So Tired to Loving You 3

Title : So Tired to Loving You 3

Author : Nurul (Park Seul Ah)

Main Cast : Park Seul Ah (OC), Cho Kyuhyun ‘Super Junior’, Lee Donghae ‘Super Junior’, Kim Chan Ra (OC)

Support Cast : Super Junior, Park Neul Ra (OC)

Rating : All Ages

Genre : Sad, Rommance

Ps : please comment ya! walaupun ff ini jelek tapi para readers tolong tinggalin jejak oke? pokoknya yang comment nanti bisa pergi sama kyuhyun seharian deh #plak. oh iya, ini ff semuanya diambil dari sudut pandang si Seul ah ya

Disclaim : cerita ini semuanya asli dari pikiran aku loh jadi please don’t be a plagiator ^_^

**

“jagiyaaaa” teriak seseorang dibelakangku. Langkahku tiba-tiba terhenti mendengar suara dibelakangku. Suara ini.. aku sangat kenal suara ini. suara ini yang selalu membuat aku bahagia dan membuat hatiku perih ketika aku mendengarnya. Suara ini juga yang membuat aku jatuh cinta pada pemiliknya, suara ini yang selalu ku mimpikan dalam tidurku.

Ku beranikan tubuhku agar menoleh ke belakang dan benar saja, aku melihatnya sedang memeluk orang yang tadi kutabrak dengan senyum yang bertengger di bibirnya. Perempuan itu, apakah dia Kim Chan Ra, yeojachingunya? Pantas saja aku sangat familiar dengan wajahnya. Kupegang dadaku, hatiku.. aku tak tau apa yang kurasakan sekarang, aku senang melihatnya secara langsung tapi aku juga merasakan perih ini. kucoba untuk tetap tenang tak menangis disini.

“jagiyaa mianhae aku terlambat” ucapnya sambil tersenyum. Sangat tampan

“gwenchana” jawab perempuan didepannya sambil tersenyum. Chan ra memang cantik, sangat cantik malah. Aku tak ada apa-apanya dibandingkan dia, jika diibaratkan dia adalah mawar yang sangat indah dan harum sedangkan aku adalah mawar yang sudah layu dan busuk.

“neomu yeoppo” puji kyuhyun pada yeojachingunya setelah itu ia mencium kening chan ra dengan penuh cinta. Chan ra tersipu malu mendapat perlakuan itu kemudian kyuhyun membelai pipi chan ra yang kemerahan lalu dia mengatakan sebuah kata yang membuat aku lemas ‘saranghae’

Tes..tes.. kurasakan air mataku turun begitu saja dan kakiku..kakiku lemas dan sudah tak kuat lagi menyanggah tubuhku. Ku senderkan tubuhku pada dinding disampingku. Aku tak menyangka akan melihat ini, melihat dia dengan yeojachingunya bermesraan didepanku. Hatiku yang sudah hancur kini bertambah hancur lagi. dia selalu saja menggoreskan luka dihatiku. Ani, bukan menggoreskan tapi menusuk-nusukan dan merobek luka yang ada dihatiku. kututup mulutku dengan tanganku dan berlari entah kemana yang jelas aku tak ingin berada disini dan melihat mereka berdua.

Sekarang aku duduk di taman rumah rekan kerja appa, setidaknya disini tak seramai didalam jadi aku bisa menangis sepuasnya disini tanpa diketahui siapapun. Dari tadi tangisku tak mau berhenti padahal sudah kucoba untuk memberhentikannya tapi percuma mereka tetap saja mengalir di pipiku. Otakku memutar kejadian tadi, kejadian dimana kyuhyun mencium kening chan ra, membelai pipinya, dan kemudian mengatakan sesuatu yang membuatku sakit.

“bodoh! Neomu pabo!” rutukku pada diriku sendiri

“kenapa kau bisa mencintai orang sepertinya? Itu sangat menyakitkan” lanjutku sambil tanganku memukul-mukul kepalaku. Tapi tiba-tiba handphoneku berbunyi dan ternyata itu panggilan dari neul ra. ku tarik nafasku dalam-dalam dan membuangnya, aku tak mau dia tau kalau aku menangis.

“yeoboseyo” ucapku sedikit bergetar

“ya! Kau dimana sekarang? Maaf karena tadi aku tak mengenalimu, karena kau itu sungguh berbeda. Eh tunggu, ada apa dengan suaramu? Apa kau baik-baik saja?” tanyanya

“ani, gwenchanayo. Sekarang aku sedang berada di taman luar” kataku sambil tanganku menghapus sisa air mata di pipiku

“oh, sedang apa kau disana? Ajumma dan ajusshi mencarimu. Tunggu aku, aku akan kesana”

“tak usah, biar aku saja yang kesana” ucapku cepat, aku tak mau dia kesini dan melihatku yang seperti ini

“yasudahlah, cepatlah kesini” perintahnya dan dengan segera kumatikan telfon tanpa menjawabnya

**

“aigoo kau dari mana saja sih? Dari tadi eomma mencarimu” omel omma ketika aku menghampirinya

“aku tadi ke luar, disini tak nyaman banyak orang” ucapku berbohong

“seul ah mianhae” kulihat neul ra sudah berada didepanku dengan tampang memelas

“ah kau itu, gwenchana” jawabku

“tapi benar loh kau itu berbeda hari ini, kau terlihat sangat cantik. Iya kan ajumma?” eomma mengangguk mendengar pujian neul ra

“ya! Sudahlah tak usah memujiku seperti itu, kau ingat? Tadi kan kau baru saja mengejekku” ucapku seraya memalingkan wajah darinya, mencari sosok seseorang yang telah membuatku susah bernafas.

‘semoga aku tak bertemu lagi dengannya’ gumamku dalam hati

“ne ne ne mianhae hehehe, eh aku ke toilet sebentar ya” ucapnya kemudian pergi meninggalkanku dan eomma

“Mr Kim, kenalkan ini anak dan isteriku” aku menoleh mendengar suara appa

“annyeong” aku dan eomma membungkukkan badan dan dia pun membalasnya

“wah anakmu cantik sekali Park Jin woo” pujinya sambil tersenyum

“ah kamsha hamnida” ucapku membalas pujiannya

“siapa namamu?” tanyanya

“park seul ah imnida”

“nama yang bagus. Hmm.. apa kau masih sekolah?”

“ne, aku kuliah di seoul national university” jawabku

“anakku juga akan kuliah disana”

“anakmu akan kuliah disana juga?” tanya appaku

“ne, anakku pindahan dari amerika. Mungkin kalian bisa menjadi teman” ujarnya sambil tersenyum

“ah itu pasti” ucap appaku

“appa!” teriak seseorang

“ah itu dia anakku” aku menoleh dan kemudian kurasakan tubuhku menegang. Kulihat seseorang namja berjalan kearah kami dengan tangannya yang merangkul pinggang yeoja disebelahnya. Sangat erat. Mungkin dia takut kehilangan yeoja disampingnya. Dia.. apa dia anak rekan kerja appa? Kenapa aku harus bertemu lagi dengan mereka? Ku kepalkan tanganku agar air mata ini tak mengalir.

“chan ra, kenalkan ini teman appa dan ini anak serta isterinya”

“annyeong ajumma,ajusshi,dan…” dia menggantungkan kalimatnya. Mungkin dia ingat padaku

“kau.. bukankah kau itu..” lanjutnya. Aku tersenyum. Senyum yang dipaksakan “ne”

“kau sudah kenal dengan seul ah, chan ra?” tanya Kim ajusshi

“ani. Aku belum mengenalnya appa tapi tadi kita sempat bertemu” jawabnya tanpa menghilangkan senyum di bibirnya

“kalau begitu kalian bisa jadi teman baik di kampus nanti” ucap eomma

“apa kau kuliah di seoul national?” tanya chan ra, aku mengangguk.

“waah senangnya” ucapnya senang

“oh iya appa, kenalkan ini cho kyuhyun” kulihat kyuhyun tersenyum dan membungkukkan badannya pada kim ajusshi

“cho kyuhyun imnida”

“apa dia namjachingumu jagi?” tanya kim ajusshi. Kulihat kyuhyun dan chan ra tersipu malu mendengar pertanyaan kim ajusshi. Ah hatiku..aku merasakannya lagi.

“wah kalian sangat cocok. Yang satu tampan dan yang satunya cantik” puji eomma

“ah ajumma bisa saja” ucap chan ra

Kutundukan kepalaku mendengar ucapan eomma. Eomma.. kenapa eomma berkata seperti itu? Apakah eomma tak sadar jika ada seseorang yang menderita mendengar ucapanmu? Apakah eomma tak sadar bahwa anakmu ini sedang menahan sakit dan tangis akibat dua orang dihadapanku ini?!

Kulirik lagi mereka. Haaah mereka memang sangat serasi. Tak mungkin jika aku dibandingkan dengan chan ra dan menggantikan posisinya saat ini. aku semakin mengepalkan tanganku menahan sakit ini.

“hmm… tunggu dulu. Apa kalian saling mencintai? Apa kau mencintai anakku dengan sepenuh hati?” tanya Kim ajusshi pada kyuhyun

Deg!

Kenapa pertanyaan ini dilontarkan di hadapanku? Kupegang dadaku, aku takut jika hati ini akan tambah hancur mendengar jawaban darinya. Kulihat kyuhyun tersenyum. Apa ini artinya dia sangat mencintai chan ra?

“ne ajusshi, aku mencintainya. Sangat mencintainya, kalau bisa seluruh cinta dan hidupku kuserahkan padanya” hatiku mencelos mendengar jawaban darinya, hatiku diibaratkan seperti sebuah luka yang lama-kelamaan bertambah parah kemudian luka tersebut disirami dengan air garam. Sakit, perih. aku tak mau disini lagi, aku tak mau mendengar perkataan-perkataan mereka yang membuat luka hatiku semakin parah dan mungkin tak bisa disembuhkan lagi. pandanganku pun mulai buram, aku harus pergi dari sini.

“hmm… eomma, appa, ajusshi aku pamit ke kamar mandi” ucapku bergetar menahan tangis. Aku langsung berlari meninggalkan mereka. Air mataku pun sudah mengalir dengan deras. kupercepat langkahku, aku tak mau orang-orang disini melihat aku menangis. Karena mataku sudah banyak dipenuhi oleh air mata, penglihatanku pun sedikit buram kemudian tanpa sengaja aku menabrak sesuatu.

Bugh!

“mi..mianhae” jawabku tanpa melihat orang didepanku. Kulangkahkan kaki ku kembali. Bukannya aku tak sopan, tapi aku ingin cepat-cepat pergi dari sini. Aku ingin pulang. Aku ingin mengeluarkan dan menghilangkan rasa sakit ini walaupun itu tak mungkin.

“agasshi tunggu! Chankkaman!” kudengar seseorang memanggilku tapi aku membiarkannya, aku tak mau lagi kembali kesana.

Aku terus saja berlari dan berlari sampai-sampai aku tak sadar jika sekarang aku sudah berada di sungai han. Aku juga tak tau mengapa aku bisa berlari kesini, mungkin karena tempat ini selalu bisa menenangkan jiwaku ketika aku sedih dan lain sebagainya. Aku memang selalu datang kemari ketika hatiku merasakan sakit itu dan ketika perasaanku sedang kacau dan tak tenang. Disini, aku bisa mencurahkan segala perasaan yang ada didalam hatiku.

“aaaaaaaaaah kenapa aku selalu merasakan sakit ini?!!! wae?! Kenapa harus aku yang  merasakannya?!!!” teriakku dengan air mata yang tak kunjung berhenti

“jika aku tak bisa bersamanya, kenapa engkau malah memberikan cinta ini padaku?!! Kenapa engkau membiarkan cinta ini tumbuh dihatiku?!! Kenapa?!!!”

Kubiarkan tubuhku merosot ke tanah, sekarang aku duduk di pinggir sungai han dan menatap air-air yang mengalir dengan tenang

“aku ingin seperti air yang mengalir dengan tenang tanpa ada hambatan. Aku ingin seperti air karena ia tak bisa merasakan sakit yang aku rasakan saat ini. aku ingiin….” Ujarku terputus. Kutelungkupkan wajahku di telapak tanganku, aku semakin terisak

“kau bodoh! Kenapa kau selalu menangisinya?” gumamku disela-sela tangisku

**

“seul ah , kau dari mana saja?” tanya appa ketika aku memasuki rumah

“kau dari mana saja nak?” eomma memelukku sangat erat

“kau itu membuat eomma khawatir” lanjut eomma, aku melepaskan pelukannya

“aku baik-baik saja” balasku datar

“kenapa kau pergi tidak memberitahu appa dan eomma?” tanya appa

“kalian kan tau aku tak suka pergi ke acara seperti itu” jawabku malas

“arra arra tapi kenapa kau tak mengangkat telfonmu?” tanya eomma dengan raut wajah yang masih khawatir

“telfon?” tanyaku

“ne, dari tadi eomma menelfonmu tapi kau tak mengangkatnya” jawab eomma

Telfon? Perasaan dari tadi tak ada dering telfon di tasku. Aku membuka tas dan kemudian mencari-cari benda kecil itu tapi ternyata tidak ada.

‘Aish! Kemana benda itu? Disana kan terdapat foto dan note-note ku tentang kyuhyun! Kalau ada yang liat bagaimana?!’ omelku dalam hati. Aku panik, yaa sangat-sangat panik tapi aku mencoba bersikap biasa saja

“ada apa?” tanya appa, aku mendongakan kepalaku

“handphoneku tak ada”

“tak ada? Maksudmu hilang?” tanya eomma

“mungkin” jawabku santai

“apa…”

“aku lelah, bisakah kalian tidak mengintrogerasi ku terus? Aku ingin istirahat” lanjutku memotong perkataan eomma, eomma terlihat sedih. Haah apa peduliku? Aku mengabaikan mereka dan berjalan kearah kamarku

Sesampainya di kamarku, aku langsung menumpahkan semua isi yang berada didalam tasku ke kasur. Aku mencari i-phoneku, aku mengobrak-abrik isi tas tersebut tapi aku tak kunjung menemukannya

“haaah dimana sih i-phoneku?!” aku tiduran dikasur karena merasa sia-sia mencari barang yang memang tak ada batang hidungnya itu tapi seketika aku terbangun dari tidurku

“eh atau apakah mungkin i-phoneku jatuh ketika aku menabrak seseorang waktu aku berlari keluar dari acara tersebut? Ah ne, mungkin saja sewaktu aku menabrak orang itu dia kan memanggilku” aku menjawab pertanyaanku sendiri sambil mengangguk-anggukan kepalaku

“haaah dasar babo! Kalau dia membaca semua note-notemu bagaimana??!!” rutukku pada diriku sendiri

TBC