu, itu kalung yang kubelikan untuk yoohee, tapi tak semat kuberikan. Dan kertas itu, aku tak ingat pernal memilikinya.

“ijazah? Aku tak ingat pernah membawa ijazah SMAku kesini” kataku bingung  mengambil kertas dan kalung yang disodorkan zhoumi hyung padaku. Kubuka kertas usang itu sambil duduk kembali.

Oppa annyeong, ini aku yoohee. Sebenarnya aku tak tau harus memulainya dari mana, ya sudahlah langsung saja. OPPA SARANGHAE. Huh pasti oppa tidak terkejut sama sekali kan? Aku tau kenapa, pasti karena aku terlalu sering mengatakannya padamu! Meskipun kita sudah pacaran tapi bukankah ini cupa percobaan saja? Jadi aku ingin memastikan apakah kau sudah mencintaiku atau belum. Olehkarena itu aku mengirim surat ini untukmu. Aku tidak mempermasalahkan status kita pacaran atau hanya percobaan. Aku hanya ingin memastikan perasaan oppa terhadapku. aku yakin oppa sudah tau perasaanku bagaimana.

Kau selalu bertanya padaku kenapa aku bisa mencintaimu bukan?, sekarang aku akan menjawab pertanyaan itu, jawabannya karena kau adalah CHO KYUHYUN, dan mungkin aku sudah ditakdirkan untuk mencintaimu karena aku menyukaimu dari awal sampai akhir. Aku mencintaimu hanya sesederhana itu. Meskipun perjuanganku selama ini untuk membuatmu jatuh cinta padaku mungkin bisa dikatakan  gagal, dan kau menolakku. Tapi aku ingin oppa tetap mengetahui bahwa aku akan tetap dan selalu akan mencintaimu. Tak perduli aku harus terpisah denganmubelasan puluhan atau ribuan tahun sekalipun, aku akan selalu mencintaimu. Tak perduli jika saat itu kau belum juga bisa mencintaiku, tapi ingatlah satu hal, bahwa aku akan selalu mencintaiku bagaimanapun keadaannya. Jika dikehidupan selanjutnya masih tak bisa mencintaiku, aku akan tetap mengejarmu sampai kau melihat kearahku. Tak perduli berapa ratus tahun kau mengabaikanku, asal kau berada dalam jarak pandangaku itu sudah sangat cukup untukku.

Hahha oppa kurasa aku terlalu mencintaimu, ok, abaikan itu semua jika kau merasa jijik. Aku memang tidak ahli dalam surat menyurat seperti ini, entah sudah berapa kertas yang menjadi korbanku. Kurasa kamarku mulai nampak seperti pabrik kertas. Sudahlah lupakan!

Oppa… aku menunggumu dibelakang sekolah hari ini, jika kau tak datang mungkin aku akan sangat sedih. Aku berharap kau datang.

                                                                                                Yang selalu mencintaimu

 

 

                                                                                                IM YOOHEE (yeoja babomu)

Ps: disana ada 2 surat, jika kau tidak datang sekarang mungkin kau akan datang menemuiku disurat yang kedua, semoga saja ^^

Kubuka kertas berwarna biru bermotif sapi dengan tergesa gesa, zhoumi hyung menyuruhku agar pelan pelan, tapi kuabaikan

Disini aku langsung saja. Surat ini aku buat untuk berjaga jaga jika oppa tidak datang menemuiku saat pelulusan, Bisakah oppa mengantarku kebandara? Mungkin ini akan menjadi perpisahan untuk kita. Karena lagi lagi aku harus pindah rumah karena pekerjaan appa. Aku pindah seminggu sebelum pembagian papor. Jadi kuharap oppa bisa datang mengantaku. Aku akan sangat senang sekali melihatmu untuk yang terakhir kalinya. Meskipun oppa masih tetap tidak mencintaiku itu tidak masalah, asalkan oppa datang pada hari dimana aku akan pergi itu sudah cukup. aku berharap kau bisa datang oppa.

Ps: dibelakang surat ini ada nomor ponsel dan alamat Emailku. Kuharap kita bisa saling berkomunikasi.

 

S@r@ngh@3

YOOHEE POV

Aku susah bernapas, kenapa rasanya sesesak ini? Seperti ada yang menindihku, tapi rasanya nyaman. Entah ini mimpi atau nyata, aku  merasakan kyuhyun berasa di samingku saat ini, memelukku dengan erat, seakan tak ingin melepaskanku. Perlahan kubuka mataku, takut ini hanya mimpi karena aku terlalu merindukannya. Saat metaku sudah terbuka sepenuhnya, aku melihatnya, tepat sejajar didepan wajahku, jaraknya hanya beberapa senti. Wajah ini, aroma ini dan semua tentangnya, aku sangat merindukannya. Aku mencoba menyentuh wajah  dihadapaku, matanya masih terpejam indah. Kuletakkan tanganku  pada pipinya dan mengelusnya lembut. Air mataku keluar lagi, baru saja aku akan menyekanya tiba tiba saja sudah  ada tangan yang dengan cepat mendahuluiku.

“berhenti menangis” mulutnya bergerak diikuti dengan matanya yang mulai terbuka. Aku mengelus lagi wajahnya, ternyata ini sama sekali bukan mimpi. Air mataku kembali mengalir dan kini tak dapat berhenti, walau aku berusaha menahannya. Aku berusaha untuk bangun dari tidurku dan terduduk.

“berhenti menangis! Kau ingin membuat matamu semakin bengkak hah?” ia juga ikut bangun dan kini menatapku. Kuhentikan tangisku tapi efeknya masih terdengar.  Matanya  menatapku aneh.

“wae?”

“jaketku? Dan kenapa kau bisa masuk ke kamarku sangat?” aku diam, benar tadi setelah menangis aku tertidur di kamarnya dengan bantal yang kuberikan  padanya   dulu.

“kau masih menyimpan itu?” aku menunjuk bantal yang tadi kupakai, tanpa menjawab pertanyaannya terlebih dahulu.

“kau membawanya?” ia menunjuk jaket yang kupakai. Aku tak tau harus menjawab apa.

“igo,mm, igo, belum sempatku kembalikan waktu itu” kataku tergagap, aku berusaha melepas jaket itu dari tubuhku.

“jangan dilepaskan!” ia menahan tanganku dan menarikku ke dalam pelukannya, aku sangat terkejut dengan kelakuaannya yang sangat tiba tiba.  Ia menopang dagunya dipundakku. Rasanya sungguh nyaman, dan sedikit aneh. Ada apa dengannya?.

“kemarin itu, hanya salah paham”

“aku tau, jadi jangan bicara lagi” badanku makin menempel dengannya karena ia mempererat pelukannya, aku tak membalas peluka itu sama sekali.

“kapan kau datang? Bukankah baru dua hari lagi kau pulang?” ia tidak menjawab dengan segera tapi malah mencari telingaku, hembusan nafasnya terasa jelas disana, apalagi saat suara yang keluar dari mulutnya menggelitik kupingku.

“aku datang tadi malam, baboya…?” dia melepas pelukannya hingga aku terkaget. Dikeluarkannya dua carik kertas, lalu menunjukkannya padaku. Aku sempat bingung kenapa dia menunjukkannya padaku, dia berkatak bahwa dia baru menemukannya kemarin.

“yak kembalikan padaku!” setelah sadar aku langsung merebut kertas itu darinya, dan merobeknya menjadi potongan potongan kecil. Dan tersenyum senang. Itu sangat memalukan.

“kenapa kau merobeknya? Jadi itu semua benar?”

“apa?” aku tak berani menatap wajahnya, dan malah beranjak dari tempat tidur,tapi dia menahan tanganku  dan menariknya hingga aku terduduk dipangkuannya.

“yak apa yang kau lakukan/?lapaskan aku” berontakku, tapi dia tetap menahanku disana,

“jadi semua itu benar? Ini baru lima tahun, belum beratus ratus tahun, kau tau?” ia menggodaku lagi. Aish ternyata dia baru membaca itu.

“kau mencintaiku?” aku terdiam, beberapa kali ia menanyakan pertanyaan yang sama, tapi tetap takku jawab.

“aku lapar” kutelan ludahku sekuat tenaga. Dan bangkit dari pangkuannya tapi gagal karena dia kembali menahanku.

“kau masih tidak mau menjawabku?bagaimana kalau ini!”

“apa?” dia mengecup bibirku kilat lalu tersenyum evil, aku terdiam dan mengerjap ngerjapkan mataku, mengembalikan kesadaranku sepenuhnya. Apa, apa yang tadi dilakukannya?.

“bagaimana?”

“yak apa yang kau lakukan?”  teriakku kesal.

“bukankah kau menikmatinya? Buktinya kau sampai membeku seperti itu hhahah”

“diam kau! Lepaskan aku!”

“kenapa kau gengsi seperi itu, padahal dulu kau mengumbarumbarnya setiap har….pmpm” aku menyumpal mulutnya dengan tanganku hingga kami terjungkal ke ranjang, kuperlonggar tanganku gimulutnya karena posisi kami yang entahlah, ,,,,? Kami saling menatap satu sama lain, terdiam dan suasananya berubah panas. Aku berada tepat diatasnya. Ia merubah posisi tadi sehingga sekarang dia yang berada diatasku. Dadaku berdebar  kencang karena posisi ini. Ia memindahkan poni yang menutupi wajahku.

“aku tanya sekali lagi, kau mencintaiku?” takut takut au mengangguk pelan

“ak….mpmpmpp” ia menciumku ganas, tampa memberiku sedikitpun untuk mengelak, beberapa kali melumat bibir atas dan bawahku, aku tak tau  harus bagaimana jadi aku hanya diam  saja membiarkannya melakukan itu semua,  kupejamkan mataku menikmati setiap gerakan  yang ia ciptakan di bibirku, diangkatnya leherku dan meletakkan kepalaku diatas lenagannya lalu semakin menekanku merapat padanya. Tubuh kami benar benar menempel sekarang, dapat kurasakan dada bidangnya menempel padaku. Aku membuka mataku saat bibirnya tak lagi memppermainkan bibirku.

“kenapa kau tidak membalasnya?” aku diam dan hanya menggeleng, tau jawabannya dia menyuruhku tetap membalas bagaimanapun caranya. Kyuhyun kembali melumar bibirku lembul dan aku berusaha untuk membalasnya, ia menghentikan gerakannya memberikanku untuk melumat bibirnya. Aku melakukannya agak kaku tapi aia tetap membiarkanku tanpa ada pembalasan darinya. Aku mulai melumat bibir atas dan bawahnya dengan cepat. Merasa cukup ia kembali melumat bibirku. Kini kami saling melumat satu sama lain dan tiba tiba saja ia menggigit bibir bawahku sehingga aku sedikit membukanya, ia tak menyia nyiakan kesempatan itu dan memasukkan lidahnya kedalam mulutku menelusuri setiap inci dalamnya.  Napasku hampir habis karenanya, kudorong dia agar melepaskanku tapi tak  juga berhasil. Ia tetap bertahan dengan posisinya dan memasukkan tangannya kedalam kaosku yang membuat bulu kudukku merinding. Ia mengelus punggung dan perutku. Tangannya tiba tiba berhenti karena dering ponselnya. Tapi bibirnya tidak melakukan hal yang sama.

“kyu..mppm”

“aku tau, biarkan  saja” ia berhenti sebentar untuk menjawabku, dan aku berusaha untuk menghirup lebih banyak oksigen, sebelum dia melanjutkannya lagi.

“kyu..”

“baiklah” akhirnya dia berhenti dan mengangkat  telponnya, aku bangkit dari posisiku tapi dia menahan tanganku, tatapan matanya bertanya padaku ingin kemana.

“aku haus” dilepaskannya tanganku dan membiarkanku pergi. Aku berjalan kearah lemari es , setelah puas minum aku duduk dikursi meja makan, rasanya sangat lapar, aku belum  makan dari kemarin. Kutopang daguku dengan  tangan yang kuletakkan diatas meja sambil meniup niup poniku.

“makan ini kau kan sedang demam” kyuhyun menaruh jajangmyeon dihadapanku, tanpa banyak bicara aku  langsung melahapnya.dari mana dia tau aku sedang demam, bukankah aku tidak pernah memberitahunya. Kyuhyun juga melakukan hal yang sama malahap makanannya.

“dari mana kau tau aku demam?” kuhentikan makanku, lalu menatapnya heran.

“tadi malam’ jawabnya singkat.

“siapa yang menelpon?” tanyaku lagi

“sungmin hyung dan donghae” aku mengangguk paham. Dia bertanya padaku siapa yang menemuinya waktu pertama dipertemukan. Aku menjawab itu kakak sepupuku. Aku tak tau ada alasan apa dia menanyakan itu. Aku tanya balik padanya, apakah perasaannya padaku juga sama, dia tidak menjawab. Aku terus merajuk, ini tidak adil namanya. Lelah mendengarku ia menyuruhku menutup mata. Dia tidak mau menjawabku untuk apa dia menyuruhku untuk melakukan  itu.

“kau mau  tau tidak awabannya, cepat tutup matamu!” perintahnya, aku menutup mataku jengkel, ia kembali melumat bibirku lembut dan semakin mendalam dan memaksa, aku mmembalas. Setelah bisa menahan dirinya kyuhyun melepaskanku lagi. Kubuka mataku dan kurasakan sesuatu menggantung dileherku. Sebuah kalung dengan mainan kucing. Kumainkan kucing itu lalu menatapnya dengan senyum.

“aku hanya akan mengatakannya sekali, jadi dengar baik baik, aku mencintaimu im yoohee”

“ne?” ia bangkit dari duduknnya hendak pergi kekamar.

“yak ulangi!”

“tidak akan” aku menarik tangannya dan itu membuat aku terdorong ketembok. Dia tepat berada didepanku,

“mwo?”

“kkka, katakan sekali lagi, “ aku menelan ludahku

“apa yang perlu kukatakan?”

“bahwa, bahwa kau, kau”

“apa?”

“kau kau men…” dia memelukku erat, pelukan yang  selalu membuatku kecanduan, kubalas pelukannya. Hangat. Ia mencium puncak kepalaku.

“kau tau jawabannya, jangan pergi lagi dariku, karena aku tak tau sampai kapan aku bisa bertahan tanpamu” aku mengangguk mengiyakan perkataannya. Kuhirup aromanya dalam, malam terindah dalam hidupku.

“suratku sangat romantis, aku akan menempelnya besok di ruang tamu” aku melepaskan pelukannya, mulai curiga padanya.

“yang kau sobek hanya kopiannya saja, yang asli masih ada padaku, igo!” dia mengeluarkan aslinya dan mengayun ayunkannya di depanku.

“yak!” aku  berusaha mengambilrnya tapi dia menjunjungnya tinggi.

“ambil jika kau bisa!” ia berlari mengitari ruangan dan aku mengejarnya, dia terlalu tinggi sehingga aku tak juga mendapatkan surat bodoh yang berada ditangannya. Kami sama sama kelelahan dan terduduk dilantai lalu tersenyum.

FIN

Gag tau deh aku mau bilang apa, komen deh ya. Suer di part ini aku buntu sebuntu buntunya. Jadilah ceritanya jadi ngalor ngidul kaya’ begene ne. ini udah finish. Mungkin aku bakal bikin oneshoot ato drable  klo si kyu lagi punya konflik2. Si dongwo juga gag jelas keberadaannya disini, aku yang bikin cerita ini, kenapa malah aku yang kebingungan sendiri, aku emang udah saraf kali ya? Au ah gelap! Maaf ya klo kurang memuaskan klo merasa puas syukur alhamdulillah, soalnya aku gag bisa bikin si evil, ini baru ff pertama buat si selingkuhan, klo ayang ikan sih udah ngerti bgt gimana dia (alah sok ngerti deh lo) ,Udah deh ya ditunggu komennya*bow*

Satu tanggapan

  1. klo masalah squelnya? aku gag tau bakalan aku bikin ato gag, tapi aku usahain deh, tapi jangan terlalu ngarep juga sih ya kkkkkk. tapi aku bakalan usahain kok *bow* gomawo ya atas komennya, love U all *chu~*

Tinggalkan Balasan ke Ntie Batalkan balasan