One Sided Love [BaekSsul Edition]

One Sided Love

Author : Kim Hyora
Tittle : One Sided Love
Cast :
– Byun Baekhyun [EXO]
– Choi Sulli [f(x)]
– Seo JooHyun [SNSD]
Other Cast :
– Krystal Jung [f(x)]
– Kang Jiyoung [KARA]
– Park Chanyeol [EXO]
Cameo :
– Im Yoona [SNSD]
– Choi Sooyoung [SNSD]
Rating : PG 13+
Genre : Romance
Summary : Aku menyukaimu, tapi kenapa tiba-tiba kau sedingin itu padaku?
Disclaimer : Cerita sedikit nyontek, tapi murni dari otak author-_-
Length : Oneshoot

***

Sulli’s
Tanpa sadar, aku menahan napasku saat melihat wajah Baekhyun di halaman depan majalah Punch!. Jujur saja, dia sangat tampan, dan aku menyukainya. Sangat amat menyukainya. Dan bukan hanya aku, tapi beberapa temankupun menyukainya. Tapi hanya Krystal dan Jiyoung yang tahu persis bagaimana aku menyukainya. Menyukai laki-laki itu, Baekhyun.

Hari ini, seperti biasanya ketika Punch! terbit. Ramai, di kelasku pastinya. Dan begitu Baekhyun masuk ke kelas, semua gadis langsung menghampirinya. Entah memuji fotonya di majalah atau malah bergenit ria dengannya. Jika aku boleh jujur, ingin sekali aku berteriak dan mengatakan kalau aku cemburu. Aku tidak suka. Sangat tidak suka. Tapi aku yakin, hanya akan menjadi pekerjaan yang sia-sia jika aku melakukannya.

Aku, seorang gadis bernama Choi Sulli. Seorang gadis yang tidak terlalu menonjol. Dilihat hanya pada saat murid-murid tidak mengerjakan pekerjaan rumah mereka. Seorang gadis yang tidak bisa berbicara dengan seseorang yang disukai atau orang yang baru dikenal. Hanya bisa tersenyum senang di depan kedua temanku, dan tidak pernah bisa berkomunikasi dengan Baekhyun dengan baik.

Kadang-kadang aku ingin sekali bisa benar-benar berkomunikasi dengan baik di depan Baekhyun. Ceria seperti yang lainnya di depan Baekhyun. Tapi karena rasa sukaku, aku jadi tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa menunjukkannya. Hanya kepada krystal dan Jiyoung-lah aku bisa mengungkapkannya. Padahal kesempatan untuk berkomunikasi dengan baik jelas ada di depan mata.

Dari kelas lima SD, aku dan Baekhyun selalu satu kelas. Sampai hari ini pun, ketika di tahun ajaran terakhir, kami masih tetap sekelas. Dan posisi duduk kami tidak pernah berubah. Baekhyun selalu duduk tepat di belakangku. Dia yang ceria selalu memberikan aku semangat. Dia menularkan keceriaannya pada teman-teman yang lain, tapi padaku? Entah kenapa tidak berhasil…

“Sulli-ah, kau sudah belajar untuk ulangan Kimia nanti?” tanya Baekhyun saat aku sedang membaca Punch! di bagian lain. Aku mendongak dan tiba-tiba saja lidahku terasa kelu. “Sulli-ah? Gwenchana?”

“Ah, aku su, aww~!” teriakku saat lidahku tergigit. Apa kubilang, aku tak pernah bisa berkomunikasi dengannya lebih baik. Lidahku selalu kelu dan selalu saja tergigit. Kenapa aku ditakdirkan untuk menjadi sebodoh ini? Mengatakan hal sesepele itu saja lidahku bisa tergigit dan aku gemetaran. Dasar bodoh!

Baekhyun tiba-tiba saja tertawa mendengar ucapanku. “Selalu saja begitu.” Katanya sambil mengelus pelan puncak kepalaku. Aku tercengang, diam sebentar. Menatap kesekeliling, berharap tidak ada yang melihatnya. Dan aku bersyukur hanya ada Krystal dan Jiyoung yang dapat melihatnya. Mereka malah bertindak lebih bodoh.

Baekhyun kembali ke tempatnya, ia bersiul. Tepat seperti apa yang selalu ia lakukan jika ia sedang membereskan mejanya untuk belajar. “Oh ya, kau sudah melihat wajahku di cover depan itu, kan?” tanya Baekhyun yang entah sejak kapan sudah ada disampingku lagi. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. “Bagaimana penampilanku di cover majalah itu?”

Aku berpikir sejenak, lalu mengatakan padanya bahwa dia sangat keren di majalah itu. Dengan ekspresi yang senang, Baekhyun tersenyum lebar ke arahku. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyum simpul yang sangat sederhana. Sekali lagi, kurasa keceriannya takkan pernah tertular padaku. Sampai kapanpun tidak akan pernah.

***

Memasuki masa-masa Try Out, mr. Kim memindahkan letak tempat duduk Baekhyun. Dia tidak lagi ada di belakangku, melainkan pindah jauh ke depan. Tepat di depan meja guru. Aku tertunduk lesu. Sebagai gantinya, Chanyeol duduk di tempat Baekhyun. Meski bisa lebih sering memandangi punggungnya yang lebar dan terlihat menghangatkan itu, tapi tetap saja aku merasa seperti ada sesuatu yang hilang.

Tapi, mau tidak mau aku harus menerimanya, kan? Keputusan mr. Kim tidak akan bisa di ubah. Lagipula, aku tak berhak meminta pada mr. Kim untuk mengembalikan tempat duduk Baekhyun seperti semula, kan? Bisa-bisa semua orang curiga padaku, terutama Baekhyun. Dan aku tidak ingin semuanya terjadi.

Chanyeol juga salah satu dari teman yang dekat denganku. Dia juga tahu aku menyukai Baekhyun lebih dari seorang fans kepada idolanya. Tapi dia tidak pernah mengetahui selebihnya perasaanku. Chanyeol orang yang cukup ramai, dia juga sering membawa keceriaan, dan keceriaan itu tentunya menular padaku. Aku bisa tertawa bersamanya, aku bisa lebih ceria saat bersamanya.

Tapi tentu saja aku tidak bisa menjadikan kedekatan ini, menganggapnya bahwa aku jatuh cinta pada Chanyeol. Meskipun tidak ada yang mengira begitu, tapi tetap saja aku hanya menyukai Baekhyun. Tidak ada yang lain. Bagiku, Chanyeol hanya sebatas teman, teman yang bisa membuat aku ceria.

Hari terakhir di Try Out keempat ini, aku melihat Baekhyun didatangi oleh seorang murid yang sangat cantik. Ku ketahui bernama Joohyun atau biasa dipanggil Seohyun. Dia diikuti oleh kedua temannya, Sooyoung dan Yoona yang selalu mengikuti kemanapun dia pergi. Mereka bertiga tidak pernah terlihat terpisah-pisah saat disekolah. Dan yang aku tahu, Seohyun juga berprofesi sebagai model.

Aku tidak tahu dan tidak mau tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Seohyun kepada Baekhyun, tapi yang jelas, kepalaku terasa mendidih saking kesalnya. Aku mengalihkan pandanganku kepada Chanyeol, ia tampak serius memperhatikan seseorang. Saat kuikuti arah pandangnya, aku menyadari bahwa Chanyeol sedang menatap Sooyoung. Dan aku juga baru ingat kalau Sooyoung adalah mantan pacar Chanyeol.

“Chanyeol-ah, kau tidak menemui Sooyoung, eoh?” tanya Krystal yang sepertinya juga menyadari tatapan mata Chanyeol.

“Untuk apa? Kami sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Kalian kan, tahu.” Jawabnya angkuh, tapi kami tetap bisa melihat bahwa tatapan yang ia lontarkan bukanlah tatapan benci.

“Memang apa salahnya menyapa?” ceplos Jiyoung polos. Aku mengangguk, menyetujui perkataan Jiyoung. Chanyeol menghela napas, lalu pergi meninggalkan kami. Yang ku dengar dari mulutnya sesaat sebelum pergi adalah pernyataan bahwa ia menyukai orang lain, dan ia tidak peduli pada Sooyoung.

Orang lain?

***

“SULLI-AH!”

Aku menengok ketika suara Krystal dan Jiyoung pagi itu. Mereka membawa-bawa buku dan berlari di sepanjang koridor menuju kelas. Aku menunggu mereka hingga mereka sampai di depanku. Tidak biasanya mereka bersikap seperti ini. Mungkin ada hal penting yang haru mereka bicarakan sekarang juga agar tidak lupa.

“Ada apa?” tanyaku saat mereka sudah ada di hadapanku. Aku kembali menunggu mereka untuk mengatur napas, hingga mereka siap untuk mengatakan padaku.

“Baekhyun,” ujar Jiyoung pelan. Aku memiringkan kepalaku, ingin tahu ada apa dengan Baekhyun. “Dia akan melanjutkan kuliah di luar negeri.” Lanjut Jiyoung pelan. Aku membelalakan matanya. Tidak mungkin.

“Sulli-ah, kau tidak apa-apa? Kau baik-baik saja?” tanya Krystal sambil memegang bahuku. Aku diam saja, tidak tahu harus berbicara apa. “Sebaiknya, sebelum hal itu terjadi, kau nyatakan saja perasaanmu padanya. Mungkin dengan begitu, hubungan yang kalian jalin akan berbeda.”

Tidak, aku tidak punya nyali sebesar itu untuk menemuinya dan mengatakan bahwa aku menyukainya. Aku tidak bisa melakukan hal itu, hal yang menurut orang lain mudah, tapi menurutku, hal ini sama sekali tidak mudah. Hal ini justru membuat aku lemas dan makin tidak tahu harus berbuat apa.

Orang bilang, kita harus mengatakannya sebelum terlambat. Tapi hal itu bukanlah hal yang mudah. Aku bukan tipe gadis yang suka melakukan hal itu. Jadi, aku hanya bisa pasrah. Mungkin ini waktunya untuk aku berhenti menyukai dia, berhenti mencintainya dan melupakan perasaanku. Mungkin memang cinta tidak harus saling memiliki, mungkin juga berarti cinta itu rela berkorban. Jadi aku akan mengorbankan perasaanku, melupakannya.

“Ah, saputanganku dimana ya?” Baekhyun yang kala itu ada di dekatku, sedang mencari saputangannya. Aku menatap wajahnya yang sangat aku sukai itu, lalu tanpa sadar mengeluarkan saputangan kesayanganku dan memberikannya kepada Baekhyun. “Ah, terimakasih Sulli-ah.” Katanya, lalu mengelap tangannya yang basah dengan saputangan itu. “Biar aku cuci dulu ya.”

“Eh, tidak usah, kau tidak perlu melakukannya.” Kataku tidak enak, Baekhyun menolak. Katanya, ia harus mengembalikan saputangan ini setelah ia cuci, lalu aku menyerah. Tiba-tiba saja aku teringat tentang rencana kuliahnya. Apakah aku harus mengatakannya? Mengatakan bahwa aku menyukainya, begitu? Haruskah? “B-Baekhyun-ah,” panggilku akhirnya. Lalu ia menoleh dan menatapku. “Ah, ti-tidak. Aku lupa aku ingin bicara apa padamu.”

Baekhyun tertawa, lalu mencubit pipiku gemas. “Hari ini kau tampak banyak bicara Sulli-ah. Kau sedang bahagia ya?” tanyanya, aku terdiam. Baekhyun menyentuhku, dia menyentuh pipiku dan tersenyum padaku. Aku, aku…

“SULLI-AH!” teriak seseorang, sehingga aku refleks menjaga jarak dengan Baekhyun. Aku menoleh dan mendapati Chanyeol mengintip di balik pintu. “Kau dipanggil oleh mr. Kim.”

Aku buru-buru meninggalkan Baekhyun dan pergi ke ruangan mr. Kim. Tapi sesampainya disana, mr. Kim bilang dia tidak memanggilku. Ah, Chanyeol menipuku. Dia mengganggu moment-ku bersama Baekhyun, dan dia harus mendapat balasannya. Maka aku buru-buru kembali ke kelas untuk menemui Baekhyun terlebih dahulu. Tapi ternyata ada Seohyun, Sooyoung dan Yoona disana. Aku tertunduk lesu menuju mejaku. Chanyeol juga sudah duduk di tempatnya.

“Kau mengerjaiku.” Ujarku dingin, Chanyeol terlihat merasa bersalah, tapi aku tak peduli. Dia merusak kebahagiaanku bersama Baekhyun.

***

Ketika hari semakin dekat dengan Ujian Nasional, aku benar-benar panik. Kami akan segera lulus dan Baekhyun juga akan pindah ke luar negeri. Apa yang harus aku perbuat? Haruskah aku memberikan sesuatu untuknya? Tapi sesuatu itu apa? Apa yang dia suka? Benda atau makanan yang paling dia suka. Tapi aku tidak mendapat jawaban apapun, aku sama sekali tidak mengetahuinya. Jadi, bagaimana caranya aku menyampaikan perasaanku ini padanya?

Aku membuka majalah Puch! yang baru kubeli tadi siang. Lalu membukanya atu persatu. Membaca beberapa rubrik yang menarik perhatianku. Dan tanpa sengaja, aku membuka resep untuk membuat coklat. Hal ini membuatku tersenyum senang, aku yakin semua laki-laki pasti suka jika diberikan coklat.

Maka hari itu, aku berlatih untuk membuat coklat yang enak untuk Baekhyun. Agar saat ujian di hari pertama berlangsung, Baekhyun sudah bisa merasakan coklat buatanku.

Hingga tiba saat kami akan menghadapi Ujian Kelulusan. Pagi-pagi sekali aku berangkat dan menyelipkan coklat itu di loker Baekhyun. Sambil berdoa dalam hati, semoga Baekhyun juga merasakan hal yang sama padaku. Lalu aku pergi ke kelas sambil merapal doa-doa khusus untuk coklat itu. Jujur saja, aku sudah percaya diri dengan nilaiku di Ujian nanti, jadi tak ada salahnya kan, aku mencoba berdoa untuk hal lain sedikit saja?

Sesampainya di kelas, aku langsung duduk manis di tempatku. Menunggu kedatangan Baekhyun yang kebetulan juga sekelas denganku. Senyum tak pernah pudar dari wajahku, jantungku juga berdebar sangat kencang. Akankah Baekhyun merasakan perasaan yang sama denganku?

Sekitar tiga puluh menit kemudian, Baekhyun datang. Aku segera menyambutnya dengan senyuman manis, tapi dia hanya memandangku sinis. Ah, ada apa ya? Apa yang terjadi pada Baekhyun? Apakah dia sudah mendapatkan coklat dariku? Lalu kalau sudah, kenapa dia bersikap seperti itu terhadap ku? Ah, jangan-jangan dia malah tidak menyukai coklatku. Atau bahkan dia tidak menyukaiku sama sekali.

Aku telah ditolak. Bahkan sebelum aku angkat senjata. Coklatku saja telah ditolak olehnya. Dia tidak lagi ingin berteman denganku. Tidak lagi ingin menyapaku. Dan hal ini terus berlangsung hingga upacara kelulusan. Hampir semua murid perempuan merasa kehilangan Baekhyun yang akan melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Tapi Baekhyun menanggapinya dengan santai saja. Dia mengatakan bahwa dia akan kembali lagi beberapa tahun kemudian dan menjadi artis yang sangat terkenal.

Dan mataku, sejak pagi tadi aku melihatnya memasuki gedung aula, tidak pernah bisa berhenti menatapnya. Sungguh, aku merindukan senyumannya yang hangat, yang ditujukan kepadaku. Aku merindukan sentuhannya yang ditujukan untukku.

“Kau tidak ingin pergi kesana dan mengucapkan selamat tinggal pada Baekhyun?” tanya Krystal. Mungkin dia melihatku hanya memandangi Baekhyun dari jauh. Aku dengan cepat menggeleng. Percuma juga jika aku mengatakannya dengan terus terang. “Wae? Kau malu?”

Aku kembali menggeleng, lalu pergi menuju toilet sebelum acara dimulai. Di toilet aku merasakan jantungku berdebar sangat kencang, mataku memanas dan tubuhku seketika menjadi lemas. Hatiku sakit saat melihat Baekhyun tersenyum pada orang lain, tapi tidak padaku. Apa yang terjadi padanya hari itu? Hari dimana aku memberikan coklat untuknya. Kenapa harus bersikap seperti itu jika memang tidak menyukainya? Kenapa dia tidak membicarakannya langsung padaku?

Kenapa…..

***

Empat Tahun…..

Author’s
“Sulli-ah, apa kau akan makan siang bersama kami?” tanya Jiyoung di ambang pintu, ketika Sulli sedang merapikan laptop dan buku-bukunya. Sulli menoleh, lalu menggeleng. Mengatakan pada sahabatnya itu bahwa dia akan menyelesaikan skripsi miliknya di apartement saja. “Baiklah, semangat ya. Aku akan ada di sekitar sungai Han bersama Krystal, Sehun dan juga Chanyeol.”

Sulli mengangguk sesaat sebelum Jiyoung menghilang dari pandangannya. Skripsi memang menyebalkan, tapi demi kelulusannya, ia akan lakukan apapun. Semua orang pasti berpikir seperti itu, kan?

Empat tahun berlalu tanpa terasa, semuanya juga telah berubah. Chanyeol dan Krystal kini berpacaran dan akan segera bertunangan. Jiyoung sendiri menemukan tambatan hatinya ketika menduduki semester kedua di mata kuliah baru yang ia ambil. Sementara dirinya? Hatinya masih lekat bersama Baekhyun dan tidak pernah kembali sejak upacara kelulusan SMA.

Ia merindukan Baekhyun, tentu saja. Semua yang ada pada diri Baekhyun benar-benar membuatnya merindu. Ingin segera bertemu dengan Baekhyun sesegera mungkin. Tapi, akankah sikap Baekhyun berubah setelah tidak melihatnya selama empat tahun? Dan tentu saja mengingat bahwa pertemuan terakhir mereka sangatlah tidak patut untuk dikenang.

Sulli buru-buru menyampirkan tasnya di bahu kiri, lalu mengangkat beberapa buku dan segera keluar dari ruang kelas. Hari ini ia akan tinggal di apartement hingga skripsinya selesai. Tinggal bab penutup dan semuanya akan selesai. Ia tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal yang tidak penting, hal yang menurutnya paling indah malah membuatnya menjadi hal paling buruk dalam hidupnya.

Klik!

Kunci otomatis mobil terbuka dan Sulli segera merapikan barang bawaannya di jok belakang, setelah itu dia pindah ke jok supir dan langsung menyalakan mesinnya. Ia ingin cepat pulang dan bersantai sejenak, setelah itu kembali membuat skripsi. Kali ini ia ingin mengusir bayangannya tentang Baekhyun. Hanya kali ini saja, setelah skripsinya tuntas.

Sesampainya di apartement, Sulli mengecek ponselnya dan ternyata ada beberapa sms dari Jiyoung dan Krystal. Mereka mengatakan bahwa disekitar sungai Han ramai sekali pada hari ini. Sedikit iri, tapi jika ia ikut, sudah pasti skripsinya akan terbengkalai. Sudah jelas ia takkan mau mengulang di mata kuliah ini.

Sulli pergi ke dapur dan membuat segelas teh hangat dan menikmatinya di ruang tamu. Ia menyalakan televisi, lalu mencari berita yang menarik. Lalu tiba-tiba saja matanya terpaku pada satu acara yang menayangkan tentang Baekhyun. Merasa ingin tahu, Sulli mengeraskan volume televisi dan mendengarkan juga melihat dengan baik dan hati-hati.

“Seorang model bernama Byun Baekhyun akan segera tiba di Seoul beberapa hari lagi. Kabarnya, ia sudah selesai menjalani aktivitasnya sebagai pelajar di negeri paman Sam dan akan segera kembali untuk meneruskan karirnya di Seoul, Korea Selatan…”

Sulli diam, udara yang ia hirup seakan tak pernah cukup untuk mengisi rongga di paru-parunya. Baekhyun…

***

“Kapan kau sidang?”

Sulli menoleh sebentar, lalu kembali merapikan buku-bukunya yang berserakan di meja. “Minggu depan.” Jawabnya pelan. Krystal mengangguk mengerti.

“Sulli-ah, apa kau melihat acara gossip dua hari yang lalu?” tanya Krystal lagi. Kali ini Sulli menoleh dengan cepat. Sudah ia duga pasti Krystal ataupun Jiyoung tahu tentang berita itu.

“Ya, aku melihatnya.”

“Bagaimana menurutmu?”

“Apa?” Sulli berpura-pura tak mengerti tentang apa yang disampaikan oleh Krystal.

“Kau, apa masih menyukainya? Baekhyun?”

Sulli memaksakan senyum getir. Lalu mengedikkan bahunya, tanda bahwa ia tidak tahu apakah ia masih menyukai Baekhyun atau tidak. Tapi di lubuk hatinya, ia tahu persis bahwa perasaan itu masih ada. Tak pernah berubah sejak duabelas tahun yang lalu. Sejak Baekhyun berbicara kepadanya dengan ramah. Sejak Baekhyun meminta izin untuk duduk di bangku tepat di belakangnya. Sejak mereka berkenalan di kelas lima SD.

Bagaimana bisa ia melupakannya?

“Kau ingin bertemu sekali lagi dengannya?” tanya Krystal berkelanjutan.

Ya, jawabannya adalah ya, jika ia berani untuk mengutarakan perasaannya. Kali ini, untuk pertama kalinya, ia ingin menyembunyikan perasaannya. Ia ingin berpura-pura, ingin membohongi dirinya sendiri. Maka saat itu juga gadis itu menggeleng dan tersenyum lemah. Bagus, ia membuang kesempatannya.

“Dimana Jiyoung? Aku tidak melihatnya?” tanya Sulli mengalihkan pembicaraan. Krystal tidak keberatan. Karena ia cukup mengerti posisi Sulli saat itu.

“Ia diluar bersama Chanyeol dan Sehun. Kami berniat untuk mengajakmu makan. Skripsimu sudah selesai dan kau tidak punya alasan untuk menolak.”

Sulli mendesah, “Baiklah. Tunggu aku sebentar lagi. Aku akan mengembalikan buku-buku ini ke perpustakaan.” Ujarnya kemudian, setelah semua bukunya beres.

“Baiklah,”

Sulli berjalan keluar kelas bersama Krystal, lalu bertemu dengan Jiyoung, Chanyeol dan juga Sehun di depan kelas. Setelah menyuruh mereka menunggu, Sulli berjalan menuju perpustakaan yang lumayan jauh dari kelasnya. Sejujurnya Sulli malas sekali untuk mengembalikan buku ini, karena perpustakaan yang cukup jauh. Tapi buku-buku ini harus segera dikembalikan atau ia akan mendapat denda.

Begitu sampai di perpustakaan, Sulli segera mengembalikan bukunya ke penjaga perpustakaan, lalu keluar dari sana dengan cepat dan kembali kepada teman-temannya.

***

Sulli’s
Krystal mengajak aku, Jiyoung, Chanyeol dan Sehun ke sebuah restoran yang mengasyikan. Letak restoran memang seperti bangunan pada umumnya, tapi kami tidak akan makan di dalam gedung. Kami melewati gedung dan sampai disebuah taman yang indah. Seperti di negeri dongeng. Aku sangat menyukai tempat ini saat pertama kali melihatnya. Aku jatuh hati pada tempat ini.

Setelah makan, kami masih bisa bersantai-santai disana. Bermain bola atau ngobrol dengan santai. Tempat yang benar-benar mengasyikkan. Krystal yang membayar karena hari ini ia dan Chanyeol tepat satu tahun. Dan Jiyoung sendiri hampir genap dua tahun dengan Sehun. Jujur saja, aku agak iri dengan teman-temanku yang lain. Mereka memiliki pasangan, sementara aku?

Mungkin aku terlalu lama memendam perasaanku pada Baekhyun, hingga tak ada celah sedikitpun untuk orang lain di hatiku. Tapi entah kenapa aku tak pernah peduli. Ya, walaupun seringnya ada rasa iri dalam hatiku. Tapi tidak apa-apa, mungkin nantinya aku akan menemukan jodohku sendiri. Baekhyun… atau orang lain juga terserah sajalah.

“Sulli-ah, mengapa akhir-akhir ini kau sering sekali melamun?” tegur Jiyoung, aku hanya tersenyum lebar mendengarnya bicara.

Setelah beberapa menit kami bersantai, akhirnya aku memutuskan untuk pulang saja. Aku lelah dan ingin sekali tidur. Mungkin karena selama pembuatan skripsi aku jarang sekali tidur demi membuat skripsi dengan cepat. Akhirnya beginilah aku, tidak bisa bersenang-senang dengan teman-temanku yang lain.

Dimobil, aku menyalakan radio. Mencari siaran radio yang full music. Setelah mendapatkannya, aku segera menjalankan mobilku dengan santai.

“Kalian tahu tidak? Kalau besok sore, Baekhyun akan tiba di Seoul? Wow, kalian pasti para penggemar ingin cepat-cepat melihat Baekhyun di majalah, kan?”

Aku tertegun. Benarkah itu? Baekhyun akan kembali besok sore? Ah, Tuhan. Aku sangat merindukannya, aku ingin sekali bertemu dengannya. Tapi, bisakah aku bertemu lagi? Masihkah dia ingat padaku? Atau, apakah dia masih cuek terhadapku? Karena coklatku dulu?

***

Bisa kita bertemu sore ini? Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.

Aku tercenung sesaat melihat pesan dari Chanyeol di e-mailku. Tidak biasanya dia meminta bertemu secara pribadi. Ada apa, ya? Aku segera membalas pesannya dan mengatakan bahwa aku bisa bertemu dengannya sekitar pukul tiga sore. Selebihnya, aku tidak ingin lagi keluar rumah. Aku ingin tidur, tidak ingin tahu apapun aktivitas di luar rumah.

Baekhyun pulang hari ini…

Tidak bisakah aku tidak memikirkan Baekhyun kali ini saja? Tidak bisakah aku berhenti memikirkan laki-laki itu dan tetap menjalani hidupku seperti biasanya? Jauh sebelum aku mengenal laki-laki itu? Tidak, baiklah. Aku ingat, dua belas tahun yang lalu. Aku sudah lupa bagaimana diriku sebelum berkenalan dengan Baekhyun.

Pukul tiga sore, aku sudah siap di sebuah cafe di dekat kampus. Chanyeol belum datang, itu artinya aku datang terlalu cepat. Huh, kelihatan seperti orang yang niat untuk berkencan. Tapi aku menepis pelan pikiran itu, lalu mencoba memberitahukam Chanyeol bahwa aku sudah sampai. Tak lama, Chanyeolpun datang.

“Maaf aku terlambat.” Kata Chanyeol sambil menaruh kamera-nya di meja. Aku tersenyum memaklumi. Chanyeol laki-laki yang sangat suka memotret, kemana-mana memang bawa kamera. Dan itu terjadi saat dia masuk kuliah di tingkat pertama.

“Aku ingin membuat pengakuan denganu,” ujar Chanyeol, membuatku mengerutkan kening sedalam-dalamnya. “Maaf karena aku telah menyembunyikan hal ini darimu selama empat tahun. Maaf karena membuat laki-laki yang kau sukai mengabaikanmu. Maaf.”

“A, apa maksudmu?” tanyaku tak mengerti. Maksudnya, dia yang membuat Baekhyun berubah padaku? Tapi bagaimana caranya?

“Waktu itu, aku mengambil coklat yang kau masukkan kedalam laci milik Baekhyun. Tapi Baekhyun memergoki aku yang sedang memegang coklat itu. Kukatakan padanya bahwa coklat itu darimu.” Aku menatap Chanyeol dengan padangan yang aku sendiri juga sulit pasti untuk mengartikannya. Tapi perasaanku sungguh kecewa, sangat kecewa.

“Maafkan aku,” aku menghela napas mendengar penuturannya. Tapi apa boleh buat? Mungkin dia memiliki alasan melakukannya. “Itu semua kulakukan karena aku menyukaimu. Dulu,”

Aku tersenyum, akhirnya. “Lupakan saja, Chanyeol-ah.”

“Kau tidak marah?”

“Sudah percuma kalau aku marah padamu Chanyeol-ah. Baekhyun sendiri juga mungkin tidak akan mengenaliku lagi.”

“Kau tidak ingin menemuinya? Kudengar dia pulang sore ini?”

Aku menggeleng. Kurasa aku tidak perlu menemui Baekhyun, karena hanya akan mempermalukan diriku sendiri. Bagaimana kalau Baekhyun tidak ingin melihatku lagi? Bagaimana…

“Baekhyun menyukaimu, terlihat sangat jelas ketika dia tahu bahwa aku mendapat coklat darimu.”

Aku tertawa, memaksakan diri. “Tidak perlu menghiburku, Chanyeol-ah. Aku takkan pergi menemuinya.” Ujarku pelan, lalu berpamitan padanya.

Di mobil, aku menyandarkan punggungku ke sandaran jok. Mataku basah, mengingat berapa lama aku berusaha untuk melupakan Baekhyun, tapi tetap saja aku tidak bisa melupakannya. Mengingat berapa keras perjuanganku untuk menghilangkan bayangannya dari otakku, tapi tetap saja aku tidak bisa. Baekhyun…

Tak ingin membuang waktu, aku segera menjalankan mobilku ke apartementku yang juga tidak terlalu jauh. Sepanjang perjalanan, entah kenapa air mataku susah sekali untuk berhenti. Mengalir, mengalir dan terus saja mengalir. Bahkan setelah sampai dikamar pun, aku malah menangis bertambah kencang.

***

Baekhyun’s
Aku sudah tiba di Seoul dua hari yang lalu. Tapi tetap tidak memiliki keberanian untuk menemui Sulli. Gadis itu, masihkah bersama Chanyeol? Sejak aku merasa cemburu terhadap Chanyeol, aku mengabaikannya. Aku tahu sikapku sangat kekanak-kanakan dan sangat tidak pantas untuk kulakukan. Tapi, aku merasa cemburu.

“Baekhyun-ah, apa yang kau lamunkan?” tanya Seohyun. Alih-alih bertemu Sulli, aku malah bertemu dengannya yang sengaja menjemputku ke bandara bersama eomma. Entah kenapa, eomma sangat menyukainya. Padahal Seohyun termasuk gadis yang angkuh.

“Tidak ada,” ucapku dingin.

“Kalau begitu, bersiaplah sekarang juga. Aku menonton di barisan paling depan,” katanya. “Bersama Marcus.”

Marcus? Dia membawa Marcus ke Korea? Benar-benar gadis gila.

Malam ini aku menggelar sebuah acara. Kembalinya aku ke Korea, atas usul manager dan orang-orang disekitarku. Sesungguhnya tujuanku hanyalah agar Sulli melihatku kembali. Apa yang akan dia lakukan?

***

Sulli’s
Tangan Krystal dan Jiyoung tidak sedikitpun merenggang dari lenganku. Sakit, pasti sebentar lagi tanganku akan memerah. Dan aku tidak tahu mereka akan membawaku kemana. Di mobil Krystal, aku duduk di jok belakang dengan manis.

Lotte Hotel.

Aku langsung tahu apa yang akan mereka lakukan padaku. Sekali lagi, Baekhyun…

Aku dengar, Baekhyun akan menggelar acara kembalinya ke Seoul di Lotte Hotel malam ini. Aku tidak pernah ingin menemuinya lagi, sungguh. Aku tidak ingin mempermalukan diriku sendiri dengan menemuinya, lalu dia sama sekali tidak ingin mengenaliku lagi.

“Kalian akan membuatku bertemu dengan Baekhyun?” tanyaku sarkatis. Jiyoung mengangguk pelan. “Berhenti sekarang atau aku akan berusaha mencelakakan kita bertiga di dalam mobil ini.” Ancamku.

Jiyoung berakting ketakutan, lalu kemudian tersenyum meledekku. “Coba saja kalau kau bisa, nona.”

Aku langsung menatap Jiyoung dengan pandangan apa-maksudmu-berkata-seperti-itu. Namun Jiyoung malah mengalihkan pandangannya ke depan. Sedikit lagi kami akan sampai di Lotte Hotel. Ah, loncatpun rasanya tidak mungkin. Karena selain aku tidak ingin melukai diriku sendiri, Krystal pasti mengunci mobilnya. Tidak mungkin tidak.

***

Author’s
“Baekhyun, apakah alasanmu kembali hanya itu? Tidak adakah lagi yang lain?” tanya seorang presenter pada baekhyun. Baekhyun tersenyum malu.

“Yeah, aku memiliki seseorang yang kusukai. Aku berharap gadis itu menonton ini dan melihatku. Sejak kelas lima SD, aku selalu satu kelas dengannya. Aku selalu memilih tempat tepat di belakangnya. Agar aku bisa selalu mengawasinya setiap saat.”

Dari jauh, Krystal, Jiyoung dan ulli yang mendengar hal itu tercengang. Terlebih lagi Sulli yang tidak percaya dengan apa yang Baekhyun katakan di panggung. Sementara Krystal dan Jiyoung tersenyum senang mendengar itu semua. Jelas saja, tidak ada orang lain yang duduk di belakang Sulli selain Baekhyun sejak kelas lima SD. Dan hari ini Baekhyun mengatakannya.

“Hear that, Giant Baby?” ledek Krystal dan langsung mendapat godaan dari Jiyoung. Sulli memanyunkan bibirnya, Krystal dan Jiyoung memang menyebalkan. “Dengar, dia menyukaimu sejak kelas lima SD. Dan hari ini dia mengungkapkannya di depan semua orang. Jadi, masihkah kau memiliki alasan untuk tidak ingin bertemu dengannya?”

“Ya, aku tidak ingin menemuinya.”

“Kau pasti sudah gila.” Desis Jiyoung kesal. Sulli tidak peduli, ia berjalan menjauhi kedua temannya untuk mencari taksi.

Tiba-tiba terdengar suara dibelakangnya, ia tahu dua sahabatnya pasti merencanakan sesuatu. Sulli menoleh ke belakang dan melihat Krystal sudah siap dengan alat pengeras suara dan Jiyoung memegang sebuah kain. Ia tidak tahu kain apa itu, tapi yang jelas, otaknya sedang memikirkan sesuatu yang sangat negatif.

“YA! BYUN BAEKHYUN, JIKA KAU MENCARI SESEORANG BERNAMA CHOI SULLI, DIA ADA DISINI, DIA INGIN MENEMUIMU!” teriak Krystal tiba-tiba. Sulli membelalakan matanya. Ia sama sekali tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Bertemu Baekhyun? Sudah jelas ia mau, tapi gengsi mengalahkan semuanya.

Jiyoung mengangkat tinggi-tinggi banner yang dipegangnya sendiri. Kain yang transparan dan lampu cahaya membuatnya bisa melihat semuanya. Tulisan ‘CHOI SULLI ADA DISINI UNTUK BERTEMU DENGANMU’ beserta foto dan dengan font yang besar terpampang dengan jelas di banner itu. Sulli membelalakan matanya sekali lagi. Kedua sahabatnya memang sudah gila.

“Ya!! Hentikan! Hentikan semua ini! Kalian membuatku malu, tahu!” teriak Sulli setelah sadar dari kekagetannya. Ia menyuruh Krystal dan Jiyoung menurunkan semua peralatan yang mereka pegang. Tapi Krystal malah tambah kencang memanggil Baekhyun. “Aish, kenapa kalian ini senang sekali membuat aku malu?! Paboya! Cepat lepaskan, aish!” jerit Sulli frustasi.

Beberapa menit kemudian, Sulli menyerah, ia berbalik dan dengan cepat berjalan menjauhi kedua sahabatnya itu. Ini benar-benar memalukan. Bagaimana kalau satpam sampai mengusir mereka? Bagaimana kalau satpam-satpam itu membawa mereka ke kantor polisi? Bagaimana….

“ARGHH!!!” teriak Sulli kesal, ia menendang batu yang ada dihadapannya, lalu berjongkok dan menangis. Bahunya bergetar dengan kencang, ia menangis begitu hebat.

Tak lama, sebuah benda lembut menyentuh telinga kanannya. Sulli menoleh dan mendapati saputangan berwarna pink dan bergambar Piglet milik Winnie The Pooh ada dihadapannya. Matanya menelusuri tangan siapa yang memegang saputangan itu. Saputangan yang empat tahun lalu ia berikan kepada Baekhyun. Baekhyun…

“Berhentilah menangis..” katanya sambil menyodorkan saputangan itu lagi. Sulli mengambilnya, lalu mengelap air matanya.

“Untuk apa kau kemari?” tanya Sulli dingin. Baekhyun mengambil tempat disebelahnya. Sulli menjaga jarak, lalu duduk di jalan dan menekuk kakinya. Baekhyun mengikuti hal yang sama yang dilakukan oleh Sulli. Sementara Krystal dan Jiyoung bersembunyi di mobil yang ada di dekat mereka. “Dan kenapa kau kembali ke Korea? Bukankah kau telah meninggalkan semuanya?”

“Untuk bertemu dengan seseorang.” Sulli menatap Baekhyun lama, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. “Aku sengaja tidak mengembalikan saputanganmu, karena aku harus memiliki kenang-kenangan darimu yang membuatku ingat kalau tujuan-ku bermodel hanyalah untuk dirimu.”

Sulli kembali menoleh, menatap Baekhyun dengan pandangan yang sulit diartikan. Lalu Baekhyun menghela napas, “Kau, masihkah bersama Chanyeol?” dan kali ini, giliran Krystal yang mengerutkan kening. “Dulu, saat kau memberikan coklat itu pada Chanyeol, jujur saja hatiku sakit sekali. Tidakkah kau menyadarinya?”

“Baekhyun-ah,” panggil Sulli pelan. Baekhyun menoleh, menunggu Sulli berbicara. “Ini tidak seperti yang kau pikirkan selama ini.” Baekhyun mengerutkan kening, apa maksudnya? “Chanyeol menyukaiku, dan saat itu, aku sama sekali tidak tahu dengan perasaannya. Dan kudengar, kau akan melanjutkan kuliahmu di luar negeri.” Sulli menarik napas panjang, “Maka aku memutuskan untuk mengutarakan perasaanku padamu, lewat sebuah coklat yang kubuat sendiri dan sepucuk surat.”

“Jadi,”

“Coklat itu sebenarnya untukmu.”

Baekhyun mebelalakan matanya, ia tak percaya kalau semua ini hanyalah salah paham. Coklat itu, coklat yang sempat ia cemburui karena jatuh ke tangan Chanyeol adalah miliknya. Seharusnya menjadi miliknya. “Maaf, aku memang pengecut.” Sulli tersenyum, hangat. Perasaannya mendadak berubah. “Dari dulu, aku senang melihatmu saat membaca majalah Punch!, kau tahu?” Sulli menggeleng. Ia tak pernah menyangka Baekhyun memperhatikannya.

“Makanya, aku bertekad untuk menjadi model di majalah itu, agar kau selalu melihatku setiap kali kau melihat majalah Punch!. Aku benar-benar menjadi model dan terkenal, tapi aku heran, kenapa kau tidak seperti teman-temanmu yang lain? Yang mengejarku, menggodaku, bahkan mengajakku kencan. Kenapa kau tidak melakukan hal itu? Hingga akhirnya aku berpikir bahwa kau memang sudah memiliki kekasih, atau tidak tertarik padaku.”

Sulli menggeleng.

“Jika aku memiliki kesempatan, aku ingin sekali mengungkapkannya padamu. Memintamu untuk bersamaku. Tapi, apakah aku punya?” tanya Baekhyun lirih. Sulli refleks langsung memeluknya.

“Sampai kapanpun, kesempatan akan selalu ada untuk semua orang. Termasuk dirimu.”

***

END

Jangan lupa RCL ya, awas ga RCL-_-

Satu tanggapan

  1. owwws, cuman salah paham? Chanyeol ko gt sih… -_-
    kalo suka ya bilang ajah, ga usah ambil coklatnya segala, pke ngaku2 lg…
    Tp untunglah semua bsa terselesaikan hehe…
    Daebak bngt ceritanyaaaaa. Suka, suka !
    Author fighting ^_^

Tinggalkan Balasan ke annisa006bgt Batalkan balasan