[MBA’s Series] You Must Marry Me – END

Author      : @1004putrik

Length      : Series

Genre       : AU, R-O-M-A-N-C-E, Friendship

Rating      : PG

Cast          : Lee Sungmin (SUJU), Park Richan (OC), Kwon Yoora (OC), Cho Kyuhyun (SUJU), Park Jiho (Ulzzang) and other cast you can find it by yourself 😉

Disclaimer: Castnya punya Tuhan, FF ini juga punya Tuhan tapi disalurkan melalui saya 😀

Previous Story : UM3 Chapter 8

 SPECIAL THX TO: Lumie onnie buat amazing posternya U,u

Sungmin dan member SuJu yang lain keluar dari ruang latihan mereka. Tujuan mereka sekarang adalah ke rumah Sungmin untuk merayakan ulang tahun Sungmin bersama Riri.

~Drrrttt Drrrttt Drrrttt~

Sungmin mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

Mrs. Lee calling

Ia tersenyum melihat contact name Riri. Buru – buru ia mengangkat teleponnya.

“Halo?? Ada apa Riri-ya??”

“…”

“Eunhee??”

“…”

“MWO??!! Dimana mereka sekarang???”

“…”

“Aku akan kesana sekarang!! Terima kasih!!”

“Sungmin-ah, ada apa?? Kenapa kau panik sekali??” tanya Kangin.

“Kita harus ke rumah sakit sekarang hyung!! Riri dan Yoora kecelakaan!!” jawab Sungmin panik.

Semua member terkejut dan ikut panik, terutama Kyuhyun. Mereka semua berlari ke parkiran lalu pergi ke rumah sakit yang telah diberitahu Eunhee menggunakan van.

>O<

Sungmin duduk memeluk lututnya di lantai. Penampilannya kacau sekali. Matanya juga sembab.

Ia takut. Takuuuut sekali sesuatu yang buruk terjadi pada Riri dan anak mereka.

Dilain sisi, Kyuhyun duduk dengan kepala tertunduk. Eunhee bilang kepala Yoora terbentur aspal terlalu keras.

“Kau mau kemana Kyu?” tanya Leeteuk dengan suara parau pada Kyuhyun yang berdiri dari duduknya.

Bukan hanya Sungmin dan Kyuhyun saja yang menangis, tapi member lain dan Eunhee juga menangis. Leeteuk termasuk salah satu orang yang menangis paling keras begitu tahu kondisi Yoora yang kritis karena kehilangan banyak darah dan Riri yang harus operasi sesar karena pendarahan. Ia tidak menyangka insiden seperti ini terjadi di hari – hari terakhir sebelum ia melaksanakan wajib militer.

“Aku mau ke gereja untuk menenangkan diriku hyung…” jawab Kyuhyun.

Setelah mendapat anggukan kepala dari sang Leader, Kyuhyun melangkahkan kakinya ke gereja kecil yang masih dalam lingkungan rumah sakit.

Dia duduk di salah satu bangku yang ada dan mulai menundukkan kepalanya, berdoa pada yang maha kuasa agar Yoora dan Riri baik – baik saja.

Setelah cukup lama berdoa, Kyuhyun memutuskan untuk kembali.

BUGGG!!!

Mata Kyuhyun melebar melihat kejadian di depannya. Park Jiho memukul Sungmin??

“Puas kau hah?? Puas kau telah membuatnya seperti ini??” bentak Jiho pada Sungmin yang kini menundukkan kepalanya.

Kyuhyun ternganga. Ini seperti déjà vu baginya. Saat Yoora keguguran, Sungmin menghantamnya dan mengucapkan kata – kata yang sama seperti yang Jiho katakan.

“Ya! Jiho-ssi! Tahan emosimu! Ini rumah sakit!” ucap Siwon berusaha menenangkan Jiho yang sedang emosi.

“Kalau bukan karena kebodohanmu yang mengumumkan pernikahanmu, Riri pasti tidak akan mendapat masalah seperti ini!!” seru Jiho dan berusaha untuk memukul Sungmin lagi.

Ckleekk…

Pintu ruang operasi terbuka membuat semua perhatian teralih.

Sungmin bangkit dari duduknya dan langsung menghampiri Dr. Shin, dokter yang menangani Riri.

“Bagaimana keadaan istri saya dok??” tanya Sungmin cemas.

“Nyonya Lee baik – baik saja.” Jawab Dr. Shin singkat.

“Lalu anak saya? Apa dia baik – baik saja? Kenapa saya tidak mendengar suara tangisannya??” tanya Sungmin lagi. Kali ini jantungnya berdebar. Ia takut sekali sesuatu yang buruk terjadi pada anaknya.

“Ada sedikit gangguan pernafasan pada anak anda sehingga anak anda tidak menangis saat lahir. Tapi anda tidak tidak perlu khawatir, ini biasa terjadi pada bayi yang lahir prematur.” Jelas Dr. Shin. Ada perasaan sedih di hati Sungmin mendengar kondisi anaknya.

“Benarkah?” tanya Sungmin cemas.

Dr. Shin menganggukkan kepalanya lalu menepuk – tepuk bahu Sungmin dan meninggalkannya.

>O<

Jari – jari tangan Riri bergerak menandakan dirinya telah tersadar dari pengaruh obat bius.

Matanya membuka perlahan. “Oppa…” panggilnya lemah.

“Ne?” tanya Sungmin yang memandangnya cemas sambil menggenggam tangannya.

“Anak kita? Yoora?”

“Mereka baik – baik saja. Tenanglah…” ucap Sungmin sembari mengusap – usap punggung tangan Riri, menenangkannya.

“Dimana mereka??” tanya Riri.

“Yoora di ruang rawat sebelah dan anak kita di ruang NICU.” Jawab Sungmin.

“Aku ingin melihat mereka.” pinta Riri.

“Kau baru sadar, nanti saja.” tahan Sungmin.

“Ani! Aku mau melihat mereka sekarang!”

“Kau ini keras kepala sekali!”

Sungmin mengambil kursi roda untuk Riri dan membantu Riri duduk di atasnya.

“Bagaimana anak kita? Apa dia menangis saat lahir??” tanya Riri.

“Saat dia lahir ada sedikit gangguan pada pernafasannya sehingga ia tidak bisa menangis. Tapi beberapa saat setelah sistem pernafasannya berfungsi baik, ia menangis. Jangan khawatir Riri – ya, anak kita anak yang kuat!” jelas Sungmin sambil mendorong kursi roda Riri.

Kreettt…

Sungmin membuka pintu ruang rawat Yoora, membuat beberapa orang di dalamnya menoleh ke arahnya.

“Riri-ya!!!” Ryeowook berlari menghampiri Riri diikuti Eunhyuk dan Donghae di belakangnya.

“Kau tidak pa-pa?” tanya Donghae.

“Iya oppa, aku baik – baik saja!” jawab Riri sambil tersenyum kecil.

Sungmin mendorong kursi rodanya mendekati ranjang Yoora.

“Bagaimana keadaannya?” tanya Riri.

Mata Riri memperhatikan tubuh Yoora dari kepala sampai kaki. Kepalanya di perban dan ada beberapa lecet di tangannya.

“Dokter bilang ini suatu keajaiban karena tidak ada pendarahan di otak maupun luka dalam pada Yoora meskipun tadi sempat kritis, mengingat kata Eunhee kepalanya terbentur keras di aspal.” Jelas Jiho.

“Annyeong!!” suara Eunhee memecah keheningan diantara mereka.

“Onnie!” seru Eunhee begitu melihat Riri. “Gwaenchana??” tanyanya pada Riri.

“Aku baik – baik saja Eunhee-ya! Ah! Terima kasih sudah menyelamatkan nyawaku dan Yoora!” ucap Riri.

“Ne onnie! Sama – sama!” balas Eunhee.

“Oh ya, aku punya kabar bagus! Polisi sudah berhasil menangkap orang yang menabrak Riri onnie dan Yoora onnie!” ucap Eunhee membuat member – member Super Junior menghela nafas lega.

“Barusan aku ke kantor polisi! Kata polisi, yang menabrak kalian berdua itu fans fanatik Sungmin oppa!” jelas Eunhee.

“Mengerikan sekali!” komentar Shindong.

“Umurnya juga ternyata lebih muda satu tahun dariku! Fiuh… pantas saja labil!” lanjut Eunhee.

“Ah! Sudah lah jangan dibahas lagi! Yang penting kan sudah tertangkap!” ujar Riri.

>O<

Riri dan Sungmin tiba di ruang NICU setelah satu jam di ruang rawat Yoora. Sebelum masuk, kondisi tubuh mereka di periksa, memastikan mereka dalam kondisi sehat. Setelah itu mereka mengenakan pakaian khusus yang disediakan pihak rumah sakit dan mencuci tangan mereka.

Salah satu suster menuntun mereka ke inkubator bayi mereka. Karena lahir prematur, organ – organ bayi mereka belum matang benar sehingga harus berada dalam inkubator. Bayi prematur di dalam incubator juga karena perlu kehangatan seperti di dalam rahim.

Riri membaca nama di papan keterangan yang terletak di salah satu sisi inkubator. “Lee… Chan… sung??” Riri menatap Sungmin.

“Kau suka namanya??” tanya Sungmin dan Riri mengangguk lalu kembali menatap buah hati mereka.

“Kecil sekali.” gumam Riri saat melihat fisik anaknya yang memang kecil.

“Bagaimana Nyonya Lee? Sudah baikan??” tanya Dr. Shin dari sebrang inkubator.

“Sudah dok!” jawab Riri dengan senyum di bibirnya.

“Ah! Kau ingin menyentuhnya??” tawar Dr. Shin.

“Apa boleh dok?” tanya Riri ragu. Dr. Shin menganggukkan kepalanya.

“Masukkan saja tanganmu ke lubang khusus tangan itu!” ucap Dr. Shin.

Riri memasukkan tangan kanannya ke salah satu lubang yang tersedia di dinding inkubator. Pelan – pelan, jari panjangnya menyentuh pipi putih putranya.

“Oppa…” panggil Riri.

“Ne?” tanya Sungmin.

“Kulitnya halus sekali…” ucap Riri sambil membelai lembut tangan putranya.

“Jinja??” tanya Sungmin. Ia memasukkan tangannya ke lubang satunya lagi dan membelai lembut tangan anaknya.

“Sama seperti kulitmu.” gumam Sungmin.

Chansung, anak mereka, menggeliat pelan saat merasakan belaian tangan mereka.

“Aigo… lucu sekali! Lihat oppa lihat!! Ya ampun!! Dia menggemaskan sekali seperti ulat!!” cicit Riri berusaha menahan dirinya untuk tak menjerit melihat anaknya yang menggeliat pelan di dalam inkubator.

“Ya! Bagaimana bisa kau samakan uri Chansung yang imut sepertiku ini dengan ulat?!” protes Sungmin tidak terima.

Riri terkekeh mendengar protes dari Sungmin. Ia kembali mengalihkan perhatiannya ke Chansung. Tangannya yang semula mengusap – usap lengan kecil Chansung, kini beralih mengusap lembut kepala Chansung.

‘Uri aegi (Our baby) cepatlah sehat! Kau tidak bosan ada di dalam kotak seperti ini?? Umma ingin cepat – cepat menimangmu!’ jerit Riri dalam hati.

Sungmin tersenyum melihat senyum bahagia di wajah Riri. Rasanya lengkap sudah hari ulang tahunnya dengan kebahagiaan–meskipun sempat mendapat bogem mentah dari Jiho.

Sambil memperhatikan bayi mereka, mereka mendengarkan penjelasan Dr. Shin bahwa beliau akan melakukan tes darah dan Scan Ultrasound. Tes darah dilakukan untuk mengetahui organ – organ tubuh Chansung berfungsi dengan baik atau tidak, menerima oksigen yang cukup atau tidak, dan ada infeksi atau tidak. Sedangkan Scan Ultrasound untuk memeriksa apakah terjadi pendarahan pada otak bayi mereka atau tidak. Karena pendarahan pada otak merupakan indikasi adanya komplikasi yang umum terjadi pada bayi prematur.

Dr. Shin juga memberitahu mereka, bahwa selama Chansung di dalam inkubator, Riri hanya bisa memberi ASI perah atau susu formula. Dan mereka juga harus sering – sering menjenguk Chansung serta melakukan kontak fisik seperti tadi.

Jika besok setelah tes darah dan Scan Ultrasound dilakukan kondisi kesehatan Chansung lebih baik dari sekarang, Dr. Shin akan mencoba menurunkan suhu inkubatornya secara bertahap. Jika suhu tubuh Chansung stabil setelah suhu diturunkan, maka Dr. Shin akan mengeluarkannya dari inkubator.

>O<

Riri dan Sungmin kembali lagi ke ruang rawat Riri setelah memerah susu (?) untuk Chansung.

Sungmin mengangkat tubuh Riri dan membaringkannya di ranjang.

“Kau lapar??” tanya Sungmin.

“Belum.” jawab Riri singkat.

Hening…

Mereka berdua sama – sama terdiam. Entah apa yang sedang mereka berdua pikirkan.

“Oppa…” panggil Riri pelan.

“Ne?”

“Saengil chukahamnida saranghaneun Sungmin oppa…” ucap Riri dengan senyum manis di bibirnya.

Sungmin tersenyum lebar lalu memeluk Riri. “Aku pikir kau lupa” ucap Sungmin.

“Paboya! Mana mungkin aku lupa!” balas Riri sambil memukul lengan Sungmin.

“Ah! Hadiahnya!” seru Riri begitu mengingat hadiah yang ia siapkan untuk Sungmin ada di rumah.

“Hadiah apa?? Aku sudah terima hadiah darimu semalam!” ujar Sungmin.

“Hah? Apa?” tanya Riri bingung.

“Itu… yang di inkubator tadi! Kekeke” jawab Sungmin. Riri ikut terkekeh mendengar jawaban Sungmin.

Sungmin menyandarkan kepalanya di bahu Riri dan memainkan ujung selimut Riri dengan jarinya. “Aku mau hadiah lain…” ucap Sungmin setengah merengek.

“Ya! Kau ini sudah menjadi seorang ayah! Berhenti merengek seperti anak kecil!” ucap Riri.

“Biar saja! Aku kan hanya ingin mengimbangi uri Changsung!” cibir Sungmin.

“Ngomong – ngomong oppa mau hadiah apa?” tanya Riri.

“Kalau kau tidak keberatan, aku mau little Sungmin kedua! Kekeke.” bisik Sungmin.

“Ya! Oppa!” Riri mencubit pinggang Sungmin dengan wajah memerah.

“Aw!” jerit Sungmin, refleks menjauhkan dirinya dari Riri sembari mengusap – usap pinggangnya yang dicubit Riri.

“Appo…” rengek Sungmin dengan wajah yang dibuat seolah – olah akan menangis, seperti anak kecil.

“Aku kan hanya bercanda! Kenapa kau mencubitku?!” protes Sungmin lalu mengerucutkan bibirnya.

“Maaf… Habis kau bilang seperti itu aku kan jadi kesal! Baru melahirkan minta lagi! Dikiranya gampang apa jadi orang hamil!” gerutu Riri.

“Iya iya! Maaf juga!” balas Sungmin.

“Sekarang aku minta hadiah yang sungguhan!” ucapnya lagi.

“Apa?” tanya Riri.

“Kisseu…” jawab Sungmin sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Riri dengan mata tertutup dan bibir maju(?).

Blush…

Pipi Riri bersemu mendengar permintaan Sungmin. Ia ingin menolak, tapi merasa tidak enak pada Sungmin jika ia menolak.

‘Baiklah! Ini cuma ciuman biasa Riri-ya! Jangan gugup! Kau sudah sering melakukannya!’ seru Riri dalam hati.

Agak ragu, Riri memajukan wajahnya. Ia menahan nafasnya begitu hidungnya bersentuhan dengan hidung Sungmin. Ia memejamkan matanya dan mengepalkan kedua tangannya, melawan nervous yang melanda dirinya.

Riri menyapukan bibirnya dengan lembut di bibir Sungmin. Setelah beberapa detik, Sungmin memiringkan kepalanya dan membalas ciuman Riri, tidak melumat, hanya sebuah ciuman lembut yang tidak sarat akan tuntutan pada Riri untuk membalas ciumannya.

>O<

Ruang rawat Yoora telah sepi sejak 30 menit yang lalu. Member – member Super Junior yang lain memutuskan untuk kembali ke dorm dan 10 menit yang lalu, Jiho juga pulang sekalian mengantar Eunhee sebagai ungkapan terima kasih karena sudah menyelamatkan Riri dan Yoora. Kini hanya Kyuhyun yang tersisa. Ia ngotot ingin tetap menemani Yoora sampai Yoora sadar.

Kyuhyun meraih tangan Yoora dan menggenggamnya.

“Kwon Yoora, kau senang sekali ya membuatku nyaris tak bernafas?” ucapnya pelan.

Jujur, nafasnya selalu tercekat tiap kali mendengar Yoora sakit. Selama 8 tahun mengenal Yoora, ia memang sering mendapat kabar Yoora sakit. Entah itu karena kecelakaan atau memang karena kondisinya yang sedang tidak baik. Tapi, baru 2 kali -dalam 8 tahun ia mengenal Yoora- ia melihat Yoora terbaring lemas di rumah sakit.

Kyuhyun menatap wajah pucat Yoora. “Kau lupa dulu aku menyuruhmu untuk tidak terluka hah?!” tanyanya. Ia sadar dengan bertanya seperti itu ia pasti terlihat bodoh. Bagaimana bisa orang yang tidak sadar menjawab pertanyaannya?

Ia tersenyum getir begitu menyadari apa yang ia katakan barusan. “Bagaimana bisa aku menyuruhmu untuk tidak terluka kalau nyatanya akulah orang yang paling sering melukaimu! Haha… kau benar tentang pria terbodoh di dunia itu adalah Cho Kyuhyun!”

“Yoora-ya… Kau tahu? Aku tidak pernah berhenti tersenyum sejak kau bilang kau memaafkanku!”

“Aku senang sekali kau memberiku kesempatan untuk dekat lagi denganmu! Meskipun kau belum siap untuk menerimaku kembali seperti dulu… Aku akan menunggu!”

“Cepatlah sadar! Aku ingin mengucapkan kata – kata itu lagi! Meskipun nanti kau menolakku, seperti yang aku katakan barusan, aku akan menunggu. Menunggu sampai kau menerimaku kembali. Menunggu sampai kau menjadi milikku lagi…” ucap Kyuhyun tulus sembari membelai lembut kepala Yoora dengan tangannya kirinya yang tidak menggenggam tangan Yoora.

“Eungh…”

Erangan kecil Yoora membuat tangan Kyuhyun berhenti mengusap kepala Yoora.

“Yoora-ya? Kau sudah sadar??” tanyanya. Ada kelegaan yang tersirat dari nada bicaranya.

Tangan kiri Yoora, yang tidak digenggam oleh Kyuhyun, bergerak menyentuh kepalanya yang terasa sedikit sakit. Masih sambil memegangi kepalanya, pelan – pelan ia membuka mata.

“Kepalamu sakit? Perlu aku panggilkan dokter??” tanya Kyuhyun. Yoora menggeleng pelan.

“Yoora-ya…” panggil Kyuhyun.

Yoora menolehkan sedikit kepalanya dan menatap Kyuhyun.

“Kau… tau aku kan?” tanya Kyuhyun, khawatir jika Yoora ternyata mengidap amnesia.

“Mwo?! Kau Cho Kyuhyun pabo!” jawab Yoora dan Kyuhyun menghela nafas lega.

“Ini… di rumah sakit?” tanya Yoora.

“Iya. Semalam kau mengalami kecelakaan bersama Riri.” jawab Kyuhyun.

“Riri? Bagaimana keadaannya? Apa dia baik – baik saja? Bayinya bagaimana?” tanya Yoora bertubi – tubi.

“Dia baik – baik saja. Bayinya juga!”

“Syukurlah. Apa jenis kelamin bayinya?”

“Laki – laki.”

Yoora tersenyum lega mendengar keadaan Riri dan bayinya baik – baik saja. Ia juga senang mendengar bayi Riri yang ternyata laki – laki. Meskipun muncul rasa sedih karena ia jadi mengingat calon anaknya dulu.

“Ooohh… Pasti tampan seperti Sungmin oppa.” ucapnya pelan dengan senyum tipis di bibirnya.

Kyuhyun tahu ada sesuatu yang mengusik Yoora. Terlihat dari matanya dan juga terdengar dari nada bicaranya yang menunjukkan ada sedikit kesedihan.

‘Apa dia teringat calon bayi kami dulu?’ pikir Kyuhyun.

“Yoora… Ada yang ingin kusampaikan padamu!” Kyuhyun menelan salivanya setelah mengucapkan kalimat tersebut. Ia rasa sekarang adalah saat yang tepat untuk mengatakannya.

Yoora berhenti bergulat dengan pikirannya begitu mendengar ucapan Kyuhyun.

“Apa?” tanya Yoora.

“Aa… aa… aak… kku… eng… akk… ku… aku…”

“ANNYEONG HASEYO!” seruan Jiho memotong ucapan Kyuhyun yang tersendat – sendat.

‘Sial! Aku gagal! Kenapa dia kembali lagi sih?! Bukankah baru beberapa menit yang lalu ia pulang?’ batin Kyuhyun, sebal.

“Kenapa kau kembali lagi? Apa ada sesuatu yang tertinggal?” tanya Kyuhyun, sedikit jengkel dengan kehadiran Jiho.

“Ani! Aku memang sengaja kembali! Aku takut kau tiba – tiba ada jadwal dan tidak bisa menemani Yoora!” jelas Jiho lalu duduk di kursi yang berada di sisi kiri Yoora.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Jiho pada Yoora.

“Baik.” Sahut Yoora sambil tersenyum tipis.

Grrwwll…

Kyuhyun tersenyum aneh sembari mengusap – usap leher belakangnya.

“Ya! Kau lapar Kyuhyun-ssi?? Sana isi perutmu dulu di kantin!” ucap Jiho.

“Ani! Nanti saja! Aku tidak terlalu lapar!” sahut Kyuhyun.

Yoora menghela nafas,“Kyu… makanlah. Jangan menahan lapar seperti ini! Kau itu paling sering sakit! Bagaimana jika setelah ini kau terserang maag hah?! Kau ini sering sekali menyepelekan kesehatanmu sendiri!”

Kyuhyun tersenyum senang mendengar kekhawatiran Yoora. Bukankah itu tandanya Yoora masih peduli padanya?

Kyuhyun menganggukkan kepalanya. “Baiklah! Aku ke kantin sekarang! Kau, beristirahatlah! Aku akan kembali secepatanya!” ucap Kyuhyun sembari mengusap lembut kepala Yoora lalu mengecup kening Yoora. Ia keluar dari ruang rawat Yoora dengan senyum lebar di wajahnya. Sementara di dalam ruang rawat, Yoora dan Jiho sama – sama tercengang melihat tindakan Kyuhyun barusan.

>O<

Seminggu kemudian…

Riri dan Sungmin keluar bersama – sama dari rumah sakit dengan Chansung yang berada dalam gendongan Sungmin. Setelah seminggu dirawat di rumah sakit, dokter memperbolehkan Riri dan Sungmin untuk membawa Chansung pulang.

Kondisi Chansung semakin membaik dari hari ke hari. Tubuhnya juga tak sekecil 6 hari yang dulu. Beratnya naik beberapa gram. Pipinya juga semakin chubby.

“Uri Chansungie semakin berat saja! Tangan appa keram kalau lama – lama menggendongmu!” ucap Sungmin membuat Riri memukul kepalanya.

“Ya! Beratnya bahkan tak lebih dari 10 kilo! Aish… appa macam apa kau ini! Segitu saja sudah mengeluh!” gerutu Riri.

“Aku kan hanya bercanda!” dumel Sungmin.

Sungmin menyerahkan Chansung pada Riri begitu mereka sampai di mobil. Chansung sedikit menggeliat ketika dirinya berada dalam gendongan Riri.

“Omo!! Nae Chansung ingin bersama appa?! Aigo… Riri-ya, Chansung lebih menyukaiku daripada kau! Hahaha…” ejek Sungmin membuat Riri mendengus kesal. Ia masuk ke dalam mobil dan menutup pintu mobil sebelum Sungmin yang menutup.

“Chansungie will be mommy’s boy right??” ucap Riri sembari mengelus pipi chubby Chansung.

“Ya! Chansungie is daddy’s boy!” ucap Sungmin membuat Riri mengembungkan pipinya kesal.

Sungmin terkekeh melihat wajah kesal Riri.

Hanya butuh setengah jam untuk mereka sampai di rumah mereka. Sungmin turun dari mobil dan mengambil tas yang berisi perlengkapan Chansung di jok belakang. Setengah berlari, ia menyusul Riri yang sudah masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.

Sungmin  meletakkan tas bayi Chansung di atas ranjang dan menghampiri Riri yang berdiri di sisi kanan Baby Box Chansung. Ia memeluk Riri dari belakang dan menyandarkan pipinya di bahu Riri. “Chansung sudah tidur??” tanyanya.

“Ne!” jawab Riri dengan senyum mengembang di wajahnya. Hanya dengan melihat Chansung tertidur saja sudah mampu membuat senyum terkembang di wajahnya.

“Kau sepertinya bahagia sekali?!” ucap Sungmin sambil mencubit pipi Riri.

“Tidak! Aku tidak bahagia! Tapi sangaaaaaatttt bahagia…” koreksi Riri.

Sungmin tersenyum mendengar jawaban Riri. “Riri-ya, apa hal sederhana yang bisa membuatmu bahagia??” tanyanya pada Riri.

“Melihat kau dan Chansung bernafas.” jawab Riri singkat.

“Hanya itu?”

Riri menganggukkan kepalanya. “Kalau oppa?? Apa yang oppa inginkan saat ini dan bisa membuat oppa bahagia??” tanya Riri balik.

Sungmin mengangkat sedikit kepalanya agar bisa menatap wajah Riri. Tak lama kemudian, senyum nakal terulas di bibirnya. “Little Riri.” jawab Sungmin.

Mata Riri melebar setelah mendengar jawaban Sungmin. “MWO?!?!”

~END~

Finally, kelar juga ni FF \(^^)/

Thx to all reader  yg udh baca & support ff ini dari awal :* maaf gak bisa sebut nama/uname satu2 soalnya bnyk -_-

Maaf ffnya abal, alay, lebay kyk sinetron,  & ending mengecewekan -___-V

ini baru ngepost skrg soalnya modemku kmrn rusak -_- ini aja pake wifi sekolah -,-“

Dan untuk bonus yg aku blg kmrn…. haha, berhubung nazarku kalo ulanganku sukses bakal ngepost UM3 END tanpa bonus…. yaaahhh skrg kupost tanpa bonus deh U,u

Next time deh, kalo ulangan2ku selanjutnya sukses (nilai mencapai target) & udh kelar bonusnya (Epilog UM3 + Prolog Next Story) aku post deh ^^

Selamat menunggu yah ^^

Maaf kalo bakal lama lagi *gak pny modem baru sih -_-* Makasi buat yg masih mau nunggu & yg gak mau nunggu or baca lagi juga gpp ^^

Satu tanggapan

Tinggalkan Balasan ke Eunhye Batalkan balasan