Anything (Not NC)

Author: @Athiyaalmas atau @Shfllyy3424

Title: {Oneshoot} Anything..

Cast:

  • Henry Lau Super Junior-M
  • Lee Hye Kyung

Other cast:

  • Tiffany Hwang
  • Lee Hyukjae
  • Cho Kyuhyun
  • SJ member
  • SM member
  • Shin Richan
  • Jung Miyoon
  • Temukan sendiri

Genre: romantic, friendship, general etc.

Rating: 15+

Ps: This fanfic based on true story, about my relationship with someone^^

Desclaimer: All cast belong to their self and god. PLOT IS MINE ATHIYA ALMAS! And OC belong to me!

Contact me on:

  1. fb: athiya almas
  2. twitter: @shfllyy3424
  3. wp: athiya064.wordpress.com

 

Cerita ini hanya untuk yang menyukainya. Kalo gak suka jangan dibaca ya, DON’T BE A PLAGIATOR! DON’T bash me… this is just my imagination.

Happy reading ♥

 

BRAKK!!

Tumpukan buku-buku pelajaran dalam bahasa Inggris mendadak berjatuhan ke lantai, begitu pula dengan beberapa alat tulis dan sebuah Handphone berwarna cokelat metalic. Semuanya tergeletak berantakan di lantai.

“Aaarrgghh! Aku membencimu! Kenapa kau selalu saja seperti ini? Damn you!” seorang yeoja menarik rambutnya frustasi. Terakhir ia membanting beberapa kosmetik di meja riasnya.

“Selalu saja seperti ini, tidak bisakah kau menjadi seperti keinginanku? Mengapa kau begitu tidak peka terhadap perasaanku? Wae? Baiklah aku tidak lebih baik daripada gadis itu. Tapi mengapa kau tidak bisa sedikit saja menganggapku yeojachingu yang benar, kau bahkan lebih memperhatikan teman-temanmu dan Game yang membosankan itu! Atau aku bahkan lebih membosankan?” yeoja itu hanya menarik poninya kebelakang kepala, tanpa mampu ia cegah seperti yang sebelumnya selalu terjadi. Beberapa bulir air mata ia keluarkan.

“Aku tidak tahan lagi.”

Flashback On

“Hyaaa! Sudah 11 bulan! Daebak! Kau harus mentraktir kami Lee Hye Kyung!” yeoja yang diteriaki itu sebenarnya lupa, 11 bulan apa? Tapi mendadak dia teringat. 9 Februari, dia hanya mendesahkan nafas pelan. Maklum masih belum memasuki mesim semi sehingga kepulan asap selalu keluar ketika mereka bernafas ataupun berbicara.

“Sepertinya tidak bisa, aku tidak mempersiapkannya. Aku akan mentraktir kalian pada saat ulang tahunku saja ya.” Jelas yeoja itu pelan. “Oh ayolah Richannie, dan Miyoon kalian harus percaya. Bersama Sangmi juga.” Sambungnya lagi.

Geuraeyo Hye Kyungie, aku dan Miyoon tidak memintamu mentraktir kami kok. Kami hanya menggoda, selamat Kyungie seminggu lagi kalian benar-benar serasi.”

Gumawo Richannie, tapi aku ragu apakah dia akan mengingatnya~” ucap Hye Kyung entah kepada siapa. Kepada kedua sahabatnya atau pada dirinya sendiri. “Tenanglah dia akan mengingatnya kok, dia begitu menyayangimu.”

“Dia mengabaikanku akhir-akhir ini.” Hye Kyung berusaha membantah perkataan Miyoon. “Ah sudahlah ayo masuk kelas.” Hye Kyung membalik ekspresinya menjadi ceria, beruntung produksi mood nya hari ini sedang banyak.

***

            “Dasar kau, jangan terlalu sering mengencani Game mu! Bisa-bisa kau tidak punya isteri sampai besar, lagian game itu merusak otak tau, bukan berusaha jadi umma-mu aku hanya bicara fakta dan aku perduli padamu Cho Kyuhyun.” Hye Kyung memprotes tingkah sahabatnya yang sudah seperti orang autis jika bertemu kekasihnya, you can call her ‘Game’. Begitulah persepsi Hye Kyung.

“Pesonaku itu mampu membuat ratusan gadis sepertimu bertekuk lutut, jadi meskipun nantinya aku akan bermain game terus aku yakin aku pasti akan punya kekasih. Aku heran hanya kau gadis yang tidak menunjukkan ketertarikan padaku, sahabatmu Miyoon dan Richan saja mengakui pesonaku meskipun tidak jatuh cinta padaku.”

“Iya tapi Sangmi tidak kan? Dia satu-satunya sahabat yang normal mengatakan bahwa kau bukan orang tertampan sedunia bahkan sesekolah.”

“Terserah kaulah, lagian kau pikir namjachingu-mu itu tidak berkencan dengan game terus? Dia bahkan sudah hampir parahnya denganku.”

“Pasti kau kan yang mempengaruhinya? Dasar! Asal jangan kau tularkan sifat evilmu padanya, dia polos Kyuhyun. He doesn’t match with you evil.

“Baiklah, Lee Hye Kyung sahabatku yang sebentar lagi mengambil alih tugas uri umma untuk mengawasiku, lebih baik kau memantau kekasih tercintamu itu. Sepertinya kau punya rival baru, lihat barbie dari Amerika itu mencoba menantang kau dan game kesayangan Henry.”

“Kau bicara apa sih? Barbie siapa?” Kyuhyun memegang topi rajut kesayangan Hye Kyung, lalu mengarahkan kepala sahabatnya. “See, itu yang aku maksud Tiffany Hwang.”

Mendadak Hye Kyung terdiam, di hadapannya ia melihat dua orang sedang bercengkrama dengan sesekali bercanda. Kemudian sesekali namja yang bercengkrama itu memegang pundak yeoja cantik blasteran Amerika-Korea.

“HENRY LAU!” Hye Kyung tersentak dan mengarahkan tangannya ke dahi Kyuhyun. “Neon paboya! Siapa suruh memanggilnya?”

“Setidaknya aku menyelamatkanmu dari kemungkinan serangan jantung selama beberapa detik tadi, kekasihmu berjalan kesini. Aku duluan ya!” Kyuhyun hanya tertawa senang. “HEI DASAR KAU!” bentak Hye Kyung, segera dia mengambil sebuah buku dan berpura-pura membacanya. Jujur saja ia sedang tidak ingin berbicara pada Henry, akhir-akhir ini Hye Kyung selalu dibuat olahraga hati karena menahan cemburu, tapi pada dasarnya ia sangat gengsi sehingga ia hanya bercerita kepada 3 sahabatnya. Ayolah apa ada yeoja yang tidak cemburu melihat namjachingu-nya lebih rela berjalan dengan gadis cantik seperti barbie daripada dengan kekasihnya sendiri? Tapi itulah kenyataannya Henry selalu menolak jalan bersama Hye Kyung dan selalu bersenda gurau dengan Tiffany. Sakit? Tentu saja.

Jadilah hubungan mereka tak seperti kekasih kebanyakan, hanya terkesan seperti pertemanan. Tapi entah apa yang membuat mereka mampu mempertahankannya begitu lama. Cinta? Apa sebegitu kuatnya perasaan cinta itu, hingga mampu mengobati hati yang terluka?

Hye Kyung adalah anak tunggal dengan intensitas waktu bersama dengan orang tuanya dirumah hanya sebentar, otomatis ia sangat manja dan butuh perhatian. Hye Kyung akan sangat bahagia apabila ada seseorang yang memperhatikannya, tapi Henry tidak bisa. Henry adalah tipe seseorang yang dingin, kekanakan, cuek, tidak peka, dan sering tidak bisa menunjukkan bahwa ia perhatian. Sebenarnya Henry bukan termasuk tipenya, hanya 3 yang lolos dari kriteria Hye Kyung. Henry memiliki kulit yang putih bersih, Henry adalah anak yang pintar, dan Henry bukan anak nakal. Untuk perhatian, romantis dan mampu mengungkapkan rasa cinta di banyak waktu Henry tidak lolos. 11 bulan mereka bersama Henry hanya mengucapkan kata ‘Saranghae’ atau ‘I love you’ sebanyak 5 kali. Hye Kyung sangat menyukai hal seperti itu jadi dia menghitungnya, nyatanya Henry tidak mengucapkan kata seperti itu lagi.

“Sedang apa?” Hye Kyung hanya menaikkan buku yang ia baca, ah bukan lebih tepatnya buku yang ia pegang. Lalu melirik Henry dengan tatapan kau-tidak-tahu-aku-sedang-membaca? Tapi Henry sepertinya tidak mengerti. “Hye Kyung-ah?” panggil Henry tidak menangkap isyarat Hye Kyung.

“Tentu saja aku membaca, kau fikir aku sedang bernyanyi?” jawab Hye Kyung ketus. “Hye Kyung jangan tega begitu.” Sangmi? Sejak kapan sahabatnya ada disitu, baguslah Hye Kyung bisa mengajaknya berbicara.

“Sangmi bagaimana persiapan drama kita?” Hye Kyung mengedipkan mataku supaya Sangmi mengajakku berbicara. “A..eng.. sudah setengah jalan kok, kan kau sudah selesai menulis script nya.” Jawab Sangmi. “Baguslah.”

“Hye Kyung aku belum selesai.” Henry mengalihkan wajah Hye Kyung dari Sangmi dengan mencubit pipi chubby Hye Kyung. Walaupun dalam keadaan semarah apapun Hye Kyung pasti akan terdiam karena ia akan meleleh ketika diperlakukan romantis oleh Henry. Mereka bahkan tidak pernah berciuman dan berpelukan otomatis ketika Henry berubah sedikit romantis Hye Kyung butuh beberapa waktu untuk membekukan dirinya lagi.

“Ayolah Hye Kyung, kau selalu marah ketika aku pulang terlalu cepat. Sekarang ketika aku berada di sampingmu kau mengabaikanku. Jangan marah nae Hye Kyung.”

Hye Kyung pov

Apa lagi ini? Aku merasakan pipiku panas dan memerah, oh tidak Henry sejak kapan kau berani meletakkan tanganmu di pundakku? Hye Kyung sadarlah kau sedang cemburu! Ah bukan, Henry sadarlah aku cemburu jika kau bersama Tiffany!

“Baiklah aku pulang dulu.” Rasanya aku terhempas lagi ke bumi, selalu seperti ini tidak perduli aku marah ataupun bahagia dia selalu pulang. Tidakkah dia ingin tau mengapa aku marah? Dasar selalu tidak mengerti perasaanku.

“Terserah.” Jawabku singkat, aku selalu kecewa satu-satunya tempat untuk kami bertemu adalah sekolah. Dan sebegitu tidak relanya Henry menghabiskan waktu denganku? Atau ia lebih tertarik pada tumpukan game yang menunggunya? Oh Kyuhyun benar mungkin ia sudah menjadi budak permainan-permainan itu.

“Menyebalkan!” dengusku pelan. “Sabarlah Hye Kyung, mungkin dia sedang ada urusan.” Hibur Sangmi.

“Dia tidak pernah mengerti aku Sangmi, dia.. dia.. aku seperti menjadi seorang pengawas bagi anak kecil! Sudahlah Sangmi aku pulang duluan ya, aku tidak marah padamu kok. Annyeong!” aku melambaikan tangan pada Sangmi.

***

            Aku benar-benar ingin dia perhatian kepadaku, ayolah apa susah hanya dengan mengirimiku sebuah pesan, atau apalah. Bahkan kalian tau pesan terakhirku pada tanggal 22 Januari, sekarang sudah tanggal 7 Februari. Aku tidak saling komunikasi lagi.

Mendadak aku tersadar, dua hari lagi. Rasanya semua itu baru kemarin, ketika tiba-tiba namja polos itu menyatakan cintanya padaku. Masih terasa betapa malu nya aku saat itu dan aku baru menerima cintanya sebulan kemudian, Tepat pada tanggal 9 Februari. Tapi dia tidak berhenti mengejarku hingga membuatku luluh.

“Henry Lau, kemana kau yang dulu? Aku merindukan Henry yang polos dan hanya terpaku menatapku bukan ke orang lain. Henry Lau yang tidak punya malu dan menyatakan perasaannya di tengah padatnya kantin. Mengapa Henry ku saat ini lebih perduli dengan orang lain, dan berangsur pergi dariku menganggapku tidak ada.. aku benar-benar merindukan Henry Lau setahun yang lalu.” Aku memang seorang yeoja yang terlampau cengeng dan manja, baru begini saja aku sudah menangis. Ya Lee Hye Kyung ayo bersabarlah!

9 Februari

CHUKKAHAMNIDA!!!!!!” aku menutup telingaku dengan cepat, dasar ketiga sahabatku ini mau terjadi apapun mereka bisa membuatku tersenyum. “Gomapta.” Jawabku singkat sambil menampilkan senyum bahagia.

“Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Henry dan Hye Kyung yang pertama, kami sebagai anak-anak uri umma dan uri appa akan berdoa semoga kalian bisa langgeng selamanya dan memberi kami adik!” teriak Miyoon semangat.

Nde, setelah ini kita akan memaksa appa untuk mengucapkan selamat. Mengenang tepat setahun yang lalu betapa malunya Hye Kyung menerima cinta Henry.” Tambah Richan.

“Dan kami berdoa semoga setelah ini Henry dan Hye Kyung yang berstatus sebagai orang tua kami akan mentraktir kami!” Sangmi juga ikut-ikutan. Tak tahan lagi aku menjitak mereka satu persatu.

“Ya! Sejak kapan aku dan Henry menikah? Anniyo! Suamiku hanya satu dialah Kim Jongwoon alias Yesung, penyanyi tampan itu! Dan sejak kapan aku mau jadi ibu kalian? Lebih baik aku gantung diri daripada punya anak seperti kalian, tau..” candaku.

“Sudah akui saja suamimu kan memang Cuma Henry.” Goda Miyoon, aku mencubit lengannya gemas.

“Wooo igo igo! Appa! Eh Henry!” teriak Richan heboh, Henry yang kebetulan lewat mendatangi kami. “Musun mariya?

“Kau tidak ingat hari ini hari apa?” Sangmi sudah siap-siap memarahi Henry jika ia lupa. Ya sebenarnya aku juga takut ia akan melupakannya.

“Tidak, happy 1st anniv Hye Kyung.” Henry mengulurkan tangannya, aku ragu untuk beberapa detik. Baru kemudian aku menjabatnya juga, apakah Henry ku yang dulu telah kembali?

Selama beberapa saat kemudian aku sempat merasa senang dan mengobrol, seakan perasaan marahku yang kemarin melenyap begitu saja. Aku adalah seseorang yang cengeng tetapi aku akan dapat cepat memaafkan orang.

“Tiffany?” aku menghentikan lamunanku begitu mendengar Henry memanggil seseorang. “Hye Kyung pinjam Henry dulu ya.” Dan merekapun mengobrol berdua meninggalkanku, sial! Betapa cepat turunnya kadar mood ku?

“Kenapa kau tidak pernah mengatakannya? Jujurlah padanya supaya ia tau isi hatimu yang sebenarnya.” Seperti biasanya ketiga sahabatku akan langsung ada di sisiku, merelakan waktunya hanya untuk menenangkanku. Benar aku merepotkan semua orang. “Sudahlah Richannie, Miyoonnie, Sangmi kalian tidak perlu seperti ini, aku tidak mau menyusahkan kalian. Aku pulang saja ya, aku.. belum bisa menahannya jika disini. Lihat betapa egoisnya aku, mereka hanya berbicara kenapa aku begitu cemburu?”

“Tidak! Aku ada di pihakmu, jika aku menjadi kamu fikiranku pasti sudah merayap kemana-mana, sadarlah.. lihat aku tidak pernah melihatmu dengan Henry sedekat Henry dengan Tiffany. Bagaimana bisa Henry duduk di depan Tiffany sampai sebegitu dekat?” Miyoon mendadak mencerca Henry. “Sudahlah chinguya, aku pamit dulu.”

Hancur, hari ini tepat 1 tahun hubunganku aku tidak bisa merayakannya dengan kebahagiaan..

***

From: Mochi Boo

Kenapa kau pergi? Aku tadi hanya berbicara sedikit bersama Tiffany. Seharusnya kau ikut bergabung bukan malah pulang. Tapi tidak apa-apa mungkin kau lelah.

 

To: Mochi Boo

Ya begitulah.

Aku hanya membalas pesan darinya secara singkat, dan tumben sekali ia mengirimiku pesan. Apa karena ini adalah hari jadi kami?

Aku meraih script drama bahasa Inggris yang harus kuhafalkan, tapi pikiranku hanya melayang pada Henry. Sudah sedekat apa dia dengan Tiffany? Setahuku ia tidak pernah dekat dengan yeoja selain aku dan Miyoon. Ah, baiklah mungkin setelah ini dia tidak akan dingin pada wanita lagi.

Mysteric mysteric molla molla… ajig naneun Molla

>> Mochi Boo’s Calling <<

Yeobboseyyo?” sahutku begitu mengangkat telepon. “Chagi, kau sedang apa?” aku mengerutkan dahiku. “Chagi?” tanyaku.

Ne, kau tidak suka?” aku hanya tersenyum. “Gwaenchana oppa.” Lagi-lagi perasaan marah seakan surut begitu mendengarnya bersikap seperti ini. “Kau sedang apa?” ia mengulang pertanyaannya.

“Menghafalkan script drama, bagaimana dramamu? Kau sekelompok dengan siapa?” tanyaku. “Kau sendiri dengan siapa?”

“Ya, jangan balik bertanya kau harus menjawab pertanyaanku duluan, arachi oppa?” aku hanya meremas naskah dramaku entah aku senang sekali. “Aku sekelompok dengan Tiffany, kau tau kan Tiffany? Yang tadi itu. Tiffany itu pintar dalam akting dan menulis naskah, ialah script’s writter kelompokku.”

Kenapa nadanya terdengar seperti ia senang sekali berkelompok bersama yeoja itu? “Ah, dan juga bersama Kyuhyun, Minho, Changmin, Sunny, Luna dan yang lain.”

“Bagaimana ceritanya? Temanya harus folktale kan? Apakah si tuan kepedean itu menjadi pangeran?” aku mencoba bercanda dengan menyinggung Kyuhyun. “Tidak, dia jadi penjahat kau tau kan dia lebih cocok menjadi setan. Lagian dia sendiri yang menolak menjadi pangeran. Dan semua kelompok memilih aku.”

DEG!

And the princess is?” tanyaku, ayo kuatkan hatimu Hye Kyung! “It’s you, hahaha aku garing baiklah aku akan jujur yang jadi princess Tiffany. Aku terima saja kan kau tidak mungkin cemburu pada Tiffany.” Aku meremas Hpku, dan menahan suaraku yang sedikit parau.

HOW STUPID YOU ARE? Kenapa kau selalu memberi pernyataan tanpa menimbang pendapatku. Apa kau tau kalau aku cemburu? Haaah bisa bisanya kau kira aku akan baik-baik saja? Drama seperti ini bagaimana kalau ia melakukan kiss scene? Dance scene?

“Aku tidak akan melakukan adegan ciuman di bibir kok, hanya di dahi. Dan dansa sudah seperti itu saja.” Apa ia membaca pikiranku? Hanya di dahi? HANYA?? Lupakah dia bahkan ia tidak pernah menciumku? Bukannya aku murahan dan meminta ia melakukan apapun padaku tapi.. sepertinya aku memang hanya teman baginya.

“Maaf aku ada keperluan, annyeong.” Klik! Aku memutus sambungan telepon. Aku melemparkan naskah dramaku ke pojok kamar, lebih baik aku tidur daripada terus memikirka hal seperti ini.

***

            Selang beberapa hari hubunganku dengan Henry tidak kunjung membaik, bahkan ingin rasanya aku mengakhiri hubungan ini. Tapi, aku mencintainya terlalu mencintainya sangat. Aku tidak bisa membayangkan setelah satu tahun kami jalani bersama tiba-tiba aku akan sendirian, setidaknya jika ia tidak begitu memperhatikanku tapi ada satu alasan aku bisa bersemangat sekolah, alasan untukku menjalani hari-hariku. Tapi bila ia tidak ada? Mungkinkah kami menjadi teman? Atau kami akan berakhir seperti orang kebanyakan, dengan bermusuhan. Aku tidak mau hal seperti itu terjadi diantara kami.

“Lee Hye Kyung, pergi dan ambillah amplop berwarna putih di ruang auditorium! Itu berisi data penting dan sepertinya aku meninggalkannya.”

Ne seongsaenim.” Aku berjalan santai menuju auditorium, saat aku melewati kelas Henry tanpa bisa kucegah mataku melirik ke arah kelasnya. Mungkinkah ia melihatku? Aku memasuki auditorium.

Cklek!

Mianhamnida, aku tidak bermaksud mengganggu latihan drama kalian, sekali lagi.. Henry? Tiffany?” aku tersadar ternyata dua orang itu berlatih untuk kiss scene, dekat sekali? Dan detik itu juga mereka menjauhkan wajah. Ya Tuhan kumohon aku hanya ingin lenyap saat ini juga. Kumohon Tuhan.. aku bisa salah sangka mereka hanya berlatih bukan berselingkuh!

“Hye Kyung annyeong.” Sapa Tiffany sambil tersenyum, benar dia tampak seperti barbie yang cantik dan melebihi aku. Aku hanya mengangguk kecil.

“A-aku hanya mau mengambil amplop milik Jung Jinhyo seongsaenim, aku mencari amplop itu di dekat sound seperti kata Miss Jinhyo. Saat aku menunduk tiba-tiba sesuatu yang hangat menggenang di mataku, kenapa aku cengeng sekali? Aku mengusap mataku dengan punggung tanganku. Kemudian aku segera keluar dari auditorium itu.

“HYE KYUNG KAJIMA! Kajimara! Dengarkan aku!” ia menahan lenganku, aku hanya berbalik dan sekuat tenaga menahan isakanku. “Arasseo, kau hanya berlatih. Sudah ya aku duluan Miss Jinhyo menungguku.”

Dan nyatanya aku berlari kentara sekali kalau aku berbohong aku tidak apa-apa dan mengerti. Yang ada saat ini aku merasa seperti ada yang menusukku, sakit sekali. Tiffany, bukankah kita teman? Bukankah kau tau aku menyayanginya? Bukankah kau hanya tertarik pada Siwon, namja sempurna dengan pesona yang tinggi, dengan sifat sopan, kaya dan pintar. yang membuat semua yeoja mungkin bersedia mengangkat rok jika ia minta. Bukankah kau menyukai lelaki itu? Mengapa kau mendekati namjachinguku yang berbanding jauh?

“Jangan menangis, kau jelek sekali cengeng!” aku menghentikan langkahku, suara itu.. “YAK DIAM KAU KYUHYUN! SEMUA INI GARA-GARA KAU! KENAPA KAU MENOLAK MENJADI PANGERAN? KAU BAHKAN MENYADARI BAHWA KAU LEBIH TAMPAN DARI HENRY. KAU SAHABATKU KENAPA KAU MEMBIARKAN HENRY MENJADI PEMERAN UTAMA DRAMA GILA INI HAH??” jeritku pada Kyuhyun yang mungkin tak bersalah, entah kenapa aku membentaknya sedemikian hebat.

Mianhaeyo, aku benar-benar lupa. Aku kira Changmin yang akan jadi pangeran tapi ternyata anak-anak memilih Henry. Maafkan aku Hye Kyung, apa kau mau aku menjadi pangeran? Aku akan menggantikannya.”

Anniyo ini salahku, aku terlalu protektif. Tidak aku tidak memaksamu, aku tahu kau bisa memutuskan sendiri Cho Kyuhyun. Sudah lupakan saja, toh hanya sebuah drama. Lagian kalaupun memang Henry ingin mengakhiri ya sebaiknya memang harus aku akhiri. Sudah aku memang jelek aku akan menutup wajahku untuk sampai kelas. Sana pergilah berlatih! Pasti Henry, Tiffany dan yang lain menjadi kacau tanpa kau.” Aku mencoba tersenyum. “Fighting Kyuhyunnie, beraktinglah yang benar. Buatlah aku sahabatmu menjadi bangga.”

Anniyo, aku tau kau begitu terluka. Eunhyuk hyung kakak sepupumu menitipkanmu padaku. Itu artinya aku harus melindungimu dan tidak akan pernah membiarkan seorangpun menyakitimu. Aku akan bicara pada Henry, kau harus baik-baik saja.”

Andwae!” bantahku, kumohon Kyuhyun jangan lakukan apa-apa. Hanya itu yang mampu aku ucapkan dalam hati. “Tenanglah aku tidak akan membunuhnya kok. Ya walaupun bisa saja aku melakukannya dia kan menyebalkan sekali akhir-akhir ini. Tapi kalau dia tidak ada tidak ada lagi orang yang mau menemaniku bermain game.” Mau tak mau aku menarik sebuah senyuman, sahabatku yang satu ini bagaimanapun ia berhasil membuatku tertawa. Tapi entah kenapa aku tidak bisa mencintainya sedari dulu, padahal aku mengenalnya lebih lama. Aku hanya menyayanginya sangat menyayanginya, sebagai seseorang yang memiliki akses tersendiri ke kehidupanku, dan entah bagaimana ia memiliki ruangan dalam hatiku. Sebagai sahabat, dan aku yakin ia tidak akan pernah meninggalkan ruangan itu.

***

Flashback off

“Aku tidak tahan lagi.” Ucapku untuk yang kali kedua. “Haruskah aku mengakhirinya?” tanyaku pada diriku sendiri, dan aku yakin aku juga tidak akan mendapat jawaban kecuali aku sendiri yang menjawabnya. Baiklah mungkin aku juga harus mengakhirinya pelan-pelan.

Tapi mendadak semua seperti menghantuiku, bagaimana bisa namjachinguku itu akan selalu menurut kepadaku ketika ku jahili. Aku ingat ketika ia kularang pulang cepat dan ia terus berontak akhirnya aku menyuruhnya berteriak. ‘Henry Jelek’ sebanyak 10 kali dan ia menurutinya. Aku ingat dia adalah namja pertama yang menyentuh wajahku dengan lembut selain ayah, kakak sepupu dan Kyuhyun(saat itu dia mengobati luka di wajahku)dan dia juga orang pertama yang mampu membuatku mencair.

Haruskah aku kehilangan dia sekarang? Apakah aku egois? Apakah aku terlalu protektif? Aku kan tidak meminta apa-apa hanya minta agar dia memperlakukanku seperti namjachingu memperlakukan yeojachingunya. Aku merapikan handphone ku yang sempat kulempar. Dan membuka kontak.

‘Mochi boo’ is changed by ‘Henry’

Langkah pertama aku harus menghapus banyak hal tentangnya dan menggantinya menjadi orang biasa. Termasuk mengganti nama kontaknya.

***

            “Jangan meminta maaf! Sudah kubilang berhentiiii~!” teriakku, sudah beberapa kali aku mendengar kata maaf dari mulutnya. “Kenapa kau tak pernah mengatakannya padaku Hye Kyung, sekali lagi maafkan aku.”

Aku menatap wajahnya, kulihat sudut bibirnya yang membengkak. Kyuhyun habis kesabaran dan ia menghajar Henry, bukan menghajar hanya melayangkan 2 kali tonjokan ke wajahnya. Aku hampir memarahi Kyuhyun tapi aku memakluminya, dia begitu melindungiku.

“Mengatakan apa? Kau pikir kapan aku bisa mengatakannya? Kau selalu pergi lebih dulu, kau tidak pernah memahami perasaanku. Kau pikir itu mudah bagiku? Susah! Kau.. kau tidak pernah mengerti. Apa aku pernah meminta yang lain padamu? Tidak bisakah kau memperhatikanku? Tidak bisakah kau hanya sekedar mengirim pesan kepadaku? Beratkah? Beratkah jika kau mengirim pesan padaku? Bahkan semua orang juga tahu kau adalah orang yang paling sedikit berhubungan denganku. Sebenarnya kita apa sih? Ini yang namanya pacaran? Jika kau memutuskan segalanya sendirian? Jika kau hanya bisa bersama gadis lain? Ini? Apa ini yang kau sebut kau menyukaiku? Apa tidak bisa kau menunjukkan perasaanmu padaku? Sebegitu susahnya? Apa aku ini hanya sebuah mainan untukmu HENRY LAU??” entah mulai kapan pipiku basah oleh air mata. Kini bebanku mulai sedikit berkurang, meski aku takut ia meninggalkanku. Tapi mungkin aku juga harus melepasnya.

Deeg!

Sesuatu yang hangat tampak menyentuh dahiku, aku mengerjap beberapa saat. Rasanya jantungku akan berhenti detik ini juga. “Inikah yang kau inginkan? Maafkan aku yang tidak pernah tau kau tersiksa dengan semua ini. Jangan meninggalkanku, aku tidak menyukai orang lain hanya kau.” Setelah ia melakukan mencium dahiku ia menempelkan dagunya tepat di puncak kepalaku. Kedua lengannya memelukku.

Saranghaeyo, i love you, wo ai ni, aishiteru, aku akan mengungkapkan cinta padamu sebanyak mungkin hari ini.” Pelukan pertamaku, ciuman pertamaku meski hanya di dahi.

Jebal kajima.” Ia semakin mengeratkan pelukannya, hatiku benar-benar tak ingin mengakhirinya. Tapi aku membantah, aku melepaskan pelukannya.

“Aku akan memikirkannya.” Dan aku berlari meninggalkannya yang terdiam, mataku begitu berat setelah menangis.

***

            “Hey bangun! Ayo bangun! Ini sudah siang, kau kira mentang-mentang akhir pekan aku bisa bersemayam di kasur seperti ini? Bangun gadis malas! Ya kau mau aku memaksamu meminum madu?”

“ANDWAE!” mendengar kata madu saja aku sudah bangkit tak karuan, aku mengerjap beradaptasi dengan cahaya. Dan kulihat seseorang dengan rambut kecoklatannya yang diatur rapi cepak. Terlihat berbeda daripada gaya rambut blonde nya kemarin.

“Sana mandi!” aku menarik selimut dan mengalungkannya ke badanku. “Shireo!” kataku lalu berbaring lagi. “Aku tidak akan pergi sampai kau bangun, dan kamarmu menjijikan! Lihat kenapa lagi kau kemarin-kemarin? Tissue bertebaran, buku tersebar di lantai, bantal jatuh semua. Kau ini yeoja tau.”

“Yang penting aku tidak bau sepertimu.” Jawabku setengah sadar. “Biarpun aku bau terkadang, tapi kamarku rapi sekali tau. Ayo mandi!” lelaki itu menarik kakiku.

OPPA!” teriakku. Akhirnya aku terbangun karena kesal. “Mwo, igeum mwoya? Kau seperti mata dengan lingkar hitam. Kau habis menangis kenapa?”

“Biasa Henry, sudah jangan mencampurinya. Kyuhyun sudah menjagaku jangan menyalahkannya juga.” Eunhyuk kakak sepupuku itu menghembuskan nafas kesal. “Aku tidak mengerti tentang kalian, ada baiknya juga kau membaca ini.” Ia meletakkan sebuah buku di sampingku. Ini sudah kebiasaannya menyuruhku dan Jinsoo adik kandungnya membaca buku-buku aneh yang entah darimana ia temukan. Masih jelas ketika aku membaca buku tentang filosofi yang membuatku gila dan bertanya pada diriku sendiri, ‘Siapa aku?’ ‘Kenapa dunia diciptakan?’ dan membuat teman-temanku tertawa. Entah buku apa ini.

Setelah mandi aku membaca buku itu, tentang bagaimana mendefisinisikan rasa cinta dan memiliki itu. Yah, sepertinya buku ini menyindirku. Sesekali aku melihat Eunhyuk oppa dengan laptop tercintanya ia disuruh menjagaku selama orangtuaku pergi. Tiba-tiba aku dihadapkan pada pertanyaan aneh di buku itu.

Benarkah kalau kau mencintainya? Apa kau sudah terlalu yakin dengan perasaan itu? Jika kau mencintainya, tahukah kau apa hal yang paling ia sukai? Taukah kau hal apa yang akan dilakukannya ketika ia sedang ketakutan? Taukah kau makanan favoritnya? Taukah kau dimana ia tinggal? Pernahkah kau menanyakan perasaannya? Pernahkah kau menanyakan keinginannya? Atau jangan-jangan kau hanya menjadi seorang yang egois hanya ingin menerima tanpa memberi. Hanya menuntut tanpa memberi balasan. Pernahkah kau mendengarnya meminta tolong padamu? Cinta bukan sebuah perbudakan tapi cinta harus seimbang di tiap sisinya. Cinta harus adil bukan hanya bergantung kepada satu hati sementara hati yang lain hanya diam.

Tidak, dari begitu banyak soal ini jawabanku selalu tidak. Kini aku sadar betapa tidak tahu apa-apanya aku tentangnya. Betapa egoisnya aku, selama ini aku menuntut dengan beralasan aku tidak pernah meminta apapun. Sedangkan dia? Ia memang benar-benar tak meminta apapun dariku. Iya aku egois, aku adalah seseorang yang egois. Aku.. aku lebih kekanakan daripada dia.

            “Wae? Kau sudah dapat poinnya?” aku hanya mengangguk. “Kenapa kau selalu memberiku buku seperti ini oppa? A-aku harus pergi.”

“Kyuhyun, antarkan aku sekarang juga! Ayolah.. aku akan membelikanmu game terbaru. Ne gumawo.

***

            Bugg!

I won’t leaving you anymore.

 

Henry pov

Bugg!

I won’t leaving you anymore.” Aku terkaget, tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang ketika aku bermain biola. “Hye Kyung, bagaimana bisa?”

Saranghamnida.” Saat ini aku berada di beranda rumah dan dia datang. Tidak ada siapapun disini, orangtua dan adikku pergi ke luar negeri. “Aku tidak bermaksud menjadi egois, aku tidak tahu. Maafkan aku tidak pernah memperhatikanmu.” Aku berbalik kemudian memeluknya.

“Aku juga, aku tidak tau kalau kau cemburu, aku tidak tau bahwa kau brgitu kesepian. Maafkan aku, aku akan memperlakukanmu dengan baik mulai sekarang.”

Entah dapat kekuatan darimana aku memajukan wajahku dan meraup bibirnya, ia tidak menolak hanya terkejut. Aku menyusupkan jemariku dibalik rambut panjangnya. My first kiss, dan ternyata menyenangkan. Jujur ujung bibirku masih sedikit perih akibat tonjokan Kyuhyun. Aku menjulurkan lidahku mencari celah dalam rongga mulutnya, dan ia menerimaku. Kurasakan lidahnya membelai lidahku dan itu lembut sekali. Kami bertukar saliva. Beginikah ciuman?

Dan kami pun kemudian masuk ke ruang tamu, aku mengunci pintu. Kembali aku menciumnya lembut.

“A..s..sh.. Hen..ry..” desahnya, aku beralih dari bibirnya ke pipinya. Begitu lembut dan chubby membuatnya terlihat imut. Aku menggesekkan bibirku dari pipi hingga ke daun telinganya, membuat ia mendesah dan mencengkram kaos yang kukenakan. Lalu aku menjelajahi lehernya, menyedotnya di salah satu titik hingga menimbulkan warna merah. Aku kaget ketika melakukannya, entah tidak ada yang mendorongku. Seakan semuanya berjalan apa adanya tanpa skenario.

May i? You should say no and i’ll not doing anymore.” Tanyaku setengah berbisik di lehernya. “Lakukan.. saja.. arrgh.. tapi berjanjilah kau tidak akan pergi.” Jawabnya setengah mendesah karena aku menjilati lehernya. “sure.

Dan aku benar-benar melakukannya pada Hye Kyung sekarang kami kelelahan dan tidur bersama. Wajahnya cantik sekali saat tidur, seperti malaikat.

***

EPILOG

Hye Kyung pov

“Selamat kalian berempat menempati ranking 10 besar terbaik bersama 6 orang lain.” Ucap Soojin. “JINJJHAYO??” teriak Miyoon kemudian ia berteriak gembira disusul Sangmi dan Richan. “Kenapa kau Cuma diam, wajahmu pucat Hye Kyung-ah.” Ucap Sangmi khawatir.

“Ssst.. aku sudah memberi kalian adik.” Ucapku, membuat tiga sahabatku itu membelalak. “MWO??” koor mereka, aku meraba perutku.

“Sudah dua minggu, rencananya aku menikah 2 bulan lagi.” Kataku. “Tapi kan kita masih muda?” tanya Richan.

“Sudah aku bilang aku ingin cepat menikah. Orangtuaku setuju kalau aku menikah muda ternyata aku dan Henry memang akan dijodohkan. Betapa sempitnya dunia.” Ucapku sambil tertawa.

Chukkaeyo, aegi.. you have to call me auntie Sangmi.” Ucap Sangmi sambil meraba perutku, aku hanya tertawa. “Bukankah yang benar auntie barber? Kau kan tukang salon Sangmi.”

“YAK! HEI KAU INI TETAP SAJA MENYEBALKAN!” teriak Sangmi. “Sangmi tidak baik membentak ibu hamil.” Richan membelaku, aku masih saja tertawa. “Ayo ibu hamil harus makan yang sehat ini salad untukmu.”

Aku menatap salad yang diberikan Miyoon, tiba-tiba aku mengernyit dan dengan cepat membuka sebuah kantong plastik. “Hueeeekkk…”

“Aku mau ice cream, ayo kalian harus menurutiku!” aku berteriak. “Ish, adik kecil jangan kau tiru perlakuan ibumu ya.” Ucap Richan sambil membelai perutku.

Chagiya, ini waffle yang kau minta.” Henry ngos-ngosan berhenti di depanku. “Aaa~ ada madunya! Aegi-ah appa mu bodoh. Dia lupa kalo umma tidak suka madu!” aku mengeluh pada perutku.

“Kenapa sih Hye Kyung yang hamil kita yang repot?” dengus Miyoon. aku menahan tawa, aku hanya ingin manja. “Kalian sih belum pernah hamil awas kalau kalian hamil lihat saja, kalian akan lebih parah!” ancamku bercanda.

“Sudah, kau sedang hamil chagiya jangan marah marah.” Henry menenangkanku, dia berubah 180o begitu tau aku hamil. Dan aku bahagia sekali kurasa hidupku akan lengkap sebentar lagi.

Side story

Hye kyung pov end

“Benar-benar tidak ada harapan hyung, dia hamil dan aku tidak mungkin memisahkan mereka. Padahal aku mencintainya duluan.”

“Sabarlah, kalian berdua anak yang baik. Kau dan Henry sama-sama cocok mendampingi adikku. Kau harus menemukan gadis yang baru.”

“Ya kau benar, seharusnya aku jujur bukan hanya mengandalkan pesonaku saja. Hye Kyung memiliki selera yang buruk Eunhyuk hyung, ia tidak jatuh cinta pada Choi Siwon dan juga padaku Cho Kyuhyun yang mencintainya sepenuh hati.”

END!!

Chukkaeyo anda telah membaca 4637 huruf^^ terimakasih telah membaca ff membosankan ini please RCL, ini versi non NC yang NC >> disini ya << dan minta PW >> disini << Thankyou, dan aku minta komen kalian. Ini emang nyata (kecuali NC dan hamil aku masih SMP-_-) kalau kalian jadi aku apa yang akan kalian lakukan? Memutuskan Henry atau menerima Henry? Sebelum ngelakuin NC dan setiap kali liat kebersamaan Henry sm Tiffany? Cuma saran ya^^ biar aku bisa mikir jernih. Let’s make a friendship with me^^

 

 

Satu tanggapan

  1. sebelum baca pasti ini masalah kamu sama pacar kamu~ whahaha sabar yaaa yang pacarnya cinta sama game #plak
    Oh ya, minta pw~ kirim ke hp ku ya say kekeke
    Parah nih kamu pervert -.- udah berani bikin nc. Awas ajaaa haha. Aku aja ampe sekarang gak berani u,u

    Alma, semangat yaaaa~
    Oh ya, emg ya kalau pengalaman pribadi jadi fic itu sesuatu bgt #plak fanfic aku yang YNKHMILU *gak tau ya? Yang yoonwon itu hehe* itu juga awalnya pengalaman pribadi tapi akhir-akhirnya engga haha. Karena berakhir dengan perpisahan tanpa kata-kata #plak *malahan curhat*

    Huaaa banyak omong nih gua -.- maaf ya fanfic kita terbengkalai. Alma, baca fanfic baru aku donk~ *promosi nyelip* oke, semangat hehe~

  2. .. Ya ampun,,, awal aku baca ff nie biasa ajja,, eh setelah baca kebwahbwahnya.. Gila….. Tapi aku bner bner salut dech ama yang buat,, co bza ya bkin begitu… Tpi ok dech… Heheh

Tinggalkan Balasan ke athiya064 Batalkan balasan