[MARRIED BY ACCIDENT’S SEQUEL] YOU MUST MARRY ME CHAPTER 6

[Married By Accident’s Sequel] You Must Marry Me Chapter 6

Author      : Trik is ChoiPutri (15 to 16 yo)

Length      : Mini Series

Genre       : AU, R-O-M-A-N-C-E, Friendship

Rating      : PG

Cast          : Lee Sungmin (SUJU), Park Richan (OC), Kwon Yoora (OC), Cho Kyuhyun (SUJU), Park Jiho (Ulzzang) and other cast you can find it by yourself ;)

Disclaimer: Castnya punya Tuhan, FF ini juga punya Tuhan tapi disalurkan melalui saya :D

Previous Story : MBA Chapter 1 I MBA Chapter 2 I MBA Chapter 3 I MBA Kyuhyun’s Side I UM3 Before Story 1/2 I UM3 Before Story 2/2 IUM3 Chapter 1 I UM3 Chapter 2 I UM3 Chapter 3 I UM3 Chapter 4 I UM3 Chapter 5

 

Tiba saat Sungmin dan Yoora mulai berpose.

Riri berdiri dari tempat duduknya ketika Sungmin mencium pipi Yoora. Ia tak menyangka akan ada pose seperti itu.

Kesal, Riri pun beranjak meninggalkan mejanya.

Ia berjalan sangat cepat. Saking cepatnya, ia tak memperhatikan langkahnya, mengakibatkan ia tersandung dan hampir saja jatuh jika tak ada orang yang menahan tubuhnya.

 

Jantung Riri berdebar kencang. Ia langsung memegangi perutnya. Ia takut sekali jika tadi ia benar-benar jatuh dan akhirnya mengalami pendarahan. Untungnya ada seseorang yang menahan tubuhnya.

‘Syukurlah aku tidak jatuh! Haahhh… maafkan ibu ya nak, ibu sungguh ceroboh. Hampir saja ibu melukaimu.’ Ucap Riri dalam hatinya.

“Kau baik-baik saja??” Riri menolehkan kepalanya dan menatap orang yang menolongnya. Ternyata Kyuhyun.

“Euum.. ya, aku baik-baik saja. Terima kasih oppa.” Ucap Riri.

“Kau mau kemana?? Terburu-buru sekali!” tanya Kyuhyun lalu ikut berjalan di samping Riri.

“Aku mau pulang. Kau sendiri?? Tidak ikut Fashion Show??” tanya Riri.

“Tadinya aku mau melihat hyungdeul berjalan di atas catwalk sebelum giliranku tiba beberapa menit lagi.” Jawab Kyuhyun.

Tiba-tiba sudut bibir Riri tertarik membentuk sebuah seringai. Ia tahu sekarang, melihat member Super Junior yang lain hanyalah alasan, karena tujuan Kyuhyun yang sebenarnya adalah melihat Yoora.

“Melihat oppadeul atau melihat Yoora???” goda Riri.

“Te… tentu saja melihat hyungdeul!” sahut Kyuhyun.

“Yayaya… melihat oppadeul sambil melihat Yoora kan?? Ayo mengaku!!” desak Riri.

“Aish… kau ini! Ne! Aku mau melihat Yoora! Kenapa?? Apa itu masalah untukmu?!”

Riri terkekeh setelah mendengar pengakuan Kyuhyun.

“Tidak! Aku malah senang kau mulai menunjukkan perhatianmu lagi padanya! Hahaha…” sahut Riri.

“Pokoknya kau harus berusaha terus oppa! Semangat!! Aku akan terus mendukungmu untuk mendapatkan Yoora kembali!” ucap Riri  dan Kyuhyun hanya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.

“Hm… 5 menit lagi giliranku! Aku harus kembali Riri-ya! Kau hati-hati di jalan ya!” ucap Kyuhyun lalu berlari meninggalkan Riri.

Riri hanya mengangguk lalu melambaikan tangannya dan kembali berjalan keluar gedung.

 

~>.<~

 

Riri berdiri di depan gedung, menunggu taxi kosong.

Sudah 10 menit ia menunggu, namun tak ada satupun taxi yang lewat.

“Aish… sejak kemarin tak ada taxi kosong yang aku temukan! Apa taxi-taxi itu tak mau uangku?” gerutu Riri.

 

“Park Richan!!”

Riri terkesiap. Beruntung ia tidak mengidap penyakit jantung atau penyakit apapun yang bisa membuat ia mati hanya karena KAGET. Bagaimana tidak kaget?!

Seseorang, atau lebih tepatnya lagi Jiho, menyerukan namanya tepat di depan telinganya sendiri di tengah suasana yang ‘tadinya’ begitu hening.

“Ya!! Apa yang kau lakukan?! Kaget tahu!!” marah Riri.

“Hahaha… sorry!” tawa Jiho melihat wajah Riri yang memerah karena marah.

“Hey, apa yang kau lakukan disini??”

Riri mendengus, “Bukan urusanmu!” jawabnya kesal.

“Tentu saja ini urusanku! Ini kan acaraku!”

“Lalu kalau ini acaramu aku har…”

Drrrtt Drrrtt Drrrtt

Getar ponsel di saku celana Riri membuat ia mengentikan omelannya untuk membalas Jiho.

‘Sungmin oppa??’ batin Riri. Ia berjalan sedikit menjauh dari Jiho.

 

“Halo??”

“Riri-ya, kau dimana??”

“Eung.. aku.. aku.. ada…A! Aku ada di…”

“Riri!!”

Failed. Baru saja Riri akan berbohong pada Sungmin kalau dirinya sedang berada di rumah dan tidak bisa hadir ke PJ’s Fashion Show karena tak enak badan, tapi terlambat. Sungmin telah menemukannya di depan gedung tempat Fashion Show berlangsung.

“Kau kemana saja dari tadi? Aku mencarimu tahu!” omel Sungmin.

“Maaf, aku baru saja sampai.” Dusta Riri. Ia ingin mengatakan pada Sungmin jika ia tak enak badan dan ingin pulang. Tapi yang terucap malah ‘aku baru sampai’.

“Yaah… berarti tadi kau tidak melihatku.” Ucap Sungmin kecewa.

‘LEE SUNGMIN BODOH! TENTU SAJA AKU SUDAH MELIHATMU! AKU MELIHATMU DENGAN SANGAT JELAS! KAU MENCIUM PIPI YOORA! AKU LIHAT ITU! Kau saja yang tidak melihatku karena sibuk dengan Yoora-mu!’ maki Riri dalam hati.

“Maaf… Kau tampil lagi kan?? Kalau begitu aku akan masuk dan melihat penampilanmu!” tidak sesuai kenyataannya, Riri yang sebenarnya ingin memaki Sungmin kini malah mencoba menghibur Sungmin.

“Tidak. Setelah Kibum tampil, Super Junior tidak tampil lagi.” Ucap Sungmin.

“Oh… ya sudah! Kalau begitu aku pulang duluan!”

“Tunggu! Kita pulang bersama!” ujar Sungmin sembari menahan tangan Riri.

“Lagipula setelah ini aku tidak ada jadwal lagi. Aku ingin makan masakan buatanmu di rumah!” sambung Sungmin sembari melempar senyum manis yang menurut Riri bisa membuat orang diabetes mendadak.

Melihat senyum Sungmin, membuat Riri melupakan kekesalannya tadi.

 

“Rumah?? Kalian tinggal serumah??” pertanyaan yang baru saja meluncur dari mulut Jiho membuat Riri tersadar bahwa selain dirinya dan Sungmin, masih ada Jiho disana.

“Eh? Eum.. tidak! Tidak! Kau salah paham Jiho-ya!” elak Riri, takut Jiho mengetahui semuanya.

Jiho memberikan tatapan menelisik pada Riri. Dengan alis terangkat satu Jiho bertanya pada Riri, “Apa dia suamimu??”

Untuk yang kedua  kalinya Riri dibuat terkesiap oleh Jiho.

“Bu..bu…bukan! Ah! Kau bercanda ya! Suamiku tidak setampan Sungmin oppa! Dia itu pendek, gemuk, jelek lagi!” elak Riri sembari tertawa memaksa.

Sungmin yang mendengar jawaban Riri merasa tersindir. Pendek dan gemuk tentu saja dua kata yang tepat untuk mendeskripsikan dirinya sekarang. Namun tidak untuk jelek, karena menurutnya, dirinya itu lebih dari sekedar tampan. B)

“Lalu apa hubungan kalian?? Sepertinya lebih dari sekedar coordi dan artis??” pancing Jiho.

“Itu.. aku dan Sungmin oppa itu… eerrr… aku… aku pembantunya. Ah! Tidak! Aku assistant pribadinya! Iya, aku assistant pribadinya.” Jawab Riri gugup.

“Ooohh… aku pikir dia benar-benar suamimu! Hahaha… ” tawa Jiho.

 

“Ah! Aku harus masuk ke dalam! Riri-ya, Sungmin-ssi, aku tinggal ya!” pamit Jiho.

Baru beberapa langkah, Jiho kembali membalik badannya. “Riri-ya, lain kali ajak aku bertemu suamimu! Aku mau lihat seburuk apa suamimu itu!” ucapnya lalu kembali berjalan meninggalkan Riri dan Sungmin.

 

“Ehm… assistant pribadiku, ayo kita ke backstage!” ajak Sungmin sembari menggandeng tangan Riri.

“Apa?! Kau panggil aku apa tadi??” tanya Riri kesal.

“Assistant pribadi. Kan kau sendiri yang bilang kalau kau assistant pribadiku!”

Riri terlihat menyesal mengatakan dia adalah assistant pribadi. ‘Aish… ayahku adalah pemilik perusahaan besar, masa iya anaknya seorang assistant. Riri bodoh! Setidaknya cari profesi palsu lain tadi!’ rutuk Riri dalam hati.

“Siapa suruh kau tidak mau mengaku menjadi adikku!”

“Jiho itu tahu kalau aku anak tunggal oppa! Lagipula, kalau aku mengaku sebagai adikmu, ia pasti curiga! Masa aku harus bilang padanya, ‘Jiho-ya aku adalah adik Sungmin oppa, ternyata saat aku lahir dulu aku tertukar dengan Sungjin di rumah sakit.’ Huh! Seperti dalam drama saja!” sahut Riri.

“Aish… kau ini! Maksudku bukan adik kandung, tapi adik sepupu! Dasar bodoh!” ucap Sungmin.

“Geeezzz… tidak terpikirkan di kepalaku kalau harusnya aku menjawab seperti itu!” kesal Riri sekaligus menyesal.

 

“Oh ya, siapa suamimu yang pendek, gemuk, dan jelek itu?” tanya Sungmin, membuka topik baru sebelum mereka diliputi keheningan.

“Memang aku punya berapa suami??” ucap Riri, balik bertanya.

“Tch!” decak Sungmin kesal.

“Dasar istri nakal! Berani ya mengejek suamimu sendiri!” kesal Sungmin sembari mencubit pipi tembam Riri.

“Aww!! Oppa! Sakit tahu!” seru Riri. Ia memukul pelan lengan Sungmin. Sungmin sendiri hanya terkekeh melihat respon istrinya.

“Itu balasan dariku karena kau telah mengejekku dihadapan Park Jiho!” ucap Sungmin sembari merangkul bahu Riri, memperkecil spasi diantara mereka.

 

~>.<~

 

“Yoora-ya, kami pulang ya! Bye…” pamit Riri.

“Ne! Hati-hati di jalan!” sahut Yoora sembari melambaikan tangannya pada Riri dan member-member Super Junior.

 

Yoora menjinjing tasnya setelah semua barang-barangnya masuk ke dalam tasnya.

“Kau mau pulang sekarang??” tanya Jiho yang entah sejak kapan berada di belakang Yoora.

“Iya. Aku lelah sekali, jadi ingin cepat-cepat sampai rumah dan beristirahat.” jawab Yoora.

“Oh… maaf aku tidak bisa mengantarmu, masih ada yang harus aku urus di sini!” ucap Jiho.

“Gwaenchana, aku bisa pulang sendiri.” Balas Yoora.

“Ya sudah, kalau begitu aku pergi dulu! Hati-hati di jalan dan selamat beristirahat!” pamit Jiho. Yoora hanya melempar senyum tipis yang melengkung di bibirnya untuk merespon ucapan Jiho.

 

Setelah Jiho pergi dari hadapannya, Yoora berjalan meninggalkan backstage.

Drrrtt Drrttt Drrrttt

Drrrtt Drrttt Drrrttt

Getar ponsel yang begitu keras, menyita perhatian Yoora. Ia tetap berjalan namun kepalanya menunduk ke bawah, melihat isi tas yang sedang ia aduk-aduk untuk mencari ponselnya.

 

Bugh!

“Ah…” ringis Yoora ketika tanpa sengaja ia menabrak tubuh seseorang, lebih tepatnya seorang pria.

Ia ingin membungkukkan badannya, meminta maaf karena telah menabrak orang itu, namun yang ada ia malah meringis kesakitan karena ternyata rambutnya tersangkut di kancing kemeja pria yang ia tabrak.

“Ma…ma…af… aku tidak sengaja tuan.” Ucap Yoora sembari mencoba melepaskan rambutnya dari kancing kemeja pria tersebut.

Dalam hati Yoora mengutuk hair spray yang disemprotkan ke rambutnya karena sekarang membuatnya kesulitan untuk melepaskan rambutnya dari kancing kemeja pria di hadapannya. Ingin sekali ia menarik paksa rambutnya, namun ia takut nanti malah membuat kancing bajunya terlepas.

Melihat Yoora yang kesulitan, pria itu menghentikan tangan Yoora dengan memegang tangan Yoora. Sontak Yoora tercengang. Bukan, ia tercengang bukan karena tiba-tiba pria itu memegang tangannya, tapi karena ia tahu siapa pemilik tangan itu.

Bahkan, setelah berpisah beberapa bulan pun ia masih hafal selembut apa tekstur telapak tangan yang dulu sering membelai rambutnya ataupun menyentuh setiap inchi kulitnya.

“Bi…bi…biar aku ban…tu.”  Ucap Kyuhyun gugup.

Yoora menarik tangannya dan membiarkan Kyuhyun yang melepaskan rambutnya yang tersangkut di kancing kemeja Kyuhyun.

 

Deg. Deg. Deg. Deg. Deg. Deg.

Dengan jarak sedekat ini, Yoora bisa mendengar debaran jantung Kyuhyun yang sangat cepat. Suara debaran yang dulu –dan mungkin sampai sekarang- ia suka. Debaran jantung milik pria yang dulu –dan mungkin juga sampai sekarang- ia cinta.

‘Cinta?? Tch! Siapa yang bilang aku mencintainya?! Aku membencinya! Kwon-Yoo-Ra kau membencinya! Kau harus membencinya!!!’ batin Yoora, masih terlalu gengsi untuk mengakui bahwa ia masih punya perasaan yang sama seperti dulu untuk Kyuhyun.

“Sudah.” Ucap Kyuhyun setelah rambut Yoora tidak tersangkut lagi di kancing kemeja Kyuhyun.

“Terima kasih.” Ucap Yoora datar lalu berlalu meninggalkan Kyuhyun tanpa menatap Kyuhyun sedikitpun.

Kyuhyun tak dapat menahan dirinya untuk tersenyum.

‘Meskipun hanya 2 kata, setidaknya ia bicara padaku!’ batin Kyuhyun lalu berjalan masuk ke backstage untuk mengambil barangnya yang ketinggalan.

 

~>.<~

 

Yoora menyetop taxi kosong lalu masuk ke dalamnya. Ia menyebutkan alamat rumahnya, atau lebih tepatnya alamat rumah Riri pada supir taxi tersebut

Tiba-tiba ia ingat dengan ponselnya yang tadi bergetar. Buru-buru ia mengambil ponselnya di dalam tas, takut jika ternyata ada pesan yang sangat penting.

 

“Umma??” ucapnya tak menyangka pengirim pesan ternyata adalah ibunya sendiri. Ia membuka pesan tersebut dan membacanya.

 

From     : Mom

Yoora-ya, pulanglah ke rumah.

Penyakit jantung appamu kemarin kambuh.

Appa memanggil-manggil namamu terus.

Ia merindukanmu. Umma juga merindukanmu nak.

 

Sebuah perasaan hangat menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia tersenyum bahagia.

“Ahjussi, tolong putar balik!” pintanya lalu menyebutkan alamat rumahnya-rumah yang sebenarnya- pada sang supir.

 

Tak sampai setengah jam, Yoora sampai di depan rumah besar yang sudah beberapa bulan ini tak ia kunjungi.

Dadanya berdebar ketika ia melangkahkan kakinya masuk melewati pagar setinggi 2,5 meter. Tak ada yang berubah. Semua masih sama seperti saat terakhir kali ia keluar meninggalkan rumah ini.

Tanpa ragu, ia menekan bel rumahnya. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan memperlihatkan sesosok wanita berumur setengah abad dengan wajah letihnya.

“Yoora!” ucap wanita yang tidak lain adalah ibu Yoora, langsung memeluk erat putrinya.

Lidah Yoora terasa kelu, tak ada sepatah katapun yang terucap dari bibirnya. Ia terlalu bahagia karena bisa memeluk ibunya kembali. Tidak ada hal yang bisa menggambarkan seberapa besar rasa rindunya terhadap orang tuanya selain sebuah pelukan hangat dan erat untuk ibunya.

“Umma…” hanya satu kata. Satu kata yang akhirnya mampu Yoora ucapkan namun cukup membuat ibunya bahagia. Betapa senangnya ia mendengar putri yang begitu ia sayangi kembali memanggilnya.

“Umma meridukanmu sayang!” ucap ibu Yoora sembari mengusap air mata haru di sudut matanya.

“Aku juga!” balas Yoora.

Nyonya Kwon melepas pelukannya dan teringat akan suaminya. “Ayo kita temui appamu!” ajaknya sembari menggenggam tangan Yoora dan menuntun Yoora ke ruang rawat suaminya.

Ayah Yoora memang sangat kaya, beliau bahkan membuat ruang rawat untuknya dan keluarganya yang sudah dilengkapi dengan alat-alat seperti di rumah sakit. Beliau memang tidak suka dirawat di rumah sakit, karena itulah beliau membuat ruang rawat di rumahnya.

 

Yoora mendekati ranjang ayahnya. Ia meraih tangan ayahnya lalu mencium punggung tangan ayahnya.

“Appa.” Panggilnya sembari mengelus lembut tangan ayahnya.

Tak lama kemudian Tuan Kwon membuka matanya. “Yoora? Kau di sini?” tanyanya lemah.

“Ne appa. Aku di sini!” jawab Yoora.

“Bagaimana kabarmu? Kau baik?” Yoora hanya menganggukkan kepalanya dan membiarkan air matanya terjatuh. Ia merasa bersalah karena tidak menjadi anak yang baik dan membuat ayahnya sakit.

“Apa appa menghukummu terlalu berat??”

“Tidak appa. Ini semua belum seberapa dengan kekecewaan yang telah appa dan umma terima.” jawab Yoora sambil menggenggam tangan ayahnya erat.

“Appa merasa appa bukanlah ayah yang baik. Appa tidak bisa menjaga putri appa. Appa membiarkan putri appa sakit. Appa…”

“Tidak. Appa adalah ayah terbaik yang pernah ada. Akulah yang salah. Aku yang tidak bisa menjaga diriku sendiri. Aku yang tidak pernah mendengarkan peringatan-peringatan appa dan umma. Aku yang membuat appa dan umma kecewa. Aku yang menyakiti kalian. Maafkan aku…” ucap Yoora penuh rasa bersalah.

Yoora mengusap air matanya, “Mulai sekarang aku janji, aku akan mendengarkan semua yang appa dan umma katakan dan tidak akan membantah lagi.” Janji Yoora.

 

~>.<~

Sungmin mematikan televisinya ketika jam telah menunjukkan pukul 11 malam. Ia masuk ke dalam kamarnya dan melihat Riri sudah bergelung dalam selimut tebal sambil memeluk bantal guling.

 

Ia mengambil remote AC dan menaikkan suhunya agar tidak terlalu dingin. Setelah meletakkan kembali remote AC, ia mengganti pakaiannya menjadi piyama dan mematikkan lampu kamarnya lalu naik ke atas ranjang.

 

Meskipun gelap, Sungmin masih bisa melihat wajah tenang Riri yang sedang tertidur. Ia memperhatikan setiap lekuk wajah istrinya. Ada sebuah kepuasan tersendiri tiap kali ia memperhatikan wajah polos Riri.

Tangannya terjulur, ingin menyentuh pipi tembam Riri. Dapat ia rasakan di ujung telunjuknya pipi Riri yang lembut dan dingin.

“Bodoh. Sudah tahu dingin tapi tidak mematikan AC!” omel Sungmin.

 

Sungmin menarik selimut yang menutupi tubuh mereka untuk menutupi tubuh Riri sampai leher. Saat menyelimuti Riri, wajah Sungmin hanya berjarak beberapa senti dari wajah Riri, membuat ia bisa merasakan hembusan hangat nafas Riri di wajahnya. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengecup kening Riri.

“Apa udara di kamar kita terlalu dingin hingga kau memeluk erat bantal gulingmu??” tanya Sungmin meskipun ia tahu Riri tak akan menjawab pertanyaannya.

Pelan-pelan Sungmin menarik bantal guling dari dekapan Riri. Ia terkekeh melihat Riri yang menggeliat lalu meringkuk setelah ia mengambil bantal guling Riri. Sungmin meletakkan bantal guling tersebut di belakangnya kemudian menarik lengan Riri dan melingkarkannya di tubuhnya. Ia menyandarkan kepala Riri di dada bidangnya. Dibiarkannya Riri mendekap tubuhnyu erat, karena tujuannya melakukan hal tadi memang untuk menyalurkan hangat tubuhnya ke tubuh Riri.

Setelah memastikan Riri tidur dalam posisi yang nyaman dalam dekapannya, Sungmin pun memejamkan matanya.

 

~>.<~

 

Riri masih mengaduk-aduk sup jagungnya ketika Sungmin sudah siap di meja makan.

“Apa sarapan kita pagi ini??” tanya Sungmin sudah tak sabar ingin menyantap sarapannya.

“Sup jagung saja.” Jawab Riri singkat.

“Hanya itu??”

“Kalau kau mau, kau juga bisa makan mangkuk supnya!” sahut Riri lalu tertawa.

 

Riri menghidangkan sup jagung di hadapan Sungmin lalu duduk di samping Sungmin.

Ting Tong!

Seseorang menekan bel rumah mereka ketika Riri baru saja memasukkan sesendok sup ke dalam mulutnya.

“Hhhss…” ia mendengus kesal karena bel barusan membuatnya mau tidak mau menunda sarapan paginya.

Riri bangkit dari duduknya lalu meninggalkan Sungmin yang masih asyik sendiri dengan sarapannya.

 

Krreeettt…

“Yoora??”

“Hai! Apa aku datang terlalu pagi dan mengganggumu dengan Sungmin oppa??” tanya Yoora dengan nada menggoda.

“Haish… kau ini! Ayo masuk!”

“Hhmm… kau masak apa?? Baunya harum sekali.” Tanya Yoora.

“Kalau lapar bilang saja!” ucap Riri kesal yang disambut kekehan dari Yoora.

 

Yoora duduk di samping Sungmin, tepatnya di hadapan kursi Riri tadi.

“Kau datang pagi-pagi begini bukan hanya untuk minta makan kan?” tanya Riri setelah meletakkan semangkuk sup di hadapan Yoora. Yoora menganggukkan kepalanya lalu mulai menyantap sup buatan Riri.

“Lalu?” tanya Riri lalu melanjutkan sarapannya yang tertunda tadi.

“Emm.. Aku mau mengembalikan kunci rumah padamu.” Jawab Yoora.

“Mwo?? Kau mau pergi dari rumahku??” pekik Riri.

“Ya! Nanti saja bicaranya! Sarapan dulu! Tidak baik bicara saat sedang makan!!” nasihat Sungmin.

 

“Kau serius mau pergi dari rumahku??” tanya Riri setelah menghabiskan sarapannya.

“Ne! Appa dan Umma menyuruhku pulang ke rumah!” jawab Yoora.

“Jinja?? Bagaimana bisa??” tanya Riri tak percaya.

“Nanti kuceritakan!” sahut Yoora.

“Boleh tambah lagi?? Perutku belum kenyang. Hehe…” pinta Yoora membuat Riri kembali mendengus kesal.

 

~>.<~

 

Yoora menyeret kopernya masuk ke dalam rumah.

“Umma dan Appa-mu dimana??” tanya Riri.

“Umma… mungkin di dapur, kalau appa, ada di kamar perawatan!” jawab Yoora.

“Ooh… nanti antar aku bertemu appa-mu ya!” pinta Riri.

“Oke!”

 

Yoora membuka pintu kamarnya. Hampir setahun kamarnya tidak dihuni, tapi kondisinya masih sama seperti terakhir kali ia berada di kamarnya sendiri.

“Bibi Jung pasti rajin membersihkan kamarmu!” ujar Riri.

“Tentu saja. Kalau tidak, mungkin kamarku sudah dipenuhi sarang laba-laba!” sahut Yoora.

Yoora menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Ia mengedarkan pandangannya, mengamati seisi kamarnya.

Baru ia sadari ia belum menyingkirkan foto Kyuhyun dan foto mereka berdua. Dari 16 foto yang terpajang di kamarnya ada 2 foto Kyuhyun dan 7 foto mereka berdua. Sisanya adalah foto dirinya sendiri, ia bersama Riri, dan ia bersama kedua orang tuanya.

 

Kreekkk

“Yoora-ya, ayo makan! Umma masak makanan kesukaanmu!” ucap Nyonya Kwon.

“Ah! Ada Riri juga?! Ayo ikut makan!!” ajak Nyonya Kwon.

“Ne ahjumma, sebentar kami menyusul!” ucap Riri sembari tersenyum.

 

“Riri-ya.” Panggil Yoora.

“Ne?”

“Kalau aku kuliah lagi… menurutmu bagaimana??” tanya Yoora.

“Appa menyuruhku melanjutkan kuliahku.” Ucapnya lagi.

“Loh? Bukannya bagus? Itu tandanya kau bisa meneruskan kembali tujuanmu menjadi Dokter.” Ucap Riri.

“Tapi… Aku malu bertemu teman-teman di kampus…” keluh Yoora.

“Kalau kau malu, yang perlu kau lakukan hanyalah menutup telingamu dan jangan dengarkan semua perkataan buruk mereka tentangmu!”

Yoora menolehkan kepalanya lalu tersenyum. Meskipun akhir-akhir ini ia merasa Riri mulai berubah, tapi ia tahu, sifat dewasa yang selama ini selalu ditunjukkan Riri padanya, belum memudar.

 

Tiba-tiba Yoora teringat sesuatu.

“Riri-ya! Kau cuti kuliah ya? Aku baru sadar beberapa bulan ini kau tidak ke kampus!” ucap Yoora.

“Ah! Itu? Hehe… Iyaa…” cengir Riri.

“Kau ini!”

 

“Yoora!! Riri!! Ayo makan!!” teriak Nyonya Kwon dari lantai 1.

“Ne Umma!!” sahut Yoora.

“Ayo turun!” ajak Yoora.

 

~>.<~

 

Riri membuka pintu rumahnya.

Sepi.

‘Mungkin Sungmin oppa sudah tidur.’ Pikirnya.

 

Riri masuk ke kamar dan menghidupkan lampu kamarnya. Ternyata ranjangnya masih rapi, seperti tak tersentuh sedikitpun. Riri melihat handphonenya di atas nakas.

“Pantas saja tadi aku merasa ada yang kurang! Ternyata handphoneku ketinggalan…” ucapnya seraya mengambil handphonenya di atas nakas.

 

3 messages.

 

Ia membuka ketiga pesan singkat yang masuk ke handphonenya.

 

From     : Min :*

Riri-ya, maaf hari ini aku tidak pulang >_<v

Hari ini aku latihan sampai malam…

Aku menginap di dorm…

Aku lelah sekali -_-“

 

From     : Min :*

Oh ya, besok pagi aku akan ke China…

Ada Variety Show yang harus aku hadiri bersama SuJu-M.

Setelah Variety Show berakhir, mungkin aku akan jarang pulang sekitar 2 sampai 3 bulan mendatang dan akan sering menginap di dorm (jika aku di Korea).

Kau tahu kan jadwal kami sekarang sangat padat? Aku harap kau mengerti :”)

Ah! Dan tolong siapkan koperku ya ^^

Besok pagi akan kuambil.

Maaf merepotkan ^^V Terima Kasih :*

Nb: saat aku tidak di rumah, kau ajak saja Yoora menginap di rumah atau kau yang menginap di rumahnya 😉

 

From     : MinHee

Riri-ya, sabtu depan reuni SMA diadakan di sekolah.

Chung Ae memasukkan namamu dan Yoora sebagai pengisi acara.

Dia memintamu dan Yoora untuk segera menghubunginya!

Paling lambat besok! -_-V

 

“Aish… mengisi acara?? Tch! Apa yang harus kutampilkan? Tidak mungkin aku melakukan solo dance seperti saat perpisahan dulu dalam keadaan hamil begini!” ucapnya frustasi.

 

Riri mengambil koper Sungmin dan meletakkannya di atas ranjang. Ia membuka lemari dan mengambil pakaian Sungmin secara asal lalu memasukkannya ke dalam koper. Ia juga memasukkan beberapa barang yang menurutnya akan dibutuhkan Sungmin. Sambil menyiapkan koper Sungmin, ia memikirkan tentang apa yang akan ia tampilkan sabtu depan.

 

Senyum terkembang di bibirnya ketika ia telah menemukan apa yang ingin ia tampilkan.

 

~>.<~

Riri membuka ruangan yang sering Sungmin gunakan untuk berlatih di rumah.

Sekarang sudah jam 10. Dan pesawat Sungmin baru saja terbang 20 menit yang lalu.

 

Ia memperhatikan ruangan luas tersebut. Ada cermin yang sangat besar. Mungkin ukurannya setengah dari cermin yang ada di tempat latihan Super Junior di SM. Selain itu, ada beberapa gitar, keyboard, soundsystem, TV, DVD, dan sebuah grand piano.

Riri menghampiri grand piano berwarna putih milik Sungmin. Terakhir kali jari-jarinya menyentuh tuts-tuts piano adalah setahun yang lalu. Ia agak ragu masih bisa bermain piano atau tidak.

 

Ting.

Meskipun agak ragu, akhirnya ia mulai menekan tuts-tuts piano tersebut dengan jari-jarinya. Kepalanya bergerak, menikmati alunan musik yang terdengar di telinganya.

 

I see the sparkles of a million flashlights…

A wonderwall of stars…

But the one who shining out so bright, is the one right where you are…” ia menyanyikan salah satu bagian yang ia suka dari lirik lagu yang akan ia tampilkan di acara reuni.

 

Sungmin.

Satu orang yang membuatnya berpikir untuk menyanyikan lagu milik David Archuleta, Touch My Hand.

Ia sendiri tidak tahu mengapa semalam tiba-tiba memikirkan Sungmin lalu teringat lagu ini.

 

Tryin to reach out to you, touch my hand…

Reach out as far as you can.

Only me, only you and the band…

Tryin to reach out to you, touch my hand…Riri mengakhiri permainan pianonya seiring dengan berhentinya lagu tersebut.

 

Ia masih terduduk di depan grand piano dengan jari-jari yang sesekali menekan tuts-tuts berwarna putih dan hitam itu. Banyak hal yang ia pikirkan.

Bukan hanya Sungmin, kehamilannya, ataupun masalah performnya nanti.

Tapi, ia memikirkan apa yang akan ia lakukan di tengah kesendiriannya selama dua sampai tiga bulan mendatang. Yoora pasti sibuk dengan pekerjaannya dan tidak mungkin terus-terusan menemaninya.

“Haaaahhh… tiga bulan yang membosankan!” keluhnya.

 

Riri memutar otaknya sambil terus memainkan tuts-tuts piano dihadapannya hingga menimbulkan bunyi yang aneh dan tidak enak didengar.

JREEENG!!!

Spontan Riri menekan beberapa tuts bersamaan ketika sebuah ide terlintas di kepalanya. Membuka les private.

 

“Sepertinya akan mengasyikan jika aku mencoba menjadi seorang guru! Kekeke…” kekehnya.

 

~>.<~

 

Saturday, May 26th 2012

 

I’m broken, wide open…

You’ve shattered all we had.

And I’m through with hoping…

Somehow I’m gonna put the pieces back.

I’ve cried me an ocean…

Now there’s nothing left inside.

And I’m here not knowing…

Where do you go when the tears run dryyyy…

Tepuk tangan riuh mengisi gedung aula Yumkwang High School seiring berakhirnya penampilan Yoora.

 

“Ya! Aku hampir menangis melihatmu menyanyikan lagu itu!” seru Heechul begitu Yoora turun dari panggung.

“Memang aku terlihat sebegitu menyedihkannya di atas panggung tadi?” tanya Yoora lalu duduk di sebelah Riri.

“Lebih dari itu.” Ucap Riri.

“Kau menghayati sekali saat menyanyi tadi! Bahkan aku bisa melihat matamu yang berkaca-kaca!” ucap Heechul.

“Jinja?? Ah! Kau merekamnya kan oppa? Mana? Aku mau lihat!!” pinta Yoora.

Heechul menyerahkan handycam-nya pada Yoora dan membiarkan Yoora melihat rekaman penampilannya tadi.

 

“Tidak terlalu kelihatan kok!” komentar Yoora setelah mengembalikan handycam tersebut pada Heechul.

“Memang tidak terlihat kalau hanya dilihat sekilas!” balas Heechul.

 

“Oppa, Yoora-ya, aku tinggal ke backstage ya! Sebentar lagi giliranku tampil!” pamit Riri.

“Ne! Tampilkan yang terbaik okay!” ucap Heechul dan Riri hanya menganggukkan kepalanya.

 

Tirai kembali ditutup dan lampu aula telah dipadamkan. Riri naik ke atas panggung lalu duduk di depan grand piano milik SMA Yumkwang.

Tirai terbuka seiring dengan intro lagu yang mulai mengalun.

Saw you from the distance… salah satu lampu sorot menyala dan menyoroti Riri.

Saw you from the stage…

Something ‘bout the look in your eyes…

Something ‘bout your beautiful face…Riri tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum ketika bayangan wajah Sungmin muncul saat ia menyanyikan bait pertama lirik lagu tersebut.

 

Can’t let the music stop.

Can’t let this feeling end…

Cause if I do it will all be over,

I’ll never see you again…

Can’t let the music stop.

Until I touch your hand.

Cause if I do it will all be over,

I’ll never get the chance again…

I’ll never get the chance again…

‘Tidak peduli seberapa sering ia membuatku sakit, aku tidak akan membiarkan perasaan ini berhenti. Aku… tidak akan membiarkan ia terlepas dari genggamanku ketika aku telah benar-benar meraihnya dengan tanganku!’ batin Riri.

 

Tryin to reach out to you, touch my hand…

Suara tepuk tangan itu kembali memenuhi gedung. Riri bangkit dari duduknya lalu membungkukkan badannya kehadapan penonton. Setelah itu ia turun ke dari panggung dan kembali ke tempat duduknya tadi.

 

~>.<~

 

Riri mengunci pintu gedung tempat ia mengajar les.

Sudah sebulan berlalu semenjak Sungmin mulai sibuk dengan jadwalnya. Dan dalam waktu sebulan tersebut, Sungmin hanya pulang empat kali ke rumahnya.

Ia bahkan belum menyadari kehamilan Riri sampai sekarang. Padahal saat ia berada di rumah, Riri menunjukkan beberapa tanda-tanda bahwa dirinya sedang mengandung.

Riri sendiri ingin memberitahu Sungmin tentang kehamilannya. Tapi ia selalu lupa tiap kali Sungmin ada di rumah. Ia sendiri enggan jika harus memberitahu Sungmin lewat telepon atau SMS, karena ia ingin melihat langsung bagaimana reaksi Sungmin saat tahu tentang kehamilannya.

 

Riri berhenti di depan sebuah café. Tiba-tiba ia ingin sekali memakan Tiramisu dan meminum secangkir Cappuccino. Ngidam.

Yaaah… sepertinya wajar kalau ia mengalami hal yang dialami ibu hamil pada umumnya. Meskipun terkadang apa yang ia inginkan aneh-aneh dan ia harus menelan kekecewaannya sendiri karena pernah tak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.

 

Riri duduk di salah satu meja di sudut café tersebut.

Sambil menunggu pesanannya datang, ia memain-mainkan handphonenya, berharap ada satu saja SMS dari Sungmin.

 

Jujur, ia kecewa karena selama sebulan ini selalu ia yang lebih dulu menghubungi Sungmin. Sungmin tak pernah  sekalipun menghubungi dirinya duluan.

 

Pesanannya baru saja tiba. Ia meletakkan hanphonenya lalu mulai menyantap Tiramisu di hadapannya.

Baru saja ia akan meminum Cappuccino, tiba-tiba seseorang duduk di hadapannya.

Guess who?

 

Park Jiho.

“Ya! Apa yang kau lakukan?!” seru Riri kesal.

“Duduk. Kau tidak lihat?” balas Jiho.

“Kau bisa duduk di tempat lain! Masih banyak meja kosong di café ini!” ucap Riri.

“Tapi aku maunya duduk di hadapanmu! Bagaimana dong??” ucap Jiho, sengaja ingin memancing emosi Riri.

“Tch! Melihat wajahmu membuatku mual!” ucap Riri kesal, lalu kembali fokus pada Tiramisu dan Cappuccino-nya, mencoba untuk tidak mempedulikan kehadiran Jiho.

 

“Riri-ya.” Panggil Jiho.

“Apa?!” tanya Riri ketus.

“Yoora dan Lee Sungmin Super Junior pacaran ya?”

“Uhukk… uhukk…” Riri yang sedang menyesap Cappuccino-nya, tersedak begitu mendengar pertanyaan Jiho.

“Ya! Jangan bicara sembarangan! Mana mungkin Yoora dan Sungmin oppa pacaran!” ucap Riri tidak terima.

“Eh? Kenapa kau marah-marah? Aku kan hanya bertanya!” balas Jiho.

“Si… siapa yang marah?! Aku hanya ingin melindungi sahabatku dari berita tak jelas seperti itu!” sangkal Riri.

“Oh… aku tidak bermaksud membuat gossip tentang Yoora. Aku hanya penasaran saja dengan hubungan mereka. Karena dua minggu lalu, saat pemotretan Sungmin-ssi mengirimi Yoora SMS. Dia khawatir sekali sepertinya mengetahui Yoora yang tetap bekerja dalam keadaan sakit. Ah! Dan beberapa hari yang lalu aku juga melihat mereka jalan bersama! Kalau aku tidak salah, waktu itu mereka masuk ke Café di dekat sungai Han!”

Riri terdiam mendengar cerita Jiho. Rasa sesak memenuhi hatinya ketika mendengar Sungmin meng-SMS Yoora, khawatir dengan keadaan Yoora, dan sempat jalan bersama. Sedangkan dia? Jangankan jalan-jalan, SMS saja tidak ia dapatkan satupun dari Sungmin.

‘Kau bahkan sempat mengubungi Yoora dan mengajaknya pergi, sedangkan menghubungiku, sekalipun kau tidak sempat. Apa semua waktu luang yang kau miliki sekarang hanya ingin kau dedikasikan untuk Yoora dan tak ada untukku? What the hell?!’

 

~UM3’s Status: TBC~

 

Fufufu… enaknya ngerjain org2  XD ^^V

Abis bnrn kmrn tu capek ngetik -_- maunya sih tak postnya skrg, tapiiiiii…

Iseng aja, masih stengah langsung trik post XD Haha…

Eh? Kok kykny bnyk yg udh tau gimana jln cerita FF ini -_-“ Fiuuuuhhh… harus cari ide baru nih ._.

 

Oh ya, untuk UM3 Before Story part 2 kemarin, itu emang bagian tengahnya di ambil dari chapter satu, makanya kalo di baca sekilas pasti ngiranya itu sama aja kyk chapter satu -_-

Part yang itu dibuat untuk nyeritain gimana proses pernikahan ChanSung (Richan Sungmin) couple yang gak di certain di chapter satu 🙂

Dan untuk koreksi di part itu, makasi banget ^^

Tapi mian chingu, ini bukan pernikahan ala katolik ^^v Agama Sungmin kan bukan katolik 🙂

Karena kmrn pas nyari di google nemunya “atas Allah bapa, Allah anak dan Allah roh kudus” makanya trik pake itu… hehe… mian ya kalo salah ^^v Trik kan Islam, jadi gak tau -_-“

Thx ya koreksinya 😉 Trik suka reader kyk kamu 😀

Satu tanggapan

Tinggalkan Balasan ke asdfghjkl Batalkan balasan